Konten Media Partner

Rencong dan Senjata dalam Perang Saudara di Aceh (4)

17 Oktober 2021 17:34 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Catatan tentang rencong tersirat dalam hikayat Pocut Muhammad pada abad ke-18. Saat itu, Aceh dilanda perang saudara, berebut kuasa kursi sultan.
Rencong koleksi Museum Aceh. Foto: Suparta/acehkini
zoom-in-whitePerbesar
Rencong koleksi Museum Aceh. Foto: Suparta/acehkini
Rencong diyakini semakin populer digunakan semasa Sultan Iskandar Muda (1607-1636) memerintah Aceh. Tapi, keberadaan tentang benda pusaka itu tak disebut jelas dalam manuskrib-manuskrib kuno, maupun catatan para pelancong asing masa itu.
ADVERTISEMENT
Pada abad ke-18, ihwal rencong tersirat dalam hikayat Pocut Muhammad, seorang pembesar di Kesultanan Aceh. Beliau digambarkan memberikan perintah kepada pandai besi untuk membuat senjata, guna keperluan perang.
Dalam hikayat itu, hanya sikin panyang (pisau panjang), sejenis pedang yang disebut secara jelas. Selanjutnya disebut dengan kata ‘macam-macam’, yang diduga termasuk rencong di dalamnya.
Ramli Harun dalam Hikayat Pocut Muhammad (1981), menuliskan kembali hikayat tersebut setelah dialih aksara ke aksara latin. Berikut sebagian isinya:
Cut Muhammad that juhari Jiyue pande dum teumeumpa Jiyue peuget dum boh bajee Sikin panyang meu ulee suasa
Laen nibak nyan macam-macam Meuribee ban han treuh kira Meuh ka bicah peuet ploh ketoe Laen jinoe lom jipuga
ADVERTISEMENT
Ngon tangkuloh lhab lambayong Ngon ija krong Batu Bara Jikoh ija meukeukudoe That samlakoe Banta Muda
Jiyue peuget dum seumaran Le that macam he meukuta Le that tuanku jibloe peukayan Jibri keu rakan tuha muda
Jibri sikin dum seunalen Sangat canden Banta Muda Nyang tuha jijoh ulee gadeng Nyang lin teng jijoh peunua
Terjemahannya:
Cut Muhammad paling cerdik Pandai (besi) disuruh tempa banyak senjata Disuruh buat baju perisai Pisau panjang bergagang suasa
Selain itu beragam macam Beribu jenis tak sanggup dikira Emas sudah ludes empat puluh kati Lain lagi dibikinnya
Dengan topi dicat lembayung Kain sarung batu bara Banyak kain yang dipotong Paling garang Banta Muda
Disuruh bikin banyak perlengkapan Banyak macam wahai saudara Banyak tuan dibeli pakaian Dibagi untuk teman tua muda
ADVERTISEMENT
Dibawanya pisau sebagai pelengkap Sangat tampan Banta Muda Yang tua dikasih pisau berhulu gading Yang muda diberi pisau kepala peunua
***
Pedang dan perisai Aceh masa lalu, koleksi Museum Aceh. Foto: Suparta/acehkini
Pocut Muhammad adalah adik bungsu dari Sultan Alauddin Johan Syah (1735-1760). Dia memberi perintah memproduksi senjata besar-besaran untuk digunakan dalam perang saudara. Kala itu, Kesultanan Aceh sedang bergejolak karena konflik yang rumit, perebutan kekuasaan dan pemberontakan antar dinasti.
Saat Alauddin Johan Syah naik tahta menggantikan ayahnya, Sultan Alauddin Ahmad Syah (1727-1735) dari dinasti Bugis. Sementara seorang sultan pada periode sebelumnya, Jamalul Alam Badrul Munir (1703-1726) dari dinasti Syarif mengeklaim masih berhak sebagai pemimpin. Hal ini dikarenakan terjadi kudeta saat dirinya memerintah, dan diasingkan.
Sultan Jamalul melancarkan pemberontakan dengan sejumlah dukungan dari Uleebalang, menguasai kawasan Gampong Jawa. Kondisi Kesultanan Aceh saat itu disebut seperti kapal dengan dua nakhoda. Sultan Alauddin Johan Syah tak mengambil tindakan apapun, karena mengingat pesan ayahnya untuk tidak menganggu kekuasaan Sultan Jamalul.
ADVERTISEMENT
Kondisi ini tidak diterima oleh Pocut Muhammad, lalu bersama dua abangnya yang lain melancarkan perang terhadap kekuasaan Jamalul Alam di Gampong Jawa. Mereka mengumpulkan banyak dukungan dan pasukan dari Pidie, Peusangan dan pesisir timur Aceh lainnya. Perang saudara pecah dengan kakalahan di pihak Jamalul Alam hingga terusir dari Gampong Jawa.
Makam Sultan Aceh dan kerabatnya di kompleks Museum Aceh. Foto: Suparta/acehkini
Barbara Leigh, dalam Tangan-tangan Trampil, Seni Kerajinan Aceh (1989), ikut menuliskan tentang perintah Pocut Muhammad untuk membuat ragam senjata, termasuk rencong pada abad ke-18. Contoh-contoh rencong pada masa tersebut, salah satunya dapat dilihat pada museum militer di Praha, Republik Ceko.
Di Museum Aceh, umumnya koleksi rencong berasal dari abad ke-19. Hanya sebagian pedang, meriam dan perisai yang berasal dari abad ke 16 dan abad ke-17. []
ADVERTISEMENT