Konten dari Pengguna

Kreativitas Masyarakat yang Tinggal di Rumah Susun Apa Masih Bisa Dipertahankan?

Olivia Gunawan - Universitas Kristen Petra
Mahasiswi jurusan Desain Interior di Universitas Kristen Petra
24 November 2021 15:58 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Olivia Gunawan - Universitas Kristen Petra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Selama ini, masyarakat jika mendengar kata kampung pasti yang terbayang adalah hunian atau rumah-rumah penduduk yang dibangun secara berbaris-baris di atas tanah. Tak hanya soal rumah penduduk yang berbaris tetapi istilah kampung juga erat sekali dengan kata kumuh. Perseteruan antara warga dan pemerintah akan pemindahan tempat tinggal sampai saat ini masih terus terjadi dan kurang lebih berakhir dengan terpaksanya warga untuk tetap pindah dari kampung ke rumah susun.
ADVERTISEMENT
Setelah berpindahnya warga ke rumah susun, warga tidak serta-merta dapat mempertahankan aktivitas atau kegiatan-kegiatan mereka seperti yang dijanjikan karena kurangnya ruang atau area publik untuk warga. Sedangkan pemikiran-pemikiran untuk solusi terhadap bangunan rumah susun sendiri sudah dikemukakan oleh beberapa arsitek seperti munculnya konsep kampung vertikal.
Lalu kampung vertikal itu sendiri apa? Menurut Yu Sing, kampung vertikal merupakan transformasi dari kampung horizontal tanpa menghilangkan karakter lokal, kekayaan bentuk, warna, material, volume, garis langit, potensi ekonomi, dan kreativitas warga.
Foto: Grant Lemons/Unsplash
Lalu apa bedanya kampung vertikal dengan rumah susun atau apartemen? Bedanya adalah kampung vertikal wajib memenuhi aktivitas lokal dan kearifan budaya. Sehingga di dalam suatu area tersebut banyak ruang-ruang terbuka bagi masyarakat yang tinggal di dalamnya untuk berkumpul dan berinteraksi. Idealnya kegiatan-kegiatan yang umumnya ada di kampung seperti pertemuan Ibu-Ibu PKK atau diskusi ronda, bahkan hingga lomba 17 Agustus tetap dapat dilaksanakan dengan adanya area berkumpul tersebut.
ADVERTISEMENT
Susunan kampung vertikal umumnya pada lantai dasar difungsikan sebagai ruang publik, kemudian lantai 2 sebagai ruang komersial seperti warung, rumah makan, toko oleh-oleh, hingga toko kerajinan dari kreasi ibu-ibu atau komunitas yang ada. Selain itu, karena kampung vertikal ini harus menjadi hunian yang lebih baik tentunya akan ada ruang serbaguna yang berfungsi sebagai balai desa, taman bermain anak, sekolah dan tempat pemilahan sampah maupun pembuatan kompos. Sehingga tidak hanya dapat memperbanyak ruang hunian akan tetapi juga mencegah lingkungan menjadi kumuh seperti tempat tinggal mereka yang lama.
Alasan lain mengapa kampung vertikal sendiri ini baik adalah karena bisa juga menjadi solusi untuk permasalahan seperti terbatasnya lahan untuk hunian terutama di kota-kota yang mulai padat penduduk. Selain itu, banyaknya isu sosial seperti meningkatnya tingkat kemiskinan juga sebagai salah satu alasan mengapa banyak anak muda tidak mampu membeli hunian rumah yang berpijak pada tanah.
ADVERTISEMENT
Selain itu, sebagai masyarakat pertanyaan yang pasti muncul adalah setiap kamar atau unitnya memiliki bentuk susunan yang sama atau seragam bagaimana bisa kampung vertikal itu membuat masyarakat lebih kreatif? Dan bukankah dengan luasan yang sempit seperti itu apakah bisa menampung kreativitas masyarakat?

Solusi

Solusinya adalah ada sebuah konsep atau pemikiran dalam penataan rumah tinggal yang cocok untuk permasalahan ini yaitu flexible housing. Flexible housing (rumah fleksibel) adalah konsep rumah yang dapat memodifikasi rumah dengan 3 cara yaitu memindah rumah dari tempat berpijaknya (portable house), kemudian mengubah ukuran dengan cara menggeser partisi dinding, dan yang terakhir yaitu mengubah fungsi. Konsep ini berakar dari modernisme tepatnya diaplikasikan pada bangunan terbuka atau minim sekat.
ADVERTISEMENT
Karena keterbatasan dari luasan yang ada pada pada bangunan seperti kampung vertikal tentunya membutuhkan konfigurasi yang berbeda dalam menata interior dari sebuah unit. Umumnya hunian seperti ini dibuat seragam dan tidak memungkinkan untuk berkembang mengikuti orang yang menempatinya. Sedangkan orang atau manusia-manusia yang tinggal di sana sangatlah beragam mulai dari keluarga kecil hingga keluarga besar yang telah lanjut usia.

Flexible Housing

Oleh karena itu dari konsep flexible housing yang dapat diterapkan adalah dengan tidak membuat dinding paten pada ruangan sehingga ketika penghuni di dalamnya membutuhkan area untuk makan mereka tidak perlu berdesakan makan pada area dapur. Begitu juga dengan tempat tidur jika mereka harus tidur di kamar yang kecil adanya partisi yang dapat digeser dan dapat memindahkan batas ruang misalnya mempersempit ruang utama.
Dinding Partisi. Foto: Michael Browning/Unsplash
Partisi pada dinding juga dapat difungsikan sebagai ruang penyimpanan sehingga partisi tersebut bersifat multifungsi dan tidak memakan banyak tempat seperti untuk menyimpan pakaian atau buku anak dan lain-lain. Solusi ini juga dapat mengatasi permasalahan seperti kurangnya cahaya matahari dan sirkulasi udara karena sekat ruang dapat terus dipindahkan. Sisi belakang partisi dapat dimodifikasi bila ingin memperluas ruang menjadi lebih besar. Partisi dapat juga digabungkan dengan kasur yang menempel pada lemari atau lebih dikenal dengan istilah murphy bed. Jadi kasur hanya diturunkan dimalam hari sehingga ketika siang hari ruangan benar-benar luas. Hal ini juga dapat membantu bila orang yang tinggal didalamnya memiliki usaha kecil seperti menjual kue atau aksesoris. Sehingga dapat meletakkan berbagai barang dan bekerja secara nyaman.
Kursi minimalis yang dapat ditumpuk. Foto: Sam Muqadam/Unsplash
Kamar Tidur Multifungsi. Foto: Darren Richardson/Unsplash
Sistem perabot yang multifungsi dengan adanya roda juga sangat membantu bagi orang lanjut usia sehingga tidak perlu mengeluarkan tenaga yang besar untuk memindahkannya. Dengan sistem ini, fungsi ruang juga dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Misalnya, keluarga kecil terdiri dari ayah ibu dan satu anak. Ketika anak membutuhkan ruang belajar dapat merubah konfigurasi ruang dengan memindahkan meja atau menarik salah satu dinding untuk memisahkan ruang.
ADVERTISEMENT
Oleh karena dapat berpindahnya sekat ini penghuni rumah dapat secara kreatif membagi rumahnya sesuai dengan kebutuhan ataupun mendekorasi dan menempatkan batasan-batasan tersebut meskipun hunian yang mereka miliki sangat terbatas.
Selain itu sistem ini tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan dari berbagai orang yang tinggal di dalamnya akan tetapi factor yang mendukung untuk semakin digunakan sistem ini karena adanya pandemi di tahun 2020 juga mendorong perubahan gaya hidup masyarakat dari bekerja sepenuhnya dari kantor menjadi berkerja dari rumah.
Oleh karena itu, meskipun di setiap unitnya memiliki ukuran yang sama tetapi dengan konsep seperti ini kreativitas masyarakat dan hubungan mereka dengan sesama penghuni dapat tetap dipertahankan dan harapannya masyarakat tinggal pada ruangan-ruangan yang seragam tetap dapat memodifikasinya sendiri sesuai dengan kebutuhan aktivitasnya dan tidak perlu khawatir akan hilangnya budaya dan interaksi dengan masyarakat sekitar sekiranya nanti ketika sudah tinggal di Kampung Vertikal.
ADVERTISEMENT