Realisme dalam Konflik Iran-Israel: Sejarah, Penyebab, dan Dinamika di Dalamnya

Ni Putu Listiawati
Undergraduate International Relations Student, Udayana University
Konten dari Pengguna
22 April 2024 12:57 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ni Putu Listiawati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Freepik
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Freepik
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ketidakstabilan politik di Timur Tengah belakangan ini sedang tidak baik-baik saja. 14 April 2024 lalu, Iran melancarkan serangan ke Israel. Serangan tersebut mencakup 170 drone, 30 rudal jelajah, serta 110 rudah balistik. Hal ini bukanlah suatu peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba. Konflik antar kedua negara telah berkonflik selama bertahun-tahun.
ADVERTISEMENT
Bagaimana awal mula permusuhan Iran dengan Israel?
Sebelumnya, hubungan antara Iran dengan Israel berjalan baik. Pada saat itu, Iran merupakan negara monarki yang diperintah oleh Shah dari dinasti Pahlavi. Pada masa pemerintahan Shah, Iran merupakan sekutu dari Amerika Serikat. Namun, hubungan baik ini berakhir ketika terjadinya Revolusi Ruhollah Khomeni tahun 1979 yang menggulingkan kekuasaan Shah.
Pada masa pemerintahan Khomeni, salah satu ciri yang terlihat adalah adanya penolakan terhadap ‘imperealisme’ Amerika Serikat dan sekutunya yakni Israel. Melalui Rezim Ayatollah Khomeni ini, Iran memutuskan hubungannya dengan Israel. Bentuk pemutusan hubungan ini dapat dilihat dari beberapa tindakan yang dilakukan oleh Iran. Mulai dari tidak mengakui paspor Israel hingga menyita gedung kedutaan Israel di Iran.
ADVERTISEMENT
Seiring berjalannya waktu, Israel pun menganggap Iran sebagai ancaman utama. Permusuhan antara kedua negara pun semakin berkambang. Bukan hanya sebatas pernyataan maupun wacana, tetapi juga melalui beberapa bentuk aksi saling perlawanan. Iran bersekutu dengan Teheran untuk menjalankan aksi bersenjata. Israel tidak tinggal diam, serangan dan tindakan permusuhan pun dilancarkan oleh Israel dengan sekutunya.
Serangan Iran ke Israel, April 2024
Kronologi serangan Iran ke Israel bermula sebagai balasan dari serangan yang dilakukan oleh Israel terhadap wilayah kompleks konsulat Iran di Damaskus pada 1 April 2024 lalu. Merespon serangan tersebut, pada 7 April 2024, menteri luar negeri Iran mengancam akan melakukan serangan balasan ke Israel. Kabar ini pun cepat tersebar dan pada 12 April 2024, Amerika Serikat mengeluarkan peringatan kepada warga negaranya.
ADVERTISEMENT
Serangan yang mengejutkan pun terjadi pada tanggal 14 April 2024. Iran melancarkan serangan pada waktu dini hari ke Israel. Sumber menyebutkan, serangan tersebut terdiri dari drone, rudal jelajah, serta rudal balistik ke arah Israel.
Pada tanggal 19 April lalu, sebuah ledakan dikabarkan terjadi di Kota Isfahan yang berjarak sekitar 350 kilometer dari Teheran. Ledakan ini dikatakan sebagai serangan balasan dari Israel. Menurut laporan dari Fars dalam BBC.com, ledakan tersebut terjadi di dekat bandara internasional kota Isfahan. Secara langsung, Israel belum mengkonfirmasi serangan tersebut. Namun, para pejabat AS mengkonfirmasi bahwa sebuah serangan rudal Israel menghantam Iran pada 19 April lalu.
Realisme dalam Melihat Motif Serangan Iran ke Israel
Realisme merupakan perspektif yang menganggap bahwa negara merupakan aktor utama dalam hubungan internasional. Dalam melihat hubungan internasional, realis melihat bahwa hubungan internasional selalu berbasis pada realitas yang terjadi. Menurut kaum realis, konflik merupakan human nature atau sifat dasar yang telah melekat dalam diri manusia. Realisme melihat bahwa negara cenderung mementingkan kepentingan nasionalnya. Sebagaimana menurut Sorensen, 2003), pemikiran tersebut berdasar dari pencarian kekuatan dan didominasi yang berasal dari sifat dasar manusia yang merupakan dasar dari konflik. Dalam realisme, dijelaskan juga bahwa prinsip moral tidak dapat diterapkan untuk mengetahui politik negara. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Morgenthau bahwa realisme politik tidak memerlukan pembenaran moral, akan tetapi memerlukan pembedaan yang tajam antara apa yang dikehendaki dan apa yang mungkin.
ADVERTISEMENT
Selain itu, perspektif realisme melihat bahwa politik dalam hubungan internasional merupakan masalah evolusi sejarah. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Francis Fokuyama (2003), politik dan hubungan internasional merupakan masalah evolusi sejarah. Sehingga, dapat diartikan bahwa konflik antar negara dapat juga melalui proses sejarah yang panjang. Jika dikaitkan dengan konflik Iran dengan Israel, sejarah panjang permusuhan antar kedua negara ini merupakan penyebab konflik yang terjadi saat ini.
Dari kacamata realisme, konflik yang terjadi antara Iran dengan Israel terjadi atas faktor sejarah kelam permusuhan kedua negara yang telah berlangsung sejak lama. Sebagaima realisme memandang bahwa negara merupakan aktor utama. Selain itu, realis juga memandang bahwa kepentingan nasional negara akan selalu diutamakan diatas kepentingan negara lainnya. Hal ini dapat kita lihat melalui konflik Iran-Israel, baik itu Iran maupun Israel akan melakukan serangan tanpa memandang sisi moralitasnya. Dalam konflik ini, kita bisa melihat bahwa baik Iran maupun Israel keduanya sama-sama ingin menjaga kedaulatan negaranya. Terlebih, ketegangan antar dua negara telah berlangsung sejak lama.
ADVERTISEMENT