Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Inggris: Sebuah Anomali dalam Hajatan Bola Eropa
3 Juli 2024 16:33 WIB
·
waktu baca 7 menitTulisan dari Abdiel Utomo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Inggris datang ke hajatan bola eropa 2024 dengan bekal yang sangat memadai. Pada fase kualifikasi, Inggris berhasil memuncaki grup c dengan tergabung bersama Italia dan Ukraina yang menjadi langganan dalam hajatan bola tersebut. Meraih 20 poin dalam 8 pertandingan tanpa sekalipun merasakan kekalahan, Inggris percaya diri untuk menatap hajatan bola eropa 2024 dengan target sebagai juara.
ADVERTISEMENT
Setelah Pelatih Inggris, Gareth Southgate mengumumkan skuad yang akan diboyong ke Jerman, banyak fans sepakbola yang memprediksi bahwa Inggris akan menjadi title contender dalam turnamen internasional kali ini. Nama-nama seperti Harry Kane, Jude Bellingham, Phil Foden serta pemain-pemain kelas dunia lainnya dibawa untuk membela The Three Lions, menjadikan tim ini sebagai salah satu tim dengan skuad yang 'mewah'. "It's Coming Home!" semakin digaungkan oleh fans timnas Inggris dan mereka sangat percaya bahwa dengan skuad ini akan 'membawa pulang' trofi eropa edisi kali ini.
Pada hajatan bola eropa kali ini, Inggris tergabung dengan Denmark, Slovenia dan Serbia dalam grup c. Berdasarkan kualitas pemain, Inggris sangat diunggulkan dalam grup ini dan dipercaya bahwa perjalanan mereka dalam fase grup akan sangat mulus. Namun, apa yang ditunjukkan oleh timnas Inggris pada hajatan bola eropa kali ini sangatlah menyedihkan.
ADVERTISEMENT
Pertandingan pertama, Inggris berhadapan dengan Serbia yang terkahir kali lolos ke hajatan bola eropa pada tahun 2000 dan pada saat itu masih bernama Yugoslavia. Pada pertandingan ini, Inggris tampil tidak sesuai ekspektasi. Unggul pada menit ke-13 melalui sundulan Bellingham memanfaatkan umpan silang yang dikirimkan oleh Bukayo Saka, walaupun umpan tersebut sempat mengenai pemain Serbia dan mengubah arah bola. Hingga peluit panjang berbunyi, Inggris tidak mampu menambah keunggulan. Permainan yang ditunjukkan oleh anak asuh Southgate sangat tidak memuaskan dan membosankan.
Setelah menang atas Serbia, Inggris akan melawan Denmark pada pertandingan kedua fase grup. Denmark juga difavoritkan untuk menemani Inggris melaju ke babak 16 besar. Pertandingan Inggris melawan Denmark berakhir dengan skor sama kuat 1-1. Hasil ini sangat layak untuk didapatkan oleh kedua tim, Inggris pada pertandingan ini sangat kesusahan untuk melepaskan diri dari pressing yang diberikan oleh Denmark, sehingga Inggris tidak bisa mengembangkan permainannya.
ADVERTISEMENT
Pertandingan pamungkas fase grup, Inggris akan berhadapan dengan Slovenia dan Inggris wajib mendapatkan poin penuh atau minimal seri untuk mempertahankan posisinya di klasemen grup. Sedikit perubahan dilakukan Southgate pada posisi Defensife Midfielder dengan menggantikan Trent Alexander-Arnold yang menjadi starter pada dua pertandingan awal, digantikan oleh Connor Gallagher. Perubahan yang dilakukan Southgate ternyata tidak berjalan sama sekali, Gallagher tampil sangat buruk. Dia hanya mendapatkan 24 sentuhan selama 45 menit dan hanya memberikan 20 passing (85%) serta 2 recoveries.
Babak kedua Southgate memberikan kesempatan kepada wonderkid milik Manchester United, Kobbie Mainoo. Hadirnya Mainoo membuat permainan Inggris lebih dinamis dan kreatif di lini tengah. Umpan dan penetrasi yang dilakukan oleh Mainoo membuat pertahan Slovenia berantakan. Namun, permasalahan tidak sampai disitu saja.
ADVERTISEMENT
Lini depan Inggris pada pertandingan tersebut malah tampil buruk, Harry Kane, Phil Foden, Jude Bellingham dan Bukayo Saka tampil seperti untuk dirinya sendiri. Tidak adanya kombinasi dan penetrasi yang dilakukan, membuat Inggris hingga akhir pertandingan tidak berhasil menjebol gawang Jan Oblak.
Hasil akhir sama kuat 0-0 dan membuat Inggris menjadi juara Grup C dan ditemani oleh Denmark yang ada di posisi runner-up ke 16 besar. Slovenia juga berhak lolos ke babak 16 besar setelah mengumpulkan 3 poin dan lolos melalui jalur peringkat 3 terbaik.
Setelah pertandingan melawan Slovenia tersebut, timnas Inggris banyak mendapatkan hujatan. Tim ini dinilai tidak layak lolos ke 16 besar. Taktik yang direncanakan oleh Southgate sangat buruk dan membuat pemain-pemain Inggris yang secara individu memiliki potensi yang sangat besar malah terlihat seperti pemain medioker. Apa yang dilakukan oleh Southgate kepada tim ini sangat mengherankan dan tidak ada yang pernah berpikir bahwa timnas Inggris akan bermain seburuk ini dengan kualitas pemain yang ditawarkan.
ADVERTISEMENT
Pada babak 16 besar, Inggris akan berhadapan dengan Slovakia yang merupakan tim non-unggulan pada hajatan bola eropa 2024. Walaupun Inggris tampil buruk pada fase grup, prediksi masih berpihak pada Inggris dan dipercaya akan menang dengan mudah melawan Slovakia. Namun, nyatanya malah sebaliknya. Lagi-lagi Inggris malah menunjukkan penampilan yang buruk sama seperti saat fase grup kemarin. Inggris bahkan tertinggal terlebih dahulu melalui gol yang dicetak oleh Schranz pada menit yang ke-25, memanfaatkan lini pertahan Inggris yang tidak terstruktur.
Babak kedua berlangsung dan Inggris masih bermain seperti tim medioker. Walaupun Kobbie Mainoo bermain sejak menit pertama, hal tersebut tidak cukup untuk membantu Inggris. Foden dan Saka yang diharapkan tampil apik dengan kreativitasnya, nyatanya bermain seperti orang kebingungan. Foden sempat mencetak gol pada menit yang ke-50 dengan memanfaatkan umpan silang yang diberikan oleh Trippier, namun gol tersebut dianulir karena Foden berada dalam posisi offside.
ADVERTISEMENT
Hingga menit 90, Inggris bahkan belum mencetak satu tendangan yang mengarah ke gawang Slovakia. Southgate yang frustasi, berusaha untuk melakukan pergantian untuk tampil lebih menyerang. Total 6 pemain yang memiliki karakteristik menyerang berada di lapangan. Hingga pada akhirnya pada menit 90+5, shoot on goal itu datang dan langsung menjebol gawang Slovakia.
Kyle Walker yang melakukan throw in langsung menuju kotak penalti Slovakia, berhasil disundul oleh Guehi. Bola liar yang terbang di kotak penalti tidak disia-siakan oleh Jude Bellingham. Bellingham melakukan aksi bycicle kick yang mengarah ke sisi kiri gawang Slovakia. Gol tersebut berhasil memperpanjang nafas Inggris dan membawa pertandingan tersebut ke babak extra time.
Babak extra time baru berjalan 1 menit, Inggris berhasil melakukan comeback melalui sundulan Harry Kane. Eberiche Eze yang melakukan tendangan spekulasi membuat bola mengarah kepada kepala Ivan Toney, kemudian bola tersebut diarahkan ke tiang jauh yang di sana Harry Kane sudah menunggu. Skor 2-1 bertahan hingga peluit panjang dibunyikan dan Inggris lolos ke 8 besar.
Inggris sudah di babak 8 besar, sebuah pencapaian yang sudah seharusnya didapatkan oleh timnas Inggris karena tim ini seharusnya memiliki target menjadi juara. Namun, perjalanan timnas Inggris ke 8 besar tidak menggambarkan betapa hebat dan mewahnya pemain-pemain yang dimiliki tim ini.
ADVERTISEMENT
Pemain-pemain yang telah membuktikan di level klub bahwa mereka lah yang terbaik ketika bermain di bawah asuhan Gareth Southgate malah seperti pemain yang tidak bermain secara reguler di klubnya.
Jika hanya ada 1-2 pemain yang tampil buruk, bisa dikatakan bahwa pemain tersebut tidak cocok berada dalam tim ini atau memang kualitas pemain tersebut tidak mencukupi. Tetapi, Seluruh pemain yang tampil bersama The Three Lions pada hajatan bola eropa kali ini tampil buruk. Hal ini sudah jelas merupakan salah pelatih.
Southgate tidak mampu untuk memberikan arahan dan taktik yang sesuai dengan kualitas pemain yang dimiliki. Pemilihan posisi pemain yang dinilai aneh, seperti Trent Alexander-Arnold yang aslinya berposisi sebagai RB malah dimainkan di posisi DM membuat Trent nampak seperti pemain yang sangat buruk.
ADVERTISEMENT
Memaksa seorang Kierran Trippier yang berposisi sebagai RB menjadi LB juga membuat Trippier bermain tidak nyaman, karena Trippier merupakan pemain dengan kaki kanan yang harus memalukan cutting inside terlebih dahulu sebelum melakukan umpan silang karena kaki kirinya tidak sekuat kaki kanannya.
Hal ini membuat Trippier dan Foden seperti bertabrakan, karena gaya bermain mereka mirip. Foden secara natural memang winger yang sering inverted atau bermain di half space, bertemu dengan Trippier yang terpaksa harus inverted juga karena kaki kirinya tidak terlalu kuat.
Menarik melihat perjalanan Inggris di babak 8 besar nanti yang akan berhadapan dengan Swiss, apakah Southgate akan belajar dari kesalahannya kemarin? atau Southgate akan tetap memaksakan taktik yang sama?
ADVERTISEMENT
Jika iya, peluang Inggris untuk lolos ke babak selanjutnya akan menipis. Swiss sudah membuktikan dengan kualitas pemain yang mereka punya, mereka bisa bermain sesuai dengan kapasitas dan tampil atraktif. Swiss berhasil membuat Italia angkat koper dari Jerman pada babak 16 besar kemarin.