Konten dari Pengguna

Relakah Mahasiswa Membayar Lebih Untuk Produk Fair Trade?

Dewa Ngakan Putu Abhi Mahardika
Mahasiswa Hubungan Internasional, Universitas Udayana
7 Juli 2024 11:47 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dewa Ngakan Putu Abhi Mahardika tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Image by <a href="https://www.freepik.com/free-photo/view-vegetables-seeds-assortment_10070299.htm#query=fair%20trade&position=33&from_view=keyword&track=ais_user&uuid=e9902712-0097-418e-96ff-7fe66f03f8f2">Freepik</a>
zoom-in-whitePerbesar
Image by <a href="https://www.freepik.com/free-photo/view-vegetables-seeds-assortment_10070299.htm#query=fair%20trade&position=33&from_view=keyword&track=ais_user&uuid=e9902712-0097-418e-96ff-7fe66f03f8f2">Freepik</a>
ADVERTISEMENT
Kondisi Fair Trade di Indonesia
Perdagangan berkeadilan atau yang dikenal sebagai fair trade dipercaya sebagai bentuk perdagangan yang dapat mewujudkan sistem ekonomi yang lebih berkelanjutan dan berkeadilan. Konsep fair trade mulai dikenal dan diapresiasi oleh berbagai kalangan, karena dipercaya dapat mendukung kesejahteraan produsen kecil seperti petani, nelayan, perajin dan sebagainya. Melihat potensi yang dibawa oleh fair trade, adakah kesadaran yang cukup kuat di kalangan anak muda, khususnya mahasiswa sebagai konsumen yang dapat mendorong mereka untuk bersedia membayar lebih demi produk fair trade? Artikel ini berusaha mengupas lebih dalam tentang kondisi di Indonesia dan mencari tahu kesediaan mahasiswa sebagai anak muda dalam mendukung penjualan produk etis.
https://seeklogo.com/vector-logo/209745/fair-trade-certified
Fair trade memiliki tujuan untuk memastikan produsen-produsen kecil mendapatkan harga yang layak untuk produk mereka, sekaligus menjamin kondisi kerja yang layak berasaskan keadilan dan keberlanjutan. Di Indonesia, terdapat beberapa organisasi yang telah berupaya mempraktikkan sekaligus mempromosikan fair trade melalui berbagai produk seperti kopi, coklat, tuna, hingga kerajinan tangan. Produk-produk tersebut dijual dengan label fair trade yang menandakan produk mereka dalam telah berkomitmen terhadap standar etis tertentu
ADVERTISEMENT
Meskipun ada perkembangan positif, tantangan yang dihadapi fair trade di Indonesia cukup signifikan. Salah satu tantangan utama adalah kesadaran konsumen yang masih rendah. Banyak konsumen belum sepenuhnya memahami atau menghargai pentingnya mendukung produk fair trade. Selain itu, harga yang relatif lebih tinggi dibandingkan produk konvensional menjadi hambatan utama dalam menarik minat konsumen, termasuk di kalangan mahasiswa dan anak muda.
Kesadaran dan Kesiapan Mahasiswa Terhadap Produk Fair Trade
Mahasiswa dan anak muda seringkali dianggap sebagai segmen yang paling peduli dengan isu-isu sosial dan lingkungan. Mereka adalah generasi yang lebih terbuka terhadap perubahan dan inovasi, termasuk dalam hal konsumsi yang berkelanjutan. Namun, apakah mereka bersedia membayar lebih untuk produk fair trade?
Berdasarkan survei yang dilakukan kepada 44 mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Udayana, sebanyak 61% mahasiswa menyatakan bersedia membayar lebih membeli produk fair trade, kemudian sebanyak 39% mahasiswa lainnya masih belum bersedia membayar lebih.
ADVERTISEMENT
Mayoritas responden yang menyatakan kesediaan mereka untuk membayar lebih demi produk fair trade, mengakui bahwa fair trade dapat mendukung kesejahteraan produsen dan praktik perdagangan yang berkelanjutan. Alasan utama kesediaan membayar lebih adalah kepedulian terhadap kesejahteraan produsen, kualitas produk yang lebih baik, dan dampak positif terhadap lingkungan. Mahasiswa menganggap pembelian produk fair trade sebagai kontribusi mereka terhadap perdagangan global yang lebih adil.
Namun masih ada mahasiswa yang masih belum bersedia membayar lebih untuk produk fair trade, mereka menyatakan bahwa sebagai mahasiswa, mereka belum memiliki pendapatan tetap, mereka memiliki anggaran yang terbatas. Keterbatasan anggaran, menuntut mahasiswa untuk cermat dalam mengatur pengeluaran mereka sehingga mereka lebih memilih memprioritaskan kuantitas daripada kualitas produk yang ditawarkan oleh produk fair trade. Yoga salah satu mahasiswa mengatakan: “Saya masih mementingkan kuantitas dibanding kualitas untuk produk sehari-sehari saya, seperti makanan contohnya saya lebih memilih untuk membeli makanan yang murah daripada yang bersertifikasi “fair trade” yang kuantitasnya tidak sebanding dengan harganya. Saya sepenuhnya setuju dengan prinsip dari “produk etis” dan juga ”fair trade” dan saya sepenuhnya mendukung gerakan ini, namun untuk di posisi hidup saya sekarang, saya berpikir produk-produk ini belum menjangkau pasar orang-orang seperti saya”. Mahasiswa menekankan pentingnya mempertimbangkan harga produk. Mereka cenderung memilih produk non-fair trade yang lebih terjangkau walau memang kualitasnya yang biasa-biasa saja.
ADVERTISEMENT
Selain soal anggaran terdapat skeptisme mahasiswa terhadap label fair trade. Beberapa mahasiswa merasa skeptis terhadap transparansi dan efektivitas label fair trade dalam memastikan kesejahteraan para petani dan pekerja. Mereka merasa lebih baik untuk melakukan pembelian produk langsung dari produsen pertama yang didapat dari Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). “Dengan membeli langsung dari UMKM di sekitar daerah tempat produk tersebut berasal, saya merasa dapat memberikan dampak yang lebih langsung dan nyata kepada para pelaku UMKM lokal, yang kerap membutuhkan dukungan untuk keberlangsungan bisnis mereka”, ucap Diah, salah seorang mahasiswa. Berdasarkan pengalaman beberapa mahasiswa membeli produk langsung dari UMKM dapat memberikan dampak langsung kepada produsen. Ditambah dengan maraknya praktik greenwashing menambah skeptisme mahasiswa.
ADVERTISEMENT
Meskipun banyak yang bersedia, masih ada sebagian mahasiswa yang merasa terhambat oleh keterbatasan dana. Artikel ini menyoroti bahwa pendidikan dan advokasi lebih lanjut dapat meningkatkan kesadaran dan dukungan terhadap fair trade di kalangan generasi muda.