Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
12 Ribu Keluarga di Kota Subulussalam Berisiko Stunting
13 Maret 2023 16:19 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Permasalahan stunting di Kota Subulussalam masih di angka tertinggi. Hal tersebut menjadi momok bagi pemerintah daerah setempat untuk melakukan intervensi terhadap angka yang semakin tinggi terhadap masalah kurang gizi kronis di wilayah itu.
ADVERTISEMENT
Wali Kota Subulussalam, Affan Alfian Bintang, pada Launching Bapak Asuh Anak Stunting dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) yang dilaksanakan di Desa Lae Oram, Senin (13/3/2023), menyebutkan dari hasil pendataan Petugas Lapangan Keluarga Berencana (KB) yang telah diterima pihaknya, tercatat 12 ribu lebih potensi keluarga di Kota Subulussalam berisiko stunting.
“Dari 20 ribu lebih keluarga yang tersebar di lima kecamatan di Subulussalam, potensi keluarga yang berisiko stunting mencapai 12 ribu lebih,” sebutnya.
Menurut Wali Kota Subulussalam, kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama menjadi penyebab terganggunya tumbuh kembang anak. Hal itu juga yang menjadi penyebab pada tinggi badan anak lebih rendah atau pendek dari standar usianya.
Ia menyampaikan bahwa hal tersebut akan menjadi salah satu fokus pemerintah saat ini untuk memperhatikan anak usia dini dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan maksimal.
ADVERTISEMENT
“Dalam penanganan pencegahan dan penyelesaian permasalahan stunting di Subulussalam, akan menjadi fokus pemerintah agar anak siap secara emosional, sosial dan fisik yang siap untuk belajar,” ujar Affan.
Ia juga memaparkan tiga hal yang harus diperhatikan dalam pencegahan stunting, yaitu pola makan baik dari segi jumlah maupun kualitas gizi yang harus seimbang, pola asuh dari orang tua untuk mengubah perilaku anak, serta sanitasi dan akses air bersih yang menjadi faktor sangat berisiko terhadap ancaman penyakit infeksi bagi anak.
“Membiasakan cuci tangan dengan menggunakan sabun dengan air mengalir, serta tidak buang air besar sembarangan,” jelasnya.
Dalam kegiatan pemberian makanan tambahan olahan pangan lokal kaya protein hewani kepada anak bawah usia dua tahun (baduta) selama 90 hari tersebut, Wali Kota Subulussalam berharap kegiatan itu berjalan dengan lancar dan membuahkan hasil. [] Yudi Ansyah
ADVERTISEMENT