Konten dari Pengguna

Kritik terhadap Program Makan Siang Gratis Prabowo Subianto

Acep Mujib Ichlasul Amal
Alumni Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
14 September 2024 15:13 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Acep Mujib Ichlasul Amal tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Romnshka via pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Romnshka via pixabay
ADVERTISEMENT
Program makan siang gratis merupakan salah satu program yang kerap dibahas dan diangkat oleh Presiden terpilih, Pak Prabowo dalam setiap kesempatan.
ADVERTISEMENT
Program makan siang gratis menjadi perbincangan hangat yang kerap didiskusikan oleh seluruh lapisan masyarakat di sosial media, maupun di ruang keluarga. Tidak heran apabila program ‘makan siang gratis’ dianggap sebagai program utama yang diusung oleh presiden terpilih oleh masyarakat karena banyaknya media yang memberitakannya.
Program makan siang gratis yang diusung oleh Prabowo dinilai skeptis oleh sebagian masyarakat. Hal tersebut diakibatkan dari adanya ketidaksiapan strategi yang direncanakan hingga mengambil sebagian dana dari dana pendidikan yang tentunya akan mengakibatkan menurunnya anggaran untuk pendidikan di sektor yang lain.
Pasca dinobatkan secara resmi oleh KPU sebagai presiden terpilih, Prabowo mulai gencar menyusun strategi dalam mewujudkan program ‘makan siang’ gratis tersebut. Hal tersebut dimulai dari perubahan nama menjadi makan siang bergizi, anggaran yang dipotong, hingga mengambil skema dana dari dana pendidikan kerap menghiasi seluruh jagad media sosial.
ADVERTISEMENT
Prabowo berulang kali menyebutkan bahwa hal utama yang paling penting dalam kegiatan pembelajaran adalah terpenuhinya asupan gizi bagi anak sekolah. Hal tersebut dinilai mampu dalam meningkatkan kualitas yang dimiliki oleh siswa dalam menyerap ilmu pengetahuan di sekolah.
Hal tersebut memanglah benar, seorang siswa tidak akan konsentrasi dalam belajar apabila perut mereka kosong atau tidak menerima asupan nutrisi yang kurang dari rumah. Tujuan dan program ‘makan siang gratis’ yang diusung oleh Prabowo dalam kampanye merupakan sebuah hal penting dan mulia yang tentunya harus diwujudkan.
Namun, penulis memiliki pendapat lain dalam menilai program ‘makan siang gratis’ tersebut. Satu kalimat yang penulis sampaikan terkait kritik terhadap program yang diangkat oleh Prabowo tersebut adalah ‘Penting yang tak terlalu penting’.
ADVERTISEMENT
Memang benar bahwa untuk menyerap pengetahuan secara maksimal dan dapat berkonsentrasi dalam belajar seorang siswa harus memenuhi asupan gizi dalam sarapan. Namun hal tersebut tidak akan berguna apabila fasilitas penunjang dalam pembelajaran sebagian rusak yang bahkan cenderung tidak ada.
Bayangkan, bagaimana seorang siswa dapat belajar dengan penuh konsentrasi apabila ruang sekolah hampir ambruk. Bagaimana seorang siswa dapat memahami cara menggunakan komputer, memahami karya sastra, memiliki jiwa kreatif, apabila sarana penunjangnya tidak tersedia. Selain itu, terdapat banyak ketimpangan kualitas antara sekolah yang berada di perkotaan dan pedesaan. Hal tersebut menghasilkan kualitas siswa yang timpang di masa depan.
Berdasarkan data yang dihimpun dari BBC.com, berdasarkan data dari Kemendikbud Ristek menyebut bahwa ruang kelas yang rusak di Indonesia mencapai 26%. Selain itu, jumlah ruang kelas yang kondisinya baik hanya mencapai 14% saja. Bahkan kualitas ruang belajar yang digunakan oleh siswa dalam menyerap pengetahuan tidak mencapai 50% yang masuk dalam kategori baik. Hal tersebut sangatlah miris dan berbanding terbalik dengan upaya pemerintah dalam mencapai Indonesia Emas tahun 2045 nanti.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data tersebut, tentunya hal paling utama yang harusnya jadi prioritas pemerintah selanjutnya adalah perbaikan dan pemenuhan fasilitas sekolah oleh pemerintah. Terpenuhinya fasilitas penunjang pembelajaran bagi siswa dan guru dapat meningkatkan kualitas siswa yang mampu menghasilkan SDM unggul untuk mewujudkan Indonesia emas 2045 nanti.
Untuk memenuhi hal tersebut, tentunya anggaran untuk pendidikan harus ditambah, bukan dikurangi untuk pemenuhan ambisi program makan siang gratis. Seharusnya, pemerintahan selanjutnya lebih memprioritaskan pemenuhan dan perbaikan fasilitas sekolah terlebih dahulu, baru dilanjut dengan pelaksanaan program ‘makan siang gratis’. Pemenuhan dan perbaikan fasilitas sekolah menjadi lebih baik dapat menjadi jembatan dalam mewujudkan Indonesia emas tahun 2045 nanti.