Konten Media Partner

Kisah GAM saat Tsunami Aceh, Temuan Helikopter Asing Jatuh (1)

14 Januari 2020 9:32 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Helikopter melayang di atas Masjid Rahmatillah, Lampuuk, Aceh Besar, 14 Januari 2005. Foto AFP PHOTO/Joel Saget
zoom-in-whitePerbesar
Helikopter melayang di atas Masjid Rahmatillah, Lampuuk, Aceh Besar, 14 Januari 2005. Foto AFP PHOTO/Joel Saget
Konflik Aceh masih berlangsung usai tsunami. Intensitas kontak senjata antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan TNI/Polri, menurun. Masing-masing disibukkan urusan kemanusiaan, mencari keluarga dan anggotanya yang hilang, membantu mengangkat mayat-mayat. Berikut salah satu kisah kombatan GAM yang bermarkas di Aceh Besar.
ADVERTISEMENT
Mantan Juru Bicara GAM Aceh Rayeuk, Irwansyah alias Tgk Muchsalmina, dan rekannya, Ramli alias Pak Ca, tak ingat persis kapan kejadian yang lolos dari pemberitaan ini, jatuhnya helikopter milik Marinir Amerika Serikat (AS) yang diterjunkan ke Aceh untuk membantu pascatsunami.
“Mungkin sekitar sepuluh hari setelah tsunami,” kata Pak Ca mengingatkan.
Saat itu, GAM punya markas di sekitar perbukitan Ladong. Tsunami membuat mereka leluasa, turun kampung saat siang membantu para korban. Sebagian malah telah berbaur dengan masyarakat.
Irwansyah hanya ingat kejadiannya bersamaan dengan sebuah gempa kecil, sekitar pukul 22.00 WIB terjadi. Sepuluh menit sesudahnya, Irwansyah dan Pak Ca mendengar suara helikopter melintas di kawasan perbukitan Ladong, Aceh Besar. Lalu gempa kecil terjadi lagi, dan tak lama kemudian ada suara ledakan satu kali. “Kami pikir ada bombardier lagi ke markas kami,” kisah Irwansyah.
Pasukan GAM Aceh Rayeuk. Dok. Irwansyah
Lalu senyap, tak ada salak senjata. Sampai keesokan harinya, para pasukan GAM mencari tahu asal ledakan semalam karena terdengar sangat dekat. Dua jam penelusuran, mereka melihat ada rongsokan helikopter milik Amerika Serikat. Pak Ca memberi keterangan berbeda, menyebut helikopter dengan logo United Nation (UN).
ADVERTISEMENT
Mereka berusaha mendekat, terlihat jejak-jejak kaki, tidak ada darah ataupun korban dari heli tersebut. Awam soal heli, Irwansyah menghubungi Irwandi Yusuf, anggota GAM lainnya yang telah berhasil lolos dari Penjara Keudah, Banda Aceh, saat tsunami menggada Aceh.
Tulisan dan barang-barang di helikopter ditanyakan satu-persatu artinya, Irwandi belum tahu persis temuan Irwansyah. “Apa benar kalian telah menemukan helikopter Amerika?” tanya Irwandi.
“Iya, kami sedang berada di heli itu,” ujar Irwansyah. Irwandi tidak memberitahu lagi arti dari nama barang-barang yang disebutkannya. Sampai akhirnya Irwandi berkata, “Kalian disuruh sekolah, malah pegang senjata, makanya bodoh.”
Mereka berusaha mencari senjata, tapi tak ada satupun yang didapat. Irwansyah menghubungi beberapa warga dan wartawan untuk memberitahu titik koordinat jatuhnya helikopter. Dia juga menyampaikan pesan kepada militer Amerika Serikat, silakan mengambil helikopter dengan syarat tidak dikawal oleh aparat TNI maupun polisi.
ADVERTISEMENT
“Apabila dikawal, kami akan menyerang, bukan menyerang pasukan pasukan Amerika tapi aparat RI,” kisah Irwansyah.
Imbauan itu sepertinya tak dipatuhi oleh pemilik helikopter. Mereka datang dikawal aparat TNI untuk rencana mengamankan dan mengangkutnya kemudian. Irwansyah mengumpulkan semua pasukan untuk menyerang, pasukan Amerika dan TNI mundur, tidak berhasil mengangkat heli itu.
Esok harinya, militer AS menyampaikan berita kepada ketua barak pengungsi tsunami di sekitar Ladong, Aceh Besar, meminta bantuan mengangkat heli. Irwansyah dihubungi warga, dia mengizinkan asal tanpa pengawalan TNI. Beberapa warga diboyong untuk mengikat heli dengan tali khusus, selanjutnya diangkat dengan heli lainnya tanpa kendala. Pasukan GAM mengawasi dari jauh.
Kondisi aman, sampai sepekan kemudian. Para kombatan GAM mendapat pesan dari pasukan Jerman dan Australia. [Bersambung]
ADVERTISEMENT