Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Keselamatan Diabaikan Dalam Pendakian Demi Konten
1 Desember 2024 16:47 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Muhammad Irfan Bahi Haqqi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dunia pendakian gunung di Indonesia belakangan ini diramaikan dengan pendaki FOMO (Fear of Missing Out). Media sosial dipenuhi foto-foto menarik di puncak gunung sehingga membuat banyak orang berlomba mendaki hanya untuk menghasilkan konten serupa. Sayangnya, banyak yang mengabaikan persiapan demi mengejar popularitas di media sosial.
ADVERTISEMENT
Masalah utamanya ialah banyak pendaki pemula yang nekat mendaki gunung-gunung tinggi tanpa persiapan memadai. Mereka tergesa-gesa mengikuti jejak para pengiat media sosial gunung tanpa menyadari bahwa di balik foto indah yang mereka lihat, ada proses panjang dan persiapan yang tidak ditampilkan di media sosial.
Para pendaki FOMO ini sering mengabaikan hal-hal penting. Mereka tidak mau repot mencari informasi tentang gunung yang akan didaki, tidak peduli dengan jalur pendakian, tempat-tempat berbahaya, atau cuaca yang dapat berubah sewaktu-waktu. Lebih parahnya, mereka lebih mengutamakan membawa peralatan untuk berfoto daripada peralatan keselamatan dasar seperti tempat air, jaket antihujan, atau perlengkapan P3K.
Akibatnya sangat serius. Kasus pendaki yang mengalami hipotermia (kedinginan parah), kekurangan air, tersesat, bahkan kecelakaan fatal semakin sering terjadi. Tim SAR gunung melaporkan peningkatan drastis kasus penyelamatan pendaki dadakan yang terjebak masalah karena tidak siap menghadapi kondisi ekstrem di gunung.
ADVERTISEMENT
Gunung pun ikut menjadi korban. Pendaki yang tidak paham etika sering membuang sampah sembarangan dan merusak tumbuhan. Lama-kelamaan, tempat yang seharusnya dijaga kelestariannya ini perlahan berubah menjadi lokasi wisata yang rusak.
Faktanya, foto-foto dari pendakian tanpa persiapan ini malah sering mendapat banyak suka dan komentar positif di media sosial. Hal ini menciptakan kesan bahwa mendaki tanpa persiapan itu wajar dan dapat ditiru. Padahal, di balik foto-foto tersebut tersembunyi bahaya besar yang mengancam nyawa.
Untuk mengatasi masalah ini, semua pihak harus bekerja sama. Para pengiat media sosial gunung perlu lebih bertanggung jawab dalam membagikan konten dengan menekankan pentingnya persiapan dan keselamatan. Pengelola gunung juga harus lebih ketat dalam memeriksa kesiapan para pendaki sebelum mereka diizinkan mendaki. Komunitas pendaki berpengalaman juga dapat membagi ilmu pendakian untuk pemula tentang tantangan di gunung yang tidak terlihat di media sosial.
ADVERTISEMENT
Bagi yang tertarik mendaki, ingatlah bahwa gunung bukan tempat untuk mencari validasi di media sosial. Mendaki yang benar adalah tentang menghormati alam, memahami batas kemampuan diri, dan bersiap menghadapi segala kemungkinan. Foto-foto bagus akan datang dengan sendirinya ketika kita mendaki dengan persiapan dan niat yang benar.
Gunung selalu ada di sana, tidak akan pergi ke mana-mana. Terpenting adalah bagaimana kita mempersiapkan diri sebaik mungkin sebelum memutuskan untuk mendaki, bukan sekadar mengejar konten dan suka di media sosial yang sifatnya sementara.