Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Keberadaan Pemuda Indonesia Merespons Terjadinya Krisis Lingkungan
11 Januari 2024 18:21 WIB
Tulisan dari Adam Satria Nugraha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia mengalami krisis lingkungan (ekologi). Prakiraan cuaca sering kali meleset. Saat ini berbagai krisis ekologi telah nampak. Seperti cuaca panas (El-Nino), kekurangan air, hujan lebat disertai petir, angin kencang, gempa bumi, krisis pangan, punahnya habitat, spesies alami, hilangnya keanekaragaman hayati, dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Dalam berbagai literatur yang ada, terdapat beberapa faktor penyebab krisis ekologi itu terjadi. Beberapa sebab seperti kemajuan teknologi, pertumbuhan ekonomi tanpa batas, pemahaman yang salah tentang hubungan antara manusia dengan ekologi. Nah, akibatnya terjadi ketidakseimbangan antara pemanfaatan dan pemeliharaan. Maka, kemudian alam merespons ketidakseimbangan itu dengan berbagai macam bencana.
Sebenarnya telah kita jumpai, ada berbagai metode untuk mencegah dan mengurangi hal itu (kerusakan ekologi), seperti melalui politik, melalui pendidikan (pengembangan eko-literasi, eko-kurikulum), dan menetapkan serta menyempurnakan undang-undang yang pro ekologis. (Abadi et al., 2022). Nah, bagaimana dengan agama ?, yang sering kali dianggap sebagai pelengkap pergerakan ekologis, atau hanya sebagai norma formalitas saja. Padahal jika kita mau menelisik lebih dalam hubungan antara agama dan lingkungan (ekologi), ternyata agama sangat berperan penting, dan pengaruh yang diberikan oleh agama sangat mendukung gerakan ekologi/merawat lingkungan.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa pertanyaan yang muncul, bukankah agama memandang manusia sebagai mahkota ciptaan/khalifah ?, bukankah agama mengajarkan kita kedamaian ?, bukankah agama mengajarkan keseimbangan tataran alam ? seperti pemanfaatan sumber daya alam secara bijak dan pemeliharaan yang serius. Tidak menutup kemungkinan, krisis ekologi terjadi disebabkan manusia telah lepas dari kesadaran spiritualnya, sehingga mereka gagal melindungi bumi.
Agama dan Lingkungan
Dalam ajaran setiap agama terdapat konsep sebab-akibat. Jika kita kaitkan dengan konteks ekologi, berarti hukum sebab-akibat telah membuktikan bahwa ada relasi dua arah antara apa yang kita lakukan terhadap alam dan apa yang direspons oleh alam sesuai dengan tingkat tindakan kita. Perpaduan agama dengan kepedulian kita terhadap ekologi bisa disebut dengan ekoteologi. Ekoteologi berupaya untuk menyeimbangkan dan menjaga kesadaran teologis terhadap isu ekologi. (Abadi et al., 2022).
ADVERTISEMENT
Ekoteologi Islam misalnya, didasarkan pada Qur’an dan hadits. Umat Islam/Muslim percaya bahwa Qur’an berisi firman Allah yang juga terdapat didalamnya perintah untuk menjaga bumi. Di dalam Qur’an juga dibahas tentang siklus air, rantai makanan, ekosistem, dan sebagainya. Dalam Qur’an juga ada parameter yang telah ditentukan Tuhan untuk penggunaan sumber daya alam konservasi dan distribusinya secara adil. Namun dalam wacana dan praktik lingkungan, prinsip-prinsip ekoteologi dan Islam sering dilupakan. Terpisahnya kesadaran umat Islam dari ajaran-ajaran yang menekankan perlindungan lingkungan akan membawa umat Islam masuk ke lubang hitam ketidaktahuan, alhasil mereka terbangun sikap apatis (sikap tak acuh terhadap segala sesuatu yang terjadi di sekitar).
Bagaimana dengan pemuda Indonesia ? apakah mereka diam saja ? menganggap semua kerusakan ekologi sebuah takdir semata. Ternyata tidak. Generasi muda Indonesia ikut bergerak demi menyelamatkan bumi ini. Generasi masa kini tidak lagi bermain di ranah wacana namun sudah mulai bermain di ranah praktik. Memanfaatkan media sosial yang mempunyai peran penting sebagai media alternatif yang memberikan paparan informasi terkait kerusakan lingkungan yang cenderung dilindungi atau diabaikan oleh pemerintah.
ADVERTISEMENT
Peran Pemuda Indonesia
Salah satu gerakan pemuda Indonesia dalam upaya berpartisipasi peduli krisis ekologi adalah berdirinya Kader Hijau Muhammadiyah (KHM). Kelompok pemuda Muhammadiyah ini menilai kurangnya kehadiran Muhammadiyah dalam kepedulian lingkungan, mereka pun memutuskan untuk mendeklarasikan diri sebagai gerakan pemuda dengan misi melaksanakan dakwah Muhammadiyah dalam pembangunan masyarakat ekologis demi bumi yang lebih lestari. (Abadi et al., 2022).
Salah satu pergerakan aktivis Kader Hijau Muhammadiyah (KHM) dapat dilihat pada momentum HUT RI yang ke-78. Para aktivis KHM dalam memperingati HUT RI ke-78 menggelar acara di kebun raya mangrove Surabaya dengan kegiatan menanam 200 bibit mangrove berjenis Rhizophora. KHM juga berkolaborasi dengan organisasi kepemudaan yang lain seperti PD IPM, HIMA Biologi Universitas Muhammadiyah Surabaya, dan Majelis Lingkungan Hidup PDM Surabaya. Kegiatan tersebut bertujuan untuk terus meningkatkan kesadaran masyarakat betapa pentingnya lingkungan yang harus kita jaga, selain itu kegiatan menanam ini merupakan simbol dari kemerdekaan, merdeka dari lingkungan rusak.
ADVERTISEMENT
Demikian, melalui salah satu organisasi kepemudaan Indonesia, yakni Kader Hijau Muhammadiyah (KHM), yang menawarkan salah satu konsep untuk mengatasi krisis lingkungan yaitu “eko-teologi”. Ajaran-ajaran agama kemudian dihubungkan dengan ekologi, dengan spirit beragama nantinya ada kemungkinan dan harapan masyarakat mempunyai kesadaran untuk merawat bumi ini lebih lestari.