Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Konten dari Pengguna
Reaktivasi Jalur Kereta Api Garut: secercah Asa
18 April 2025 8:50 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Aang Afandi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Pulau Jawa, dengan berbagai dinamikanya tentunya membutuhkan konektivitas antar kotanya yang mudah, memadai dan mampu menjawab kebutuhan. Keterkaitan antara demand masyarakat akan angkutan tersedia dengan supply yang disediakan tentunya harus matching. Kendaraan pribadi, kendaraan umum, moda kereta api, penerbangan dan angkutan laut menjadi alternatif pilihan menarik. Tentunya nanti akan dikaitkan dengan biaya, harga, ke tingkat kenyamanan dan keamananan sekaligus keselamatan yang tak bisa diabaikan.
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa tahun terakhir keberadaan bus malam dengan perkembangan fasilitas yang pesat menjadi pilihan alternatif menarik, tentunya dengan harga yang relatif kompetitif bersaing dengan moda lainnya. Sementara itu Kereta api yang dalam beberapa tahun terakhir mengalami peningkatan harga, mendorong penggunaan bus malam menjadi pilihan, walaupun kereta api juga tetap dengan pencinta setia dan pengguna barunya. Disisi lain penerbangan mungkin tidak selalu menjadi pilihan karena persoalan harga dan ketika perjalanan tersebut berada di Jawa, maka pesawat tidak selalu menjadi pilihan utama.
Terdapat beberapa alasan yang mendorong masyarakat memilih moda kereta api. Diantaranya adalah kepastian waktu berangkat dan tiba, termasuk persoalan ketepatan waktu. Waktu tempuh yang relatif cepat, ketimbang menggunakan moda jalan raya pada rute – rute tertentu. Pilihan kelas armada tersedia mulai dari ekonomi subsidi, ekonomi premium sampai dengan kelas kompartemen (sleeper), tentu dengan konsekuensi harga yang beragam pula. Serta tingkat keselamatan yang selalu terus ditingkatkan, bahkan sisi kenyamanannya pun juga terus dilakukan inovasi. Salah satu yang ter-up date diantaranya adalah kemudahan penumpang perempuan untuk memperoleh pasangan duduk bersebelahan dengan sesama perempuan menjadi hal yang menarik diapresiasi.
ADVERTISEMENT
Rute perjalanan kereta di Jawa secara umum terbagi menjadi 3 jalur, selatan, tengah dan utara. Dengan koneksi keberadaan jalur loop (memutar) atau jalur yang menghubungkan utara, tengah dan selatan. Pembangunan dan pengaktifan rel lama juga dilakukan, diantaranya adalah pengaktifan kembali jalur menuju Garut, yang akhirnya menghubungkan kota – kota tertentu kembali dan membawa harapan menarik dimasa – masa mendatang. Garut – Bandung dan Garut – Jakarta menjadi lebih mudah, cepat dan terjangkau untuk jenis KA tertentu. Bahkan PT KAI mampu menciptakan produk baru, dimana perjalanan tidak sekedar mengantarkan dari satu titik ke titik yang lain, namun justru perjalanan itu sendiri sebagai destinasi, sebagai aktivitas wisata, orang rekreasi melalui menikmati perjalanan. Sehingga KA Panoramic, yang dirasa oleh kebanyakan orang tidak masuk akal di harga. Namun ada saja konsumen bahkan pelanggannya. Ternyata core product bisa terus bergeser, berubah dan tercipta, karena pencermatan yang detil oleh perusahaan.
ADVERTISEMENT
Rute – rute baru terus diciptakan, dengan pentahapan yang jelas, mulai dari riset pasar sampai dengan implementasi. Mulai dari Banyuwangi – Jogjakarta, Banyuwangi – Semarang, bahkan berkembang menjadi Banyuwangi – Jember – Jakarta. Telaah terhadap okupansi dan tren minat jangka menengah dan Panjang perlu menjadi perhatian.
Dalam beberapa waktu terakhir ini ternyata terdapat rencana pengembangan rute KA dari Garut menuju Yogyakarta, bahkan berpeluang diperpanjang sampai dengan Surabaya. Tentunya rute ini bukan sekedar menghubungkan 2 atau 3 kota saja, melainkan beberapa kota strategis, dimana alternatifnya seperti: Tasikmalaya – Banjar – Kroya (Cilacap & Purwokerto) – Kebumen – Solo – Madiun, selain 3 kota yang disebutkan sebelumnya, termasuk kota – kota sekitar. Dari case tersebut berpeluang terdapat 10 kota yang terkoneksi atas keberadaan KA dengan rute baru ini.
ADVERTISEMENT
Lantas apa yang dimiliki oleh Garut (walaupun sebenarnya bukan Kabupaten Garut saja yang menikmatinya). Garut dengan populasi 2,71 juta jiwa, dengan luas wilayah sekitar 3 ribu km2, sebuah kabupaten yang berada disisi selatan Jawa Barat yang memiliki Kawasan pegunungan sekaligus rentang pantai selatan yang cukup Panjang. Beberapa gunung terdapat di Garut, seperti gunung Karacak (1.838 m), Gunung Cikuray (2.821 m) bahkan gunung ini diabadikan sebagai salah satu Kereta Api rute Garut – Jakarta, gunung Papandayan (2.622 m) yang populer dengan hasil kopi legenda Garut, dan Gunung Guntur (2.249 m). Kabupaten ini memiliki PDRB (atas dasar harga berlaku tahun 2024) sebesar Rp 78,82 triliun dan PDRB per-kapita sebesar Rp 29 juta, bukanlah angka yang kecil tentunya.
ADVERTISEMENT
Potensi pertanian Garut relatif memadai, seperti bawang daun (429 ton), bawang merah (370 ton), cabai besar (533,1 ton) dan cabai rawit (533,5 ton). Sementara itu terdapat pula kentang (1.905 ton), kubis (1.206 ton) dan tomat (910 ton). Komoditi buah terbesar adalah semangka (3.508 ton) dan strawberry (1.752 ton).
Sedangkan PDRB tahun 2024 (ADHK) sebesar Rp 46,2 triliun, untuk (1) sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar Rp 13,8 triliun (29,8%), (2) sektor perdagangan besar dan eceran Rp 9,4 triliun (20,3%), (3) sektor industry pengolahan Rp 4,4 triliun (9,6%), dan (4) konstruksi Rp 3,09 triliun (6,68%). Selanjutnya sektor 5 dan 6 yakni Transportasi dan pergudangan dan sektor penyediaan akomodasi dan makan minum masing – masing sebesar Rp 2,04 triliun atau sekitar 4,4%. Keenam sektor diatas memberikan gambaran sederhana tentang sector dominan yang berkembang di Garut.
ADVERTISEMENT
Garut merupakan kabupaten dengan aktivitas dominan di sektor pertanian, dengan bukti hampir 1/3 aktivitas sektoralnya di sektor ini. Saat ini tidak banyak wilayah kabupaten di Jawa yang urutan sektoral pertamanya di sektor pertanian ini. Ini menjadi pertanda bahwa Garut masih berbasis pada sektor primer, pertanian ini. Lantas ditopang sektor perdagangan (20,3%). Dua sektor ini akumulasinya 50%, menandakan sebuah kabupaten berbasis pertanian dan ditopang sektor perdagangan. Lantas berikutnya adalah industri dan konstruksi, berikutnya sektor transportasi dan penyedia akomodasi dan mamin.
Mobilitas inbound dan outbound dari/ke Garut, dimungkinkan karena mencari/menjual komoditi pertanian, dan ditopang berbagai aktivitas lainnya. Pergerakan orang ini akan semakin mendorong pertumbuhan sektor transportasi dan akomodasi mamin, kedepan keberadaan hotel dan penginapan serta rumah makan, restoran dan caffe menjadi kebutuhan yang tak terhindarkan lagi. Termasuk reaktivasi kembali jalur kereta api di tahun 2022 mendorong tumbuhnya sektor transportasi di tahun 2023 dan 2024. Pergerakan orang dari/ke Garut menuju Bandung (ibukota provinsi) dan Jakarta (termasuk Jabodetabek) semakin cepat dengan moda kereta api. Garut – Bandung (2 jam), Garut - Jakarta (5 jam 20 menit dengan KA Papandayan, atau sekitar 3 jam jika dikombinasi dengan KA Whoosh).
ADVERTISEMENT
Existing rute diatas (rute arah barat & barat laut) memberikan sinyal positif, sehingga peluang berikutnya adalah meneropong pergerakan menuju timur ataupun timur laut, yakni Yogya dan Surabaya, dengan titik – titik transit telah disebutkan di bagian awal tulisan ini.
Hubungan Garut dengan kota – kota tersebut, tentu dapat dianalisis lebih dalam, terdapat peluang koneksi atas dasar apa saja. Yang memungkinkan karena transaksi perdagangan sektor pertanian, perdagangan umum, Garut sebagai tujuan wisata, Garut sebagai wilayah dengan tawaran pekerjaan/usaha yang semakin luas, atau aktivitas outbond masyarakat Garut untuk kepentingan Pendidikan, bisnis dan lainnya.
Salah satu hal yang menarik yang dapat dikembangkan bagi Garut adalah, Garut sebagai HUB / Sub Hub wisata atau aktivitas lainnya, wisatawan dari mancanegara (landing di Bandara Soekarno Hatta Cengkareng), wisatawan dari Jakarta & Bandung, menyempatkan dan menginginkan stay di Garut, sebelum menuju ke Jogja, Solo, Surabaya dan Kota Tujuan utama di Jateng dan Jatim. Rute sebaliknya juga berlaku.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian saatnya Garut berbenah, mempersolek diri, meningkatkan fasilitas kabupatennya. Sejarah masa lalu di Era kolonial atau bahkan sebelumnya dapatlah dikaji dan dipelajari kembali, nostalgia masa lalu bukan sekedar cerita, namun dapat diputar kembali dalam realita masa kini dan masa depan.
Rute Leles menuju Garut yang membutuhkan waktu tempuh sekitar 40 – 50 menit, ternyata memberi cerita lain, Ketika reaktivasi ini dilakukan. Ini menjadi momentum apik untuk terus dicerna nilai manfaat yang dapat dipetik. Biarlah PT KAI konsentrasi dengan pengembangan rute baru yang bernilai bagi Garut, bagi Jabar, Bagi Jawa dan Indonesia tentunya. Namun yang lebih utama lagi adalah Pemerintah Kabupaten Garut, Pemerintah Provinsi Jawa Barat beserta seluruh komponen masyarakat Jawa Barat berkenan, bersemangat penuh suka cita mengembangkan wilayah untuk kesejahteraan bersama.
ADVERTISEMENT