Konten dari Pengguna

Perkembangan Rasa Senang Anak-Anak

Adam Rasyidi
Mahasiswa Sarjana Fakultas Psikolog, Universitas Airlangga angkatan 2023
28 Mei 2024 6:35 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adam Rasyidi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
(Foto Pribadi) Edukasi kerang dari ibu kepada anak.
zoom-in-whitePerbesar
(Foto Pribadi) Edukasi kerang dari ibu kepada anak.
-Adam Rasyidi-
Mahasiswa Fakultas Psikologi, Universitas Airlangga
Rasa senang merupakan hal yang dimiliki seluruh makhluk hidup. Sumber kesenangan setiap makhluk hidup berbeda-beda, namun ada satu hal yang sama yaitu makan. Terlepas dari bagaimana sumber kesenangan didapatkan, rasa senang perlu ada dalam kehidupan setiap makhluk. Rasa senang juga memiliki korelasi dengan kepuasan, kedua hal tersebut menjadi dasar emosional dari makhluk hidup khususnya hewan dan manusia.
ADVERTISEMENT
Kita yakini bersama bahwa manusia merupakan makhluk yang kompleks. Secara tampang dan fisik, manusia jauh lebih lemah dan rentan bila dihadapkan dengan hewan predator. Menurut Mohammad Fajar Marta (2023) dalam artikel berjudul “DIMENSI MANUSIA, FILSAFAT DAN HUKUM “ mengatakan, yang membedakan antara manusia dan hewan adalah cara berfikir dalam menghadapi tantangan. Manusia mampu ditempatkan di segala bentuk medan alam dan berhasil beradaptasi tanpa mengubah bentuk tubuh manusia sejati. Hal tersebutlah yang menjadikan manusia kompleks dan berbeda (secara pola pikir) disetiap belahan bumi, sehingga dapat membentuk kompleksitas ritual dalam mendapatkan kesenangan.
Anak-anak merupakan masa dimana mereka belajar beradaptasi dengan dunia. Dalam tahap adaptasi tersebut, anak-anak juga berusaha menyesuaikan diri dengan sosial khususnya anak seumuran agar punya teman bermain. kehadiran teman dalam kehidupan anak-anak membantu mereka melihat dunia. Sebab, sudut pandang dunia yang dilihat anak-anak berbeda dengan orang dewasa. Maka tidak heran jika saat kita beranjak dewasa, kita melihat anak-anak menjalani hidup dengan indah.
ADVERTISEMENT
Mirisnya, masih banyak orang tua yang memberikan perlakuan buruk pada anak-anak. Hal buruk yang diterima anak tersebut menjadikan mereka tidak mencapai kesenangan dalam menjalani hidup, itulah yang nantinya akan mempengaruhi perkembangan anak menuju dewasa. Maka perlu diberikannya kesenangan pada anak dengan kontrol dan kesadaran dari orang tua. Menjadikan anak percaya pada orang tua yang memberikan mereka rasa nyaman, aman dan bahagia dalam tumbuh kembang buah hati.
Setelah membaca paragraf-paragraf sebelumnya, kita menjadi yakin bahwa kesenangan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia termasuk anak-anak. Seorang ilmuwan Psikologi berkebangsaan Jerman, Erik Erickson (1902-1994), mengklasifikasi perkembangan belajar dan kebutuhan manusia dalam teorinya “Tahapan Perkembangan Psikososial” yang terbagi menjadi 8 tahapan. Teori tersebut menjelaskan tentang dinamika kehidupan di setiap usianya, baik berdasarkan kebutuhan, konflik yang terjadi dan pihak yang berperan dominan dalam kehidupan individu tersebut sehingga menjadikan pihak tersebut sebagai harapannya untuk tetap hidup. Empat bagian awal dari teori Erickson merupakan tahapan dari anak-anak. Hal ini yang menjadikan dasar argumen untuk perkembangan kesenangan anak-anak. Teori yang dibawakan Erickson ini dapat dikembangkan dalam dinamika pencarian sumber kesenangan individu secara umum.
(Foto Pribadi) Eskrim sebagai hadiah pada anak atas keberhasilan menyelsaikan tugas.
Menurut Erickson
ADVERTISEMENT
Pertama, Fase Oral Sensory (0-1 tahun) merupakan fase dimana manusia khususnya bayi baru lahir belajar mengenali sesuatu melalui mulut. Interaksi intim bayi pertama kali didapat pada saat pasca persalinan bayi diberikan ASI (Air Susu Ibu) oleh ibu yang telah melahirkannya. Peran ibu pada fase ini sangat krusial lantaran ASI merupakan sumber makanan bayi di bulan-bulan awal kelahirannya. Dari proses menyusui tersebut bayi belajar mengenal orang yang memberinya asupan nutrisi yaitu ibu, baik mengenali secara fisik maupun emosional dari sang ibu. Hal tersebut menjadikan bayi merasa dekat dan juga terpuaskan atas pemberian nutrisi dari sang ibu. Maka dapat disimpulkan bahwa sumber kesenangan bayi adalah merasa dekat dengan ibu dan diberikan ASI.
ADVERTISEMENT
Adapun kedua, Fase Muscular Anal (1-3 tahun) merupakan fase dimana Batita (Bayi dibawah tiga tahun) mulai belajar memahami dan mengelola proses sekresi. Sejatinya batita tidak mengerti bahwa aktivitas sekresi merupakan aktivitas yang memerlukan tanggung jawab untuk dibersihkan agar terhindar dari penyakit. Maka tidak heran bila pada fase ini batita lebih sering mengompol dan BAB (Buang air besar) tidak kenal waktu dan tempat. Sehingga pada fase Muscular Anal merupakan waktu yang tepat untuk anak diajarkan toilet training secara menyenangkan dan mudah dipahami agar anak terbiasa menahan sekresinya hingga menemukan tempat yang layak untuk aktivitas sekresi. Hal ini menjadikan anak senang mendapatkan perhatian dan juga belajar mandiri tanpa menyusahkan orang tua, nantinya terbentuk kebanggaan terhadap diri anak tersebut.
ADVERTISEMENT
Ketiga, Fase Lokomotor (3-6 tahun) merupakan aktif dalam bergerak bagi anak-anak lantaran anak-anak belajar eksplorasi lingkungan dengan berpindah tempat dan berinteraksi dengan sosial. Peran dari orang tua dan teman dalam berinteraksi secara verbal maupun non-verbal dapat melatih anak dalam mempelajari kosa kata dan juga respon khusus untuk menyikapi keadaan sederhana seperti posisi duduk yang sopan. Istilah baby watch and learn menjadi sangat masuk akal pada fase ini, lantaran anak akan melihat tindakan orang tuanya saat menghadapi suatu keadaan. Dari kegiatan orang tuanyalah anak akan percaya diri melakukan hal tersebut pada lingkungan sosial secara mandiri karena mereka yakin bahwa yang diperbuat orang tuanya merupakan hal yang benar. Menariknya, anak juga akan berbuat hal yang sama dengan teman sebayanya.
ADVERTISEMENT
Keempat, Fase Latency (6-12 tahun) merupakan salah satu fase yang menarik bagi saya. Pasalnya, kondisi anak yang telah bergabung pada lingkungan sosial akan berusaha sebaik mungkin menunjukkan eksistensinya melalui kemampuan dari anak disekolah. Seringnya di Indonesia ini anak pada usia tersebut berfokus pada capaian akademis sebagai hal yang dapat dibanggakan, hal ini diikuti dengan peran orang tua yang aktif dalam memberikan bimbingan akademis yang terbaik pada anak. Maka dari itu selagi anak pada fase ini, anak perlu diedukasi oleh orang tua dan guru sekolah bahwa yang terpenting adalah memahami secara orisinil tentang apa yang telah anak pelajari.
(Foto Pribadi) Kepedulian ibu pada kerapian rambut anaknya.
Tahapan-tahapan diatas merupakan potongan dari teori Erickson tentang perkembangan yang bisa dijabarkan dan dikaitkan dengan permasalahan saat ini. Banyak faktor yang dapat menumbuhkan rasa senang pada anak-anak, seperti memberikan es krim setelah pulang sekolah dan hal kecil menyenangkan lainnya. Hal-hal diatas merupakan gambaran umum atas keadaan anak dan kebutuhan mereka, serta solusi sederhana yang dapat diberikan. Namun, semua kembali pada kemampuan orang tua baik dalam finansial maupun fisik. Bila fisik dan finansial tidak mendukung disaat itu, maka berikanlah perhatian dengan tulus atas apapun yang anak lakukan. Sebab perhatian orang tua bagaikan dahan pohon yang menopang bakal buah yang sangat kecil.
ADVERTISEMENT