Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Ruang Pamer Virtual Senjata Aceh: Ada Rencong hingga Pedang Ratusan Tahun
18 Oktober 2021 18:19 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Berpakaian ala Teuku Umar, anak muda itu berjalan menyusuri tiang-tiang penyangga rumah Aceh. Pandangannya menatap tajam ke depan. Kopiah meukutop dengan posisi agak miring menutup bagian kepalanya.
ADVERTISEMENT
Ia menenteng satu bilah pedang memakai tangan kiri. Saat langkah kakinya terhenti, ia dengan lekas mengepal gagang pedang itu dengan tangan kanan, kemudian mengangkatnya setinggi dada.
Berbentuk agak melengkung, pedang itu merupakan salah satu benda pusaka yang tersimpan di Museum Aceh. Dulu pedang menjadi salah satu senjata perang rakyat Aceh pada masa silam. Kini jadi barang antik sebagai bukti perjuangan.
Selepas menampilkan wujud pedang, anak muda itu balik arah dan kembali berjalan. Secara paralel, seorang perempuan berbaju biru berjalan dari arah sebaliknya. Satu benda terselip di pinggang bagian depan.
Saat perempuan itu berhenti, ia keluarkan benda di pinggang berupa siwaih--senjata khas Aceh yang menyerupai rencong . Begitu dilepas dari sarung berwarna hitam, nyaris semua permukaan besinya berkarat.
ADVERTISEMENT
Peragaan senjata ini bagian dari pameran temporer yang dihelat Museum Aceh. Digelar secara virtual, pameran hanya dapat disaksikan melalui video berdurasi 1 jam 6 menit yang diputar di akun YouTube Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Sabtu (16/10/2021) pukul 10.00 WIB.
Pameran senjata begini digelar rutin saban tahun di Museum Aceh. Namun konsep virtual baru perdana tahun ini. "Karena masih dalam masa pandemi COVID-19," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Jamaluddin.
Adapun tema yang diangkat kali ini adalah 'semangat, simbol, dan identitas'. Menurut Kepala Museum Aceh, Mudha Farsya, senjata-senjata itu peninggalan masa Sultan Ali Mughayat Syah (1511-1530) memimpin Kesultanan Aceh.
Setidaknya ada 176 senjata dipamerkan, yang sebagian besar tidak dipajang saat jadwal kunjungan ke museum hari biasa, seperti siwaih, rencong, pedang , tombak, meriam, dan perisai.
ADVERTISEMENT
Namun, dari jumlah itu sepuluh senjata saja yang diperagakan dalam durasi video empat menit.
Minusnya, tayangan ini tidak menjelaskan jenis senjata yang diperagakan. Penonton akhirnya harus mereka-reka sendiri kalau sama sekali tidak tahu nama benda pusaka itu--meski sudah melihat bentuknya.
Menit-menit seterusnya, pembawa acara mengajak kita bertemu dengan Mukhlis, pemandu pameran. Ia bercerita mengenai keberadaan senjata Aceh sebagai alat perang melawan Portugis dan Belanda.
Pada masa Aceh dipimpin Sultan Ali Mughayat Syah (1511-1530 Masehi), kata Mukhlis, kerajaan menetapkan satu kitab adat bernama Kitab Tazkirat Tabaqat Qanun Syara' Kerajaan Aceh. Setidaknya ada 21 pasal dalam kitab itu.
"Salah satu pasal mewajibkan seluruh rakyat Aceh laki-laki yang mukalaf dan bukan gila untuk membawa senjata ke mana saja mereka pergi, siang dan malam, yaitu pedang atau sikin dan sekurang-kurangnya rencong," kata Mukhlis.
ADVERTISEMENT
Rencong menjadi jenis senjata yang paling identik dan punya kisah perjuangan berdarah-darah di Aceh. Masa perang melawan Belanda (1873-1945), rencong menjadi sesuatu yang menakutkan musuh.
Mukhlis menuturkan, seorang pejuang Aceh dulu ketika sudah menghunuskan rencong dia harus menentukan apakah tetap hidup atau mati syahid. "Sehingga muncul satu semboyan hudep (hidup) mulia, mate (mati) syahid," katanya.
Kini, saat Aceh sudah damai, rencong tentu bukan lagi berfungsi sebagai senjata. Menurut Mukhlis, kini fungsi rencong jadi identitas dan simbol budaya Aceh. "Kami menawarkannya bagi setiap wisatawan yang datang ke Aceh sebagai suvenir," tutur Mukhlis.
Mukhlis lalu mengajak kita keliling melihat semua jenis senjata yang dipamerkan. Ia turut menjelaskan sejarah penggunaan senjata-senjata itu. Menariknya, pameran virtual ini diselingi senandung lagu Aceh atau penampilan tarian Aceh.
ADVERTISEMENT
Meski diputar langsung, video pameran ini masih tersimpan di akun YouTube Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh. Hingga Senin (18/10) sore, sudah diputar 596 kali.