Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Museum Tsunami Aceh Pamerkan Rekam Jejak 11 Tsunami Masa Lalu
1 November 2022 17:24 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Almuniza menyampaikan, pameran tersebut bertujuan sebagai penyadaran bagi masyarakat, bahwa Aceh adalah daerah rawan bencana. Materi pameran berasal dari lapisan tanah gua yang ada di wilayah Aceh Besar, yaitu Gua Ek Luntie.
Dari hasil penelitian, kata Almuniza, Aceh merupakan salah satu daerah rawan bencana alam. Berdasarkan informasi tersebut, selama ini ada 11 kali bencana tsunami besar menerjang Aceh. Terakhir pada 26 Desember 2004.
“Saya mengajak seluruh masyarakat apabila ingin mengetahui tentang 11 kali tsunami Aceh, maka datanglah ke pameran temporer ini. Insyaallah teman-teman akan mendapatkan informasi yang utuh dan lengkap. Bisa langsung melihat lapisan-lapisan 11 kejadian tsunami di museum ini,” kata Almuniza.
Menurutnya dari penelitian, Gua Ek Luntie menjadi salah satu yang memiliki jejak bagaimana tsunami pernah melanda Aceh di masa lalu. Pihaknya saat ini tengah berupaya agar gua tersebut bisa dijadikan sebagai lokasi wisata dan tempat riset untuk ilmu pengetahuan.
ADVERTISEMENT
“Disbudpar sudah memikirkan untuk menjadikan Gua Ek Luntie sebagai destinasi wisata dan akan menjadi sebagai tempat riset untuk diuji kelayakan lebih dalam. Namun bagi masyarakat yang ingin berkunjung tentu silakan, tetapi memiliki izin tertentu agar bisa datang ke sana,” ujarnya.
Gua tsunami purba atau Gua Ek Luntie yang terletak di Kecamatan Lhoong, Kabupaten Aceh Besar ini menjadi bukti bahwa tsunami hebat pernah melanda Aceh, jauh sebelum tahun 2004 lalu.
Gua ini disebut gua tsunami karena adanya gelombang tsunami yang menghantam pesisir wilayah Barat Aceh sejak kurun waktu 7.400 Tahun silam. Hal itu diketahui bahwa terdapat endapan-endapan tanah yang berasal dari gelombang tsunami dan kotoran kelelawar yang hidup di gua tersebut.
ADVERTISEMENT
Pembukaan pameran kontemporer tsunami Aceh itu juga dihadiri oleh perwakilan dari kantor Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Camat Baiturrahman, TDMRC USK, Museum Aceh, dan Pelestarian Cagar Budaya (PCB). []