Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten Media Partner
Kisah Warga di Kawasan Pantai Momong, Aceh, Saat Musim Liburan
6 Januari 2020 8:56 WIB
ADVERTISEMENT
Liburan akhir 2019 dan awal 2020 kerap dinanti setiap orang untuk berwisata. Sederetan daftar lokasi wisata yang sedang menjadi perbincangan di media sosial, acap menjadi rujukan. Baru-baru ini, pantai di pesisir Aceh kembali menarik perhatian wisatawan dalam dan luar negeri. Sebuah pantai dekat bukit, di Kabupaten Aceh Besar, disulap hampir menyerupai Pantai Iboih, di Pulau Weh, Sabang. Masyarakat setempat menamainya Pantai Momong.
ADVERTISEMENT
Pantai Momong dibuka untuk umum pada Juli 2019. Lokasinya terletak di Desa Meunasah Balee, Kemukiman Lampuuk, Kecamatan Lhoknga. Dari gerbang masuk yang dijaga oleh petugas desa menuju Pantai Momong, butuh 2 kilometer, untuk sampai di lokasi berpasir putih itu. Meski sampai saat ini, akses jalan menuju ke sana belum beraspal, namun keindahan sunset, tebing, dan keasrian alamnya, membuat tempat satu ini diincar banyak wisatawan lokal. Puncaknya, saat libur natal dan tahun baru.
Ramainya masyarakat luar berlibur mengunjungi Pantai Momong, membawa berkah tersendiri bagi warga lokal. Mereka tak berlibur, tetapi membantu orang-orang yang liburan sambil mencari rezeki. Musim liburan berarti musim bekerja buat mereka.
Pantai-pantai di Kecamatan Lhoknga dikenal indah dengan pasir putihnya, tak hanya digemari para penyuka surfing, tapi juga pemancing, atau warga lainnya yang ingin bersantai menikmati alam wisata bahari. Pantai dan seluruh perkampungan di sini pernah rata tanah, saat tsunami menghancurkan kampung-kampung pada 26 Desember 2004 silam.
ADVERTISEMENT
Permukiman kemudian tumbuh kembali, warga yang selamat bangkit mengolah kembali potensi wisata di sana, menjadi sumber pencaharian menjanjikan. Kini, belasan pantai objek wisata dihidupkan dikelola warga, Selalu ramai saban hari libur dan akhir pekan.
***
Arif Aulia Saputra (20 tahun), menghitung jumlah penumpang yang berada dalam mobil Kijang Inova plat BK, sebelum menyerahkan tiket masuk kawasan wisata Pantai Momong. Di belakangnya, Amirullah (60 tahun), melakukan hal sama pada kendaraan roda dua. Sedangkan Jafaruddin (40 tahun), merapikan uang tiket masuk itu. Minggu pertama Januari 2020, mereka mendapat jatah dari Gampong Meunasah Balee, bertugas di depan pintu masuk lokasi wisata Mukim Lampuuk.
Cuaca Rabu pagi (1/1/2020) sangat bersahabat bagi Arif, Amirullah, dan Jafaruddin. Mereka sudah berada di sana sejak pukul 7.30 WIB. Berjaga-jaga, kalau saja ada pengunjung yang datang lebih awal dari jam buka pantai yaitu 08.00 WIB.
ADVERTISEMENT
Mendapat kesempatan berjaga di tanggal merah seperti tahun baru, adalah anugerah bagi warga setempat. Kata Arif, belum tentu setahun sekali warga dapat bertugas di tanggal itu. Dia dan teman sekelompoknya merasa senang, karena mendapat jatah di awal tahun baru. Sebab, pengunjung yang datang sudah barang tentu bukan hanya warga Banda Aceh atau Aceh Besar, tapi dari luar daerah. Jumlahnya pun jauh lebih banyak dari pada liburan akhir pekan.
Bagi masyarakat setempat, pantai merupakan tempat perputaran uang. Hampir sepanjang pantai yang indah di Lampuuk, adalah tempat mendulang rupiah. Masyarakat menjaga lokasi tersebut agar tetap bersih dan nyaman untuk wisatawan yang datang.
“Bagi orang di sini, mencari uang di pantai tidak setiap hari. Hanya saat musim liburan saja,” kata Arif. Dia mahasiswa semester III, di salah satu universitas swasta di Aceh. Gaya bicaranya percaya diri. Tampaknya sudah terbiasa berinteraksi dengan wisatawan.
ADVERTISEMENT
Baginya, waktu harus digunakan dengan bijak. Bila dapat jatah bekerja meski itu hari libur, maka ia akan lakukan dengan totalitas. Kalau untuk jalan-jalan saat liburan, ia percaya masih ada hari lain.
Kata Arif, masyarakat Lampuuk mayoritas berjualan di pantai saat musim libur. Pada hari-hari biasa, seperti warga di pesisir Aceh lainnya, warga di sana berprofesi sebagai petani, ada yang bersawah, bila musim ke sawah, ada pula yang berkebun cengkeh. Lainnya berprofesi sebagai pedagang dan nelayan.
Menurutnya, setelah tsunami, hampir 75 persen warga, menggantungkan hidupnya di pantai saat musim libur tiba. “Setiap Sabtu dan Minggu, orang selalu bekerja di pantai. Setiap kedai, ada anak buah sekitar lima sampai tujuh orang. Dan anak buahnya rata-rata orang Lampuuk,” jelas Arif.
ADVERTISEMENT
Jafarudin, yang akrab dipanggil Bang Din, mengakui hal itu. Sebelum stunami, kesadaran masyarakat memanfaatkan keindahan pantai sebagai tempat mengais rezeki, sudah ia lakoni. Meski tsunami merenggut nyawa orang tua beserta saudaranya, dan meratakan permukiman Lampuuk, namun hikmah bencana itu baginya, membuat perekonomian di pantai untuk warga setempat, semakin menjanjikan.
Saat ditanya apa dia pernah membayangkan kampungnya menjadi salah satu destinasi wisata yang diminati para wisatawan lokal dan mancanegara? Bang Din hanya tersenyum dan menggelengkan kepala, sambil tetap menghitung uang tiket, yang nantinya akan dimasukkan ke kas gampong.
Harapan Para Pelaku Wisata
Kearifan lokal selalu menjadi nilai tambah bagi satu lokasi wisata. Pengetahuan tentang adat dan budaya setempat menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Tak terkecuali dengan Syariat Islam di Aceh. Seluruh destinasi wisata di Aceh selalu mengedepankan nilai-nilai syariat.
ADVERTISEMENT
Seperti di Pantai Momong. Mereka punya aturan gampong, yang tertulis tepat di pemberhentian pintu masuk. Salah satunya, wisatawan harus menjunjung tinggi Syariat Islam. Menurut Arif, setiap wisatawan agaknya mematuhi aturan yang ada di desa.
“Tunjukkan adat kita pada mereka. Dan harus percaya diri dengan budaya sendiri. Kalau pulang harusnya paling telat jam 6, jangan pulang lagi selewat waktu itu,” terangnya.
Objek Wisata Pantai Momong buka setiap hari, mulai pukul 08.00 WIB hingga 18.00 WIB. Untuk hari Jumat, mereka hanya buka setengah hari, usai salat Jumat.
Kepada pengunjung, ia berharap, peduli terhadap kebersihan. Jika mereka datang ke satu tempat dalam keadaan bersih, harusnya mereka meninggalkan tempat itu dalam kondisi yang sama. Tak ada alasan bagi wisatawan membuang sampah sembarangan, mengingat setiap kedai dan pondok di pinggir pantai pasti memiliki tempat sampah.
ADVERTISEMENT
“Jagalah kebersihan pantai. Masyarakat Lampuuk menggantungkan hidupnya di sepanjang pantai di sini. Jadi, hargailah kami. Jadilah turis yang peduli kebersihan tempat wisata,” tutup Arif. [] Desi Badrina