Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
'Winter is Coming' ala Rusia (Bagian 3): Hotspring, Banya, dan Elbrus
21 November 2018 5:45 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
Tulisan dari A. Gunawan Wicaksono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Setelah dua tulisan 'Winter is Coming ala Rusia' bercerita tentang aktivitas Musim Dingin di Moskow dan di ujung Timur Laut Rusia yaitu Chukotka, kali ini kita akan napak tilas aktivitas Musim Dingin yang dialami langsung oleh teman karib saya, “Kang Ayip” Arif Bakhtiar. Kang Ayip baru saja kembali dari penugasannya di KBRI Moskow. Dan untuk berbicara tentang sauna khas Rusia – Banya dan wisata ke Gunung Elbrus, beliau adalah orang yang pas karena merupakan subjek pelaku, bukan objek penderita.
ADVERTISEMENT
“Kang, boleh dong ceritakan secara rinci terkait Hotspring dan Banya di Siberia yang viral di jagad Facebook waktu itu?” pintaku. “Plus waktu ke Elbrus?” “Ok ok,” kata Kang Ayip setuju.
“Trims, Kang! Itu unik dan menarik karena dilakukan di Siberia yang dingin sekali, sesuai dengan tema tulisan bersambung yang aku buat tentang Musim Dingin di Rusia.”
Jadi tulisan ini adalah sebuah simbiosis mutualisme. Saya butuh bahan menulis, sementara Kang Ayip tidak keberatan ditulis, ehm, atau bahkan mungkin ingin ditulis.
“Enak aja, lha aku yang diwawancara kok,” pasti demikian jawabnya jika ada yang bertanya.
Hehe.. lebih butuh saya dong. Semoga sahabat saya ini semakin sukses dan pernikahannya sebentar lagi lancar dan berkah. Aamiin!
ADVERTISEMENT
Hotspring (Kolam Air Panas)
Di bulan Februari 2016 dalam rangka menyambangi teman karibnya yaitu pasangan suami istri warga Tyumen, Rusia , Arif terbang dari bandara Sheremetyevo (SVO) Moskow ke Tyumen (TJM), Siberia. Arif menumpang maskapai pelat merah Rusia, Aeroflot, yang memiliki logo palu arit bersayap. Selama sekitar 2 jam 55 menit Arif pun tiba di Tyumen. Kota ini masuk ke dalam wilayah Siberia Tengah yang kaya akan bahan mineral dan hasil hutan.
Di wilayah itu terdapat sumber air mineral seperti di Lembang, Jawa Barat, di mana terdapat banyak pilihan tempat untuk berendam air panas outdoor, sebagaimana halnya onsen (rumah pemandian air panas) di Jepang. Jarak pemandian air panas itu dari pusat kota Tyumen hanya sekitar 30 menit. “Ini semakin seru karena di tengah tumpukan salju yang memutih, kita bisa berendam di kolam air panas outdoor,” kata Arif. “Kolam air mineral hotspring itu campur sih, ruang gantinya aja yang dipisah antara cowok dan cewek,“ terang Arif dengan bersemangat.
ADVERTISEMENT
Kolam air panas ini menegakkan aturan main yang ketat agar tidak berbahaya untuk kesehatan. Pengunjung diwajibkan mandi bersih dan ganti baju renang, baru boleh berendam di air mineral panas itu selama maksimum 15 menit. Setelah itu dia harus keluar dari kolam untuk mengeringkan badan, baru masuk ke kolam lagi. Begitu seterusnya. “Jadi tidak boleh berendam terus-terusan, apalagi viviz di dalamnya,” tegas Arif. Benar juga!
Banya (sauna Rusia)
Masih di Tyumen, Siberia dengan kedua temannya, Arif juga diajak untuk menyambangi Banya yang ada di pinggir hutan. Selama di Tyumen, Arif yang sudah dianggap sebagai keluarga sendiri, tinggal di rumah pasangan Rusia itu. Perjalanan hotspring ataupun banya menggunakan mobil mereka.
Banya merupakan sauna ala Rusia, di mana selain berdiam diri dalam ruangan panas sampai kulit matang, bergantian dengan rekan, tubuh pun dikepruk-kepruk dengan seikat tebal ranting berdaun lebat, yang menurut ingatan Arif berasal dari pohon beryoza/birch. "Daun itu untuk menepuk-nepuk badan kita saat sauna, guna membantu melancarkan peredaran darah,” kata Arif.
ADVERTISEMENT
Banya di pinggir hutan Tyumen itu persis terletak di pinggir danau yang beku. Kebetulan danau itu juga sering dipakai untuk acara epiphany (pembaptisan) umat Kristen Orthodox. “Kalau mau ke sana jangan lupa booking tempat dulu sebelumnya karena tidak bisa langsung datang on the spot," pesan Arif.
Untuk Banya ini prinsipnya sama, kita hanya boleh di dalam tempat sauna selama 15 menit. Setelah berkeringat baru kita diajak keluar ke danau, dan nyemplung ke kolam yang dibuat di permukaan danau yg membeku. Sementara termometer menunjukkan suhu udara minus 16 derajat Celcius.Gokil!
"Harus masuk sampai kepala kita nyemplung semua dan boleh ambil nafas tiga kali, baru keluar dari kolam untuk masuk banya/sauna lagi," terang Arif.
ADVERTISEMENT
"Tapi kita ga boleh langsung masuk sauna..harus berdiri santai dulu di luar sambil setengah bugil dan bulu-bulu rambutnya membeku," lanjut Arif. Saya pun terlongong.
"Hehehe begitulaah. Bahkan alisku aja sampai putih membeku..baru diajak masuk sauna lagi. Kalau nggak terlalu kuat panasnya, bisa pakai topi khas banya." Arif menerangkan bahwa prosesi tersebut dia ulangi sampai tiga kali masuk danau/kolam air es tadi.
"Jangan khawatir,"katanya. "Airnya ga sedingin yang kita sangka. Waktu pertama mau masuk kolam aku sempet jiper juga karena suhunya masih -16 meskipun sudah bulan Februari, tapi ternyata air di dalam kolam itu suhunya lebih hangat, +5, makanya bentuknya masih cair kan, ga membeku," ucapnya.
"Oooh, begitu,"sahutku yang ikut menggigil membayangkan hal itu.
ADVERTISEMENT
"Memang di permukaannya ada lapisan es tipis yang bisa kita bersihin pake kayu or sapu sebelum kita nyemplung," tutur Arif dengan bangga. "Prosesi terakhir adalah dari sauna tadi langsung mandi air biasa untuk bersihin sisa-sisa daun yang menempel di badan. Ga usah masuk kolam lagi karena sudah langsung ganti baju dan minum Russian tea," tutupnya.
Russian tea yang dimaksud Arif bernama "Ivansky cai (teh Ivan)" yang terbuat dari rerumputan di pegunungan Rusia.
Bermain Ski di Gunung Elbrus
Kisah selanjutnya terjadi lebih awal yaitu pada bulan Desember 2015 (walaupun di-upload oleh Arif di FB bulan Januari 2016) yaitu berkunjung ke Gunung Elbrus. Ini merupakan kegiatan yang sering pula dilakukan saat musim dingin di Rusia. Gunung Elbrus berbeda dengan Gunung Erebus. Yang kedua ini berada di Antartika, di wilayah Selandia Baru. Gunung Elbrus merupakan gunung tertinggi di Eropa, dan merupakan bagian dari Pegunungan Kaukasus di Selatan Rusia, dekat perbatasan Georgia.
ADVERTISEMENT
Untuk menuju Elbrus, anda perlu naik pesawat dari bandara Sheremetyevo, Moskow ke kota Mineralny Vody, lalu disambung dengan taksi atau mobil sewaan ke wilayah Elbrus yg memakan waktu sekitar 6 jam perjalanan.
Di kota Mineralny Vody ini juga terdapat banyak hotspring outdoor dan bisa dilanjutkan dengan makan sashlik (sate) di resto yang cukup banyak di sekitar kolam, lalu lanjut ke Elbrus.
"Wilayah Elbrus ini masuk daerah Kaukasus, tidak jauh dari Chechnya, jadi di beberapa tempat kita harus melewati pos penjagaan tentara untuk security checking. Itu biasanya sudah malem jadi kanan kiri hanya bisa lihat hutan dan salju,"ujar Arif.
Menurut Arif, tentara tidak periksa paspor tapi hanya periksa isi mobil." Setelah enam jam lebih perjalanan, Arif dan kedua temannya sampai di hotel yang berada di tengah hutan, yang cukup ramai karena musim ski. Ada pula pertunjukan band yang dapat dinikmati.
ADVERTISEMENT
Karena sampai di Elbrus malam hari, waktu terbangun di pagi hari, Arif baru menyadari bahwa hotelnya terletak di lembah yang dikelilingi gunung-gunung yang tinggi menjulang. Begitu indah dan menakjubkan.
"Itu perasaan takjub yg sulit dilukiskan dg kata-kata. Mungkin seperti perasaan orang Rusia yang liburan ke Bali saat winter break dan baru bisa lihat pantai dengan pasir putih dan matahari yg hangat.
Melihat Ortu Rusia Ajarkan Kemandirian pada Anaknya
Karena Arif pergi main ski dengan teman-teman Rusia, ia menjadi tahu sisi kehidupan keluarga Rusia dalam mendidik anak.
Salah satu teman bernama Zhenya, ibu muda yang seorang pebisnis namun sudah memiliki tiga anak. Saat itu mereka membawa dua anaknya, kira-kira SMP dan kelas 1 SD, karena yang sulung tidak ikut.
ADVERTISEMENT
"Si bungsu ini cewek, namanya Masha dan dia sangat mandiri. Saat kami menaiki tangga buat ski..Masha ini ga pernah dipegangin mamanya, jalan sendiri. Termasuk saat kami naik kereta gantung ke puncak Cheget 2750 meter di atas permukaan laut. Saat mendaki dar tempat halte kereta gantung menuju satu-satunya cafe yg ada di ketinggian 2750 meter itu, Masha juga dibiarkan jalan sendiri naik tangga kayu dengan sepatu ski yg berat itu."
"Aku aja yg ngelihat agak khawatir takut dia kepleset dan jatuh, tapi ternyata dia survive lho. Dari situ aku bisa melihat bagaimana Russian style diterapkan oleh orang tua dalam mendidik anaknya menjadi pribadi yang mandiri dan tegar meskipun dia cewek," demikian Arif.
F
ADVERTISEMENT
Arif sendiri saat sampai di cafe merasa kedinginan dan salah kostum yang dinilai terlalu tipis untuk naik setinggi itu. "Akhirnya di depan cafe itu aku disuruh scott jump dan push up biar darahnya menghangat."
"Aku juga selalu dipeluk mereka semua biar tetap hangat," kata Arif."Oh, so sweet," sahutku.
"Terharu banget deh, bener-bener kayak keluarga sendiri. Gak ada itu tipikal orang Rusia yang dingin dan ga ramah sama orang asing."
Sungguh liburan yang menyenangkan, Kang! Luar biasa! Trims sudah berbagi cerita.