Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Investasi Hijau : Kontribusi Generasi Muda bagi Masa Depan Perekonomian
23 April 2024 8:33 WIB
·
waktu baca 9 menitTulisan dari Fanny Yolan Tamba tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Isu transformasi global telah digaungkan sejak awal abad ke-19, yang menandai perubahan struktur dan tatanan internasional. Perkembangan era globalisasi turut mendorong transformasi global yang semakin besar dan melibatkan seluruh sektor, mulai dari perekonomian, kebudayaan, sosial, hingga politik. Namun pada 2019 hingga 2020 silam, Pandemi Covid-19 telah menimbulkan kekhawatiran di seluruh dunia, salah satunya ialah melesukan perekonomian global. Bahkan, sebelum sempat pulih ke keadaan semula, dunia justru dihadapkan pada berbagai isu geopolitik yang berimbas pada terhambatnya pertumbuhan ekonomi di berbagai negara. Kepala ekonom Bank Pertama, Joshua Pardede, mengatakan bahwa saat ini kondisi perekonomian dunia masih terindikasi ketidakpastian yang tinggi. Data inflasi global di negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, masih berada di atas ekspektasi pasar perekonomian. Kondisi ini turut berimbas pada perekonomian di Indonesia. Tekanan inflasi dan outlook perekonomian yang lemah menimbulkan tekanan pada masyarakat, terutama perihal menurunnya daya beli akibat kenaikan harga-harga.
ADVERTISEMENT
Di tengah-tengah permasalahan ketidakpastian ekonomi, musuh lain dalam perekonomian pun belum dapat teratasi dengan baik, yakni isu pencemaran lingkungan. Isu ini menimbulkan permasalahan iklim yang turut berdampak pada perekonomian. Misalnya, penurunan produksi panen akibat kenaikan suhu dan penurunan curah hujan yang tinggi. Penelitian mencatat bahwa pada 2040 Pulau Jawa dan Sumatera akan mengalami penurunan panen beras 20 hingga 40 persen akibat iklim yang ekstrem.
Menghadapi kekhawatiran ini, Indonesia bersama negara di seluruh dunia turut mendeklarasikan Sustainable Development Goals (SDGs) dengan tujuannya yang berkaitan dengan pemeliharaan ekosistem dan ekonomi berkelanjutan. Atas dasar keprihatinan dan rasa tanggung jawab yang sama, Indonesia juga turut mengambil bagian dengan mencanangkan sistem ekonomi hijau sebagai strategi transformasi ekonomi dalam jangka menengah panjang. Isu ketidakpastian ekonomi dan pencemaran lingkungan ini pun seharusnya membangkitkan kesadaran generasi muda sebagai bagian dari masa depan perekonomian. Tentunya, strategi dan kolaborasi diperlukan agar transformasi berdampak signifikan terhadap produktivitas dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Berbicara mengenai pertumbuhan ekonomi maka terdapat keterkaitan yang erat dengan Produk Domestik Bruto (PDB). Meskipun PDB tidak dapat menjadi ukuran yang tepat untuk menggambarkan kesejahteraan suatu negara tetapi PDB merupakan salah satu pengukuran total output perekonomian. Dalam hal ini, PDB menjadi salah satu ukuran yang dipakai untuk mengukur kemajuan perekonomian di suatu negara. PDB sendiri dapat dituliskan dengan persamaan Y = C+I+G+NX (Y = Produk Domestik Bruto, C = konsumsi, I = investasi, G = belanja pemerintah, dan NX = Net ekspor (ekspor – impor)). Saat ini, perekonomian Indonesia masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga dengan presentasi lebih dari 50%. Maka untuk mendukung perekonomian Indonesia, generasi muda dapat berkontribusi pada aspek yang lain yakni dengan instrumen investasi.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahun 2022, jumlah investor di Indonesia pada tahun 2022 telah mencapai 11,1 juta orang. Angka ini meningkat 16,7% dibandingkan tahun 2021. Kepala ekonom Bank Permata. Josua Pardede, menilai bahwa iklim investasi masih relatif kondusif bahkan di tengah ketidakpastian ekonomi. Meski tingkat inflasi dunia belum dapat terkendali dengan baik, di Indonesia sendiri tingkat inflasi relatif stabil sekitar 5,7%. Praktisi Keuangan dan Investasi, Benny Sufami, menyatakan bahwa pada tahun 2024, para investor justru akan memiliki peluang besar. Dari berbagai jenis instrumen investasi yang tersedia, generasi muda dapat mulai melirik jenis investasi hijau. Mengapa?
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa investasi dapat menjadi penopang bagi perekonomian suatu negara. Manfaat investasi bagi perekonomian di antaranya adalah sebagai sumber pendapatan negara (adanya pengenaan pajak bagi setiap transaksi investasi yang dilakukan). Selain itu, investasi juga berperan dalam peningkatan produktivitas dan penambahan lapangan pekerjaan. Setiap modal yang ditanamkan dapat dipergunakan untuk pengembangan usaha yang akan menyerap lebih banyak tenaga kerja. Jika jumlah tenaga kerja yang terserap semakin banyak dan lebih banyak lapangan usaha yang dibuka, maka produktivitas suatu negara akan meningkat. Hal inilah yang dapat menggerakkan roda perekonomian. Bila hal ini terus berlanjut, maka perekonomian Indonesia akan semakin kokoh meski di tengah ketidakpastian global. Di sisi lain, Indonesia dan negara lain di dunia tidak hanya menghadapi ketidakpastian ekonomi, namun juga kekhawatiran akan perekonomian di masa depan akibat adanya pencemaran lingkungan. Dalam Pra-KTT Ketiga Y20 telah dibahas mengenai pentingnya peran pemuda dalam mewujudkan dunia yang berkelanjutan dan layak huni. Dengan keterkaitannya terhadap perekonomian, inilah alasan mengapa instrumen investasi hijau menjadi pilihan yang tepat bagi generasi muda.
ADVERTISEMENT
Investasi hijau ialah jenis investasi yang fokus pada proyek yang berdampak positif pada kelestarian lingkungan serta berupaya untuk memberikan kontribusi bagi keberlanjutan lingkungan. Dana untuk investasi ini biasanya dikumpulkan dalam bentuk sekuritas, reksadana, obligasi, dan electronic traded funds (ETF). Investasi ini bertujuan untuk mengusung bisnis ramah lingkungan menuju ekonomi berkelanjutan. Sehingga, generasi muda dapat berpartisipasi secara aktif dalam pelestarian lingkungan, mendukung pergerakan roda perekonomian, sambil tetap memperoleh keuntungan secara finansial.
Investasi hijau seringkali dikelompokkan menjadi Environmental, Social, and Governance (ESG) atau Socially Responsible Investing (SRI). Dirangkum dari investopedia, terdapat beberapa jenis investasi hijau yang dapat dipilih, seperti obligasi hijau (green bonds), ekuitas hijau (green equities), dan reksadana hijau (green funds). Obligasi hijau berarti membeli pinjaman yang diterbitkan untuk membantu bank, perusahaan, dan/atau badan pemerintah yang akan membiayai proyek dengan dampak positif terhadap lingkungan. Ekuitas/saham hijau memiliki arti membeli lembar saham pada perusahaan yang ramah lingkungan. Sedangkan, reksadana hijau berarti investor akan memberikan dana investasi hanya untuk proyek/perusahaan ramah lingkungan yang terdiri atas beberapa saham/obligasi.
ADVERTISEMENT
Saat ini, investasi hijau dapat dikatakan memiliki peluang besar yang dibagi atas beberapa poin penting, seperti green power, water stock, wind power, solar energy, pollution control, dan waste reduction, dengan penjelasan sebagai berikut.
1. Green power : Dunia yang menghadapi perubahan iklim ekstrem menyebabkan banyak rumah dan industri akan mencari sumber pembangkit listrik yang ramah lingkungan.
2. Water stock : Perubahan iklim menyebabkan air bersih semakin sulit didapatkan. Oleh karena itu, investasi untuk bisnis pengumpulan, pemurnian, dan distribusi air berkelanjutan akan semakin dibutuhkan.
3. Wind power : Angin adalah salah satu jenis sumber daya terbarukan dengan pertumbuhan tercepat selama 20 tahun terakhir. Akhir-akhir ini, sebagian besar investor menaruh minat menanam modal di perusahaan produksi turbin angin.
ADVERTISEMENT
4. Solar energy : Semakin banyak investor yang tertarik pada perusahaan produksi panel surya yang juga merupakan jenis sumber energi terbarukan.
5. Pollution control : Permasalahan polusi akibat emisi karbon telah menjadi fokus pemerintah. Pemerintah tentu membutuhkan dukungan dana untuk kegiatan mengatasi emisi karbon, dalam bentuk investasi.
6. Waste reduction : Kebutuhan akan pengurangan sampah akibat gaya hidup akan semakin meningkat. Oleh karena itu, bisnis yang bergerak dalam usaha daur ulang sampah akan membutuhkan investasi yang besar.
Di Indonesia sendiri, penerapan investasi hijau telah berlaku sejak lama. Dasar hukum investasi hijau telah diatur dalam UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Dalam Pasal 3 ayat (1) dinyatakan bahwa penanaman modal diselenggarakan dengan asas wawasan lingkungan dan pada pada pasal 16 huruf d dinyatakan bahwa setiap penanam modal bertanggung jawab menjaga kelestarian lingkungan hidup. Bappenas Indonesia juga telah menyusun empat program utama sehubungan dengan investasi hijau yakni Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), sehubungan dengan energi, lanskap berkelanjutan, dan persiapan menuju Green Climate Fund (GCF).
ADVERTISEMENT
Hingga September 2023 lalu, total realisasi investasi tercatat naik 18% dibandingkan dengan periode Januari-September 2022. Berikut adalah data mengenai demografi investor individu per Januari 2023.
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa pasar investasi dominan telah dikuasai oleh generasi muda. Di sisi lain, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia juga mengungkapkan bahwa realisasi investasi hijau di Indonesia sudah mencapai 20% dari total investasi, yang meliputi mobil listrik, baterai listrik, hingga bahan baku solar panel. Sekilas angka ini terlihat baik karena dengan kata lain sudah banyak generasi muda yang tergerak untuk berkontribusi bagi perekonomian Indonesia khususnya dalam hal pelestarian lingkungan. Namun, fakta mengejutkan lain justru terungkap. Berdasarkan hasil survei OCBC NISP Finansial Fitness Index 2022 didapatkan data bahwa 78% investor muda tidak memahami produk investasi. Mereka mengaku berinvestasi hanya mengikuti tren dan menganggap bahwa investasi adalah cara yang instan untuk mendapatkan keuntungan finansial.
ADVERTISEMENT
Langkah investasi yang dilakukan generasi muda tentu saja merupakan hal yang baik. Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar generasi muda benar-benar siap untuk berinvestasi. Hal pertama yang perlu dilakukan ialah memahami investasi dan profil investasi. Investor muda harus memahami keuntungan, strategi, bahkan risiko berinvestasi. Selanjutnya, harus dapat dipastikan bahwa investor memilih produk investasi pada perusahaan yang legal agar tidak terkena investasi bodong. Pastikan bahwa perusahaan investee telah mendapatkan izin dari OJK, BAPPEBTI, atau Kementerian Koperasi dan UMKM. Yang terakhir, investor muda harus dapat menentukan instrumen dan jangka waktu investasi sesuai dengan kebutuhan dan tujuan awal investasi. Dalam hal memillih jenis produk investasi, maka investasi hijau merupakan rekomendasi produk yang dapat dipilih. Ada beberapa keuntungan yang bisa diberikan oleh investasi hijau, seperti nilai return yang kuat, diversifikasi portofolio, dan tentu saja sebagai bentuk kontribusi masa depan yang lebih baik.
ADVERTISEMENT
Investasi hijau di Indonesia memang belum dikenal secara luas karena kecenderungan investor hanya berfokus pada profit finansial saja. Namun, investor muda dapat menjadikan indeks KEHATI (Yayasan Keanekaragaman Hayati), yang dikembangkan oleh Bursa Efek Indonesia, jika ingin berinvestasi pada saham yang memiliki predikat hijau. Dengan kesadaran lingkungan yang tinggi dan paham instrumen investasi, tentu tidak akan menutup kemungkinan investasi hijau akan menjadi instrumen yang menarik dan potensial di masa depan. Bahkan, dengan langkah ini, generasi muda dapat menjadi bagian dari ujung tombak perekonomian Indonesia menghadapi transformasi global.
DAFTAR PUSTAKA
Antara. (2024, Januari 17). medcom.id. Retrieved from Duh! Kondisi Ekonomi Global Semakin Tidak Pasti: https://www.medcom.id/ekonomi/makro/Rb1Yzaxb-duh-kondisi-ekonomi-global-semakin-tidak-pasti
Asian Development Bank. (2005). Jalan Menuju Pemulihan Memperbaiki Iklim Investasi di Indonesia. 1-16.
ADVERTISEMENT
Cambridge University Press. (2015). The Global Transformation History. Modernity and the Making of International Relations, 1-14.
Hasibuan, J. (2023). Ekonomi Berkelanjutan di Tahun 2023 : Investasi HIjau dan Transformasi Bisnis. 1-12.
Isna Rifka Sri Rahayu, E. D. (2022, Agustus 16). Kompas.com. Retrieved from Survei : Mayoritas Generasi Muda Indonesia Belum Paham Investasi: https://money.kompas.com/read/2022/08/16/083700526/survei--mayoritas-generasi-muda-indonesia-belum-paham-investasi
Turisno, B. E. (2011). Etika Bisnis Dalam Hubungannya Dengan Transformasi Global dan Hukum Kontrak serta Perbuatan Melawan Hukum. MMH, 1-6.
Vinnilya. (2023, Oktober 25). BERITA SATU. Retrieved from Realisasi Investasi Hijau Sudah 20 Persen dari Total Investasi: https://www.beritasatu.com/ekonomi/1073816/realisasi-investasi-hijau-sudah-20-persen-dari-total-investasi
Zakawali, G. (2022, Oktober 11). berita usaha. Retrieved from Green Investment, Wujud Kontribusi Pemuda Untuk Lingkungan: https://beritausaha.com/keuangan/green-investment-di-indonesia/#:~:text=Jenis-Jenis%20Green%20Investment%201%201.%20Green%20Equities%20Jenis,penerbit%20obligasi%20tersebut.%20...%203%203.%20Green%20Funds