Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Harapan Pupus Harumi Aina
28 Juni 2022 8:30 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Achmad Humaidy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Musim gugur, suhu terasa hangat. Kehangatan ini bagai pertanda musim gugur tiba. Dedaunan berguguran sedikit demi sedikit dari dahan. Sebuah mobil mewah terparkir di depan kebun bunga matahari Paman Takeshi. Dua keluarga melepas pertemuannya kembali.
ADVERTISEMENT
Haruto berjalan menyusuri deretan bunga matahari dengan seorang gadis rambut pendek. Dia sangat cantik. Keduanya terlihat senang. Sesekali gadis itu menggandeng tangan Haruto.
“Aku selalu ingat namamu Harumi Aina. Tak pernah seharipun aku lupa. Indonesia membuat kita terpisah beberapa tahun. Apa kau tahu kabar dari Hikaru Sinichi?”
“Aku merindukanmu juga. Di Tokyo, aku selalu menceritakan pada teman-temanku tentang dirimu. Berusaha menggambarkan wajahmu saat langit padam. Hikaru? Ya, dia sekarang sudah jadi idola para gadis. Maklum penyanyi café dan acara sekolah.” Sahut gadis bernama Harumi Aina.
“Akhirnya, aku bertemu lagi dengan seorang gadis yang memiliki warna ceria seperti bunga matahari.”
“Jadi, selama kita berpisah, kau berpaling dariku?” ketus Harumi.
ADVERTISEMENT
“Tidak. Cintaku takkan berkurang padamu. Seperti yang ku katakan tadi. Dia berwarna kuning, berarti dia, ku anggap sebagai teman dan begitu dekat seperti adik.”
“Berapa umurnya?”
“18 tahun.”
“Masih 3 tahun lebih muda dariku. Syukurlah! kalau cintamu padaku tak akan gugur seperti dedaunan ini.”
***
“Benarkah kau akan pindah ke Indonesia selamanya?” Harumi terkejut mendapat telepon dari Haruto pagi ini.
“Iya. Untuk terakhir kali aku melihatmu di Osaka, maukah kau datang ke Bandara?”
“Kenapa seolah, kau tak kan mau menginjak kota Osaka lagi?”
“Setelah di Indonesia, mungkin aku akan sibuk dengan pekerjaan di perusahaan BUMN dari Telkom Group.”
Harumi langsung meluncur ke Bandara dengan naik taksi. Diiringi perasaan harap-harap cemas yang menggulung hati. Ia gelisah tak menentu. Perasaannya berkata bakal ada air mata yang jatuh.
ADVERTISEMENT
Harumi mencari tempat dibagian Bandara yang disebutkan Haruto. Ia lihat Haruto berada diantara sekumpulan keluarga dan kerabat. Tiba-tiba hati Harumi berdetak kencang, melihat sosok gadis didekat Haruto. Haruto melihat Harumi, lalu menghampirinya.
“Sungguh kau akan pergi? Tinggalkan Osaka dan aku??”
“Ya. Aku harus menata hidupku untuk masa depan. Seseorang memberiku kabar bahwa sebuah perusahaan penyedia internetnya Indonesia menerimaku.”
“Lalu, Apa cinta kita tak kan pernah menyatu?”
“Begitulah.”
“Mengapa? Perbedaan negara seharusnya tak menjadi penghalang kan?? Kita tetap bisa komunikasi lewat ponsel dan jaringan internet keluarga mu setelah nanti kalian di Indonesia.” Air mata Harumi mengalir dipipi.
“Seseorang telah kembali. Dia itu belahan jiwaku. Aku sudah berusaha untuk mencintaimu. Tapi, semua usahaku nihil. Perasaan cintaku padanya terlalu besar sehingga tak bisa tergantikan. Kau hanya teman kecilku yang manis dan ceria. Bunga matahariku yang indah dan adik yang hadir menemani kesepianku selama pandemi. Maafkan aku.”
ADVERTISEMENT
“Baiklah, aku mengerti. Aku juga tak bisa memaksamu untuk mencintaiku. Sementara kau tak memiliki rasa padaku. Terima kasih untuk hari-hari yang telah kau buat. Hari-hari manis dan tak kan ku lupakan. Kau harus janji ….” Kalimat Harumi menggantung sambil cegukan tangisnya terus mengalir.
“Apa yang kau pinta?”
“Kau harus janji menghubungiku setelah kau sampai di Indonesia dan sesekali berkunjunglah ke Osaka. Bertemu denganku di kebun bunga matahari bersama seorang yang kau cintai itu. Aku adalah orang pertama yang nanti harus kamu kabari saat hari pernikahan kalian tiba.”
“Baik. Aku akan melakukannya demi adikku yang cantik. Suatu hari, seorang pria terbaik akan datang padamu. Bawa cinta yang tulus. Sampai jumpa!” Haruto mengecup kening Harumi. Tangis Harumi terus mengalir deras. Hampa terasa dalam hati Harumi.
ADVERTISEMENT
Harumi keluar Bandara dengan tangis yang membuncah. Ia duduk di sebuah bangku beranda Bandara. Ia membuka kembali cerpen IndiHome yang pernah ditulis sesuai kisahnya bersama Haruto. Ternyata, pekerjaan yang didapat Haruto merupakan rekomendasi dari teman Harumi di Indonesia. Sebenarnya, Harumi sudah lama mencarikan pekerjaan buat Haruto supaya lebih mapan sejak Haruto mengalami PHK akibat pandemi berkepanjangan. Dibalik cerita tanpa batas yang mereka lalui, terkuak harapan pupus bagi Harumi yang tak bisa lagi mencintai Haruto seperti dulu lagi.