Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten Media Partner
Rencong dan Senjata dalam Perang Saudara di Aceh (4)
17 Oktober 2021 17:34 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Rencong diyakini semakin populer digunakan semasa Sultan Iskandar Muda (1607-1636) memerintah Aceh. Tapi, keberadaan tentang benda pusaka itu tak disebut jelas dalam manuskrib-manuskrib kuno, maupun catatan para pelancong asing masa itu.
ADVERTISEMENT
Pada abad ke-18, ihwal rencong tersirat dalam hikayat Pocut Muhammad, seorang pembesar di Kesultanan Aceh. Beliau digambarkan memberikan perintah kepada pandai besi untuk membuat senjata , guna keperluan perang.
Dalam hikayat itu, hanya sikin panyang (pisau panjang), sejenis pedang yang disebut secara jelas. Selanjutnya disebut dengan kata ‘macam-macam’, yang diduga termasuk rencong di dalamnya.
Ramli Harun dalam Hikayat Pocut Muhammad (1981), menuliskan kembali hikayat tersebut setelah dialih aksara ke aksara latin. Berikut sebagian isinya:
Cut Muhammad that juhari
Jiyue pande dum teumeumpa
Jiyue peuget dum boh bajee
Sikin panyang meu ulee suasa
Laen nibak nyan macam-macam
Meuribee ban han treuh kira
Meuh ka bicah peuet ploh ketoe
Laen jinoe lom jipuga
ADVERTISEMENT
Ngon tangkuloh lhab lambayong
Ngon ija krong Batu Bara
Jikoh ija meukeukudoe
That samlakoe Banta Muda
Jiyue peuget dum seumaran
Le that macam he meukuta
Le that tuanku jibloe peukayan
Jibri keu rakan tuha muda
Jibri sikin dum seunalen
Sangat canden Banta Muda
Nyang tuha jijoh ulee gadeng
Nyang lin teng jijoh peunua
Terjemahannya:
Cut Muhammad paling cerdik
Pandai (besi) disuruh tempa banyak senjata
Disuruh buat baju perisai
Pisau panjang bergagang suasa
Selain itu beragam macam
Beribu jenis tak sanggup dikira
Emas sudah ludes empat puluh kati
Lain lagi dibikinnya
Dengan topi dicat lembayung
Kain sarung batu bara
Banyak kain yang dipotong
Paling garang Banta Muda
Disuruh bikin banyak perlengkapan
Banyak macam wahai saudara
Banyak tuan dibeli pakaian
Dibagi untuk teman tua muda
ADVERTISEMENT
Dibawanya pisau sebagai pelengkap
Sangat tampan Banta Muda
Yang tua dikasih pisau berhulu gading
Yang muda diberi pisau kepala peunua
***
Pocut Muhammad adalah adik bungsu dari Sultan Alauddin Johan Syah (1735-1760). Dia memberi perintah memproduksi senjata besar-besaran untuk digunakan dalam perang saudara. Kala itu, Kesultanan Aceh sedang bergejolak karena konflik yang rumit, perebutan kekuasaan dan pemberontakan antar dinasti.
Saat Alauddin Johan Syah naik tahta menggantikan ayahnya, Sultan Alauddin Ahmad Syah (1727-1735) dari dinasti Bugis. Sementara seorang sultan pada periode sebelumnya, Jamalul Alam Badrul Munir (1703-1726) dari dinasti Syarif mengeklaim masih berhak sebagai pemimpin. Hal ini dikarenakan terjadi kudeta saat dirinya memerintah, dan diasingkan.
Sultan Jamalul melancarkan pemberontakan dengan sejumlah dukungan dari Uleebalang, menguasai kawasan Gampong Jawa. Kondisi Kesultanan Aceh saat itu disebut seperti kapal dengan dua nakhoda. Sultan Alauddin Johan Syah tak mengambil tindakan apapun, karena mengingat pesan ayahnya untuk tidak menganggu kekuasaan Sultan Jamalul.
ADVERTISEMENT
Kondisi ini tidak diterima oleh Pocut Muhammad, lalu bersama dua abangnya yang lain melancarkan perang terhadap kekuasaan Jamalul Alam di Gampong Jawa. Mereka mengumpulkan banyak dukungan dan pasukan dari Pidie, Peusangan dan pesisir timur Aceh lainnya. Perang saudara pecah dengan kakalahan di pihak Jamalul Alam hingga terusir dari Gampong Jawa.
Barbara Leigh, dalam Tangan-tangan Trampil, Seni Kerajinan Aceh (1989), ikut menuliskan tentang perintah Pocut Muhammad untuk membuat ragam senjata, termasuk rencong pada abad ke-18. Contoh-contoh rencong pada masa tersebut, salah satunya dapat dilihat pada museum militer di Praha, Republik Ceko.
Di Museum Aceh, umumnya koleksi rencong berasal dari abad ke-19. Hanya sebagian pedang, meriam dan perisai yang berasal dari abad ke 16 dan abad ke-17. []
ADVERTISEMENT