Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Komodifikasi Pura Tirta Empul : Tantangan Multikultur dan Pelestarian Sakralitas
5 Desember 2024 17:38 WIB
ยท
waktu baca 3 menitTulisan dari Ni Ketut Kaory Nanda Rimbayani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pura Tirta Empul Merupakan salah satu pura di Bali yang menjadi daya tarik wisatawan lokal maupun mancanegara. Pura ini berdiri sejak abad ke -10 Masehi saat pemerintahan Dinasti Warmadewa. Pura Tirta Empul terletak di Desa Manukaya, Kecamatan Tampak Siring, Kabupaten Gianyar. Pura Tirta Empul terkenal dengan air sucinya. Masyarakat Bali memiliki kepercayaan jika melukat di Pura ini , maka kita akan mendapatkan keberuntungan. Sebagai tempat spiritual, pura ini digunakan untuk ritual melukat, yakni upacara ritual penyucian diri yang menjadi daya tarik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Komodifikasi Pura Tirta Empul sebagai kawasan sakral yang dijadikan objek wisata, memicu berkurangnya religiusitas dan sakralitas yang menggambarkan tantangan dalam pelestarian budaya di Tengah tekanan ekonomi pariwisata.
ADVERTISEMENT
Dengan adanya komodifikasi tempat suci ke dalam industri pariwisata tentunya menimbulkan berbagai tantangan multikultur terhadap keharmonisan sosial budaya setempat. Salah satunya interaksi lintas budaya, pariwisata ini mempertemukan dua budaya yang berbeda antara budaya barat yang terbuka dengan budaya lokal yang lebih konservatif dan tertutup. Hal ini tampak pada cara berpakaian orang barat yang terbuka, meskipun wisata ini menyediakan kain kamben untuk wisatawan sebagai perwujudan penghormatan tradisi setempat, tetap saja ada beberapa wisatawan berpakaian tidak sopan dan melanggar tradisi lokal. Hal ini dapat memicu kontroversi pelanggaran tradisi setempat. Bahkan ada beberapa wisatawan mancanegara yang memaksa masuk ke areal pura tanpa mengindahkan cara berpakaian yang sesuai tradisi setempat. Hal ini dikhawatirkan dapat menimbulkan degradasi kesakralan pura.
ADVERTISEMENT
Disisi lain, dengan komodifikasi tempat suci ke dalam industri pariwisata juga menghasilkan perubahan dalam makna kebudayaan, yakni mengubah pura menjadi komoditas ekonomi. Komodifikasi ini membawa dampak yang cukup signifikan terhadap kebudayaan lokal. Terjadi pergeseran kebudayaan, seperti perubahan praktik masyarakat dalam memaknai dan mempertahankan tradisi mereka. Pariwisata yang berbasis pasar memicu komodifikasi budaya dan tradisi lokal, yang memicu tarik-menarik antara menjaga tradisi lokal atau tuntutan pembangunan ekonomi. Terjadinya penurunan pemeliharaan tradisi setempat , hal ini bisa terjadi akibat masyarakat terlalu fokus pada aspek komersialisasi daripada menjaga nilai spiritual dan kesakralan pura. Sehingga batasan dari kesakralan pura semakin abu-abu . Modernisasi dan globalisasi menyebabkan perubahan pemaknaan nilai sakral pada objek wisata Pura Tirta Empul. Tidak banyak, namun ada beberapa wisatawan memaknai ritual hanya sebagai atraksi semata, tanpa mengetahui makna dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnnya.
ADVERTISEMENT
Hal ini perlu diatasi agar fungsi pura sebagai tempat ibadah umat hindu tidak tergeser akibat dari kepentingan pariwisata. Namun kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan pariwisata dan masyarakat dalam hal ini, kolaborasi antara keduanya dalam menjaga kelestarian budaya sangatlah penting. Pelestarian budaya lokal tanpa pengorbanan aspek ekonominya adalah langkah yang tepat untuk menciptakan keharmonian antara budaya tradisi setempat dengan perkembangan modernitas dan kebutuhan masyarakat masa kini.
Ni Ketut Kaory Nanda Rimbayani, Mahasiswi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Ganesha.