Konten dari Pengguna

Dari Cahaya Anak Negeri untuk Anak Jalanan

Ade Rina
a mother of two, a wife, Sesdilu 63...
12 Maret 2019 16:19 WIB
clock
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:18 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ade Rina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bertemu dengan pasangan suami istri Andi Suhandi (32) dan Nadiah Abidin (38), pikiran saya langsung melanglang ke hadits Nabi Muhammad Saw, “sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni).
ADVERTISEMENT
Bagaimana tidak? Di usia yang belum genap 40 tahun, kedua orang itu telah mendedikasikan hidupnya demi mewujudkan mimpi anak jalanan agar tidak selamanya hidup di jalanan.
Berawal dari mimpi yang sama untuk menjadi sebaik-baiknya manusia, pada tahun 2006, Andi dan Nadiah mendirikan Sanggar Anak Matahari. Tujuannya untuk memberikan pendidikan dan keterampilan gratis bagi anak jalanan.
“Harapannya adalah agar 10-15 tahun lagi, tidak ada anak-anak berkeliaran di jalanan,” ujar Andi, yang pada tahun 2011 terpilih sebagai Young Hero Awards pilihan Kick Andy (Metro TV).
Andi dan Nadiah, pendiri Cahaya Anak Negeri (CAN), yang mempunyai mimpi agar anak jalanan tidak lagi di jalanan. Foto: YouTube/Nurul
“Nama Sanggar Anak Matahari berasal dari anggotanya yang terdiri dari anak jalanan yang notabene bekerja di bawah terik matahari, dan diharapkan menjadi pencerah layaknya matahari,” jelas Andi, ketika ditanyakan terkait pilihan kata "matahari".
ADVERTISEMENT
Di tahun itu, Andi yang tengah menyelesaikan program Sarjana di Universitas Islam 45, Jurusan Ilmu Komunikasi, masih hidup nomaden sebagai pengamen, tukang parkir, dan tukang agar-agar keliling di Sentra Niaga Bekasi. Dikisahkan Andi, ia banyak bertemu dan berbagi dengan sesama anak jalanan.
Dari situ, ia mengetahui bahwa banyak di antara mereka yang ingin melanjutkan sekolah dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Dua tahun kemudian, Sanggar Anak Matahari beranggotakan 20 anak jalanan usia 6-18 tahun yang dirumahkan. Anak laki-laki tidur di saung, dan anak perempuan tidur di kontrakan kecil.
20 anak itu kemudian didaftarkan ke sekolah dan mendapatkan pendidikan formal. Untuk mendapatkan kepercayaan diri dan membuktikan bahwa anak-anak jalanan binaan Sanggar Anak Matahari tidak kalah dengan anak rumahan, Andi dan Nadiah mengikutsertakan mereka dalam berbagai lomba.
ADVERTISEMENT
Prestasi demi prestasi pun berhasil disabet Sanggar Anak Matahari dalam berbagai kejuaraan, baik dalam bidang olahraga maupun seni budaya. Tidak tanggung-tanggung, 20 anak Sanggar Anak Matahari berhasil meraih juara 1 dalam lomba teater dengan membawakan Teater Nyanyian Anak Jalanan yang ditulis Nadiah dan dipentaskan di Taman Ismail Marzuki.
Tak hanya itu, di bidang akademis, anak binaan Sanggar Anak Matahari pun banyak yang meraih peringkat 10 besar di sekolahnya. Tak sedikit pula yang didaulat menjadi ketua organisasi di sekolah masing-masing, seperti OSIS dan Rohis.
Seiring dengan berjalannya waktu, semakin banyak anak yang ingin bergabung. Tidak hanya anak jalanan, tetapi juga anak yatim, anak pemulung, penarik becak, penjual kopi keliling, dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Tujuh tahun berdiri, pada tahun 2013, Sanggar Anak Matahari melebarkan sayap menjadi Yayasan Cahaya Anak Negeri (CAN). Hal ini dilakukan untuk dapat juga menaungi lebih banyak masyarakat di lingkungan sekitar.
“Cahaya diambil dari matahari dan filosofinya,” ujar Andi, ketika ditanyakan makna di balik nama "CAN". Lebih jauh, Andi berharap agar anak-anak CAN dapat menjadi pencerah untuk membawa kemajuan dan kebaikan, seperti matahari.
Berawal dari Bekasi, CAN kini juga telah berkiprah di Sukabumi, kota kelahiran Andi, dengan program orang tua asuh, dukungan bagi sekolah dan pesantren, serta pelatihan kerja.
Prestasi dan Wirausaha
Pembinaan yang dilakukan CAN kini tidak hanya berkutat di bidang seni saja, tetapi bervariasi di kegiatan-kegiatan lain, seperti pengajian dan kajian, serta olahraga seperti pencak silat, futsal, dan atletik. Selain itu, CAN juga mempunyai program pengembangan keahlian seperti komputer, Bahasa Inggris, dan Bahasa Arab.
ADVERTISEMENT
Andi dan Nadiah juga kerap kali mengikutsertakan anak binaan CAN dalam lomba-lomba dan workshop yang diselenggarakan baik oleh pemerintah, donatur, maupun relawan.
“Lewat CAN, dari pojok Bekasi, Nadiah, istri saya, sekaligus co-founder, melanglang buana ke Amerika Serikat untuk ikut serta dalam E-Teacher Scholarship di Universitas Oregon,” kata Andi.
“Kini, binaan CAN ada yang telah duduk di bangku TK, SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi. Tahun 2018, empat anak binaan CAN berhasil melanjutkan ke universitas di berbagai jurusan seperti bisnis, public relations, dan manajemen,” ujar Andi bangga.
Suasana belajar mengajar di Cahaya Anak Negeri. Sumber: Dokumentasi Pribadi
Tidak berhenti sampai di situ, hingga saat ini, menurut Andi, puluhan anak binaan CAN sudah menjadi atlet dan perwakilan pentas seni di Kota Bekasi.
ADVERTISEMENT
“Harapan saya agar keberadaan CAN dapat memberikan kesempatan bagi anak-anak jalanan, anak-anak yang kurang mampu, agar dapat hidup lebih baik ke depannya,” ujar Andi mantap.
Tidak hanya berhenti di pembinaan anak jalanan dan kurang mampu, Andi dan Nadiah kini sedang menularkan gemar wirausaha bagi kalangan kurang mampu di lingkungan sekitar. Hal ini antara lain dilakukan dengan merintis laundry kiloan dan memberikan modal berdagang bagi pengemis.
Selain itu, CAN juga kerap melakukan bakti sosial dengan menyalurkan bantuan bagi korban bencana alam, seperti yang baru-baru ini dilakukan bagi korban banjir dan longsor di Sukabumi.
Meskipun telah menorehkan banyak prestasi, Andi mengungkapkan bahwa masih terdapat kendala untuk menularkan mimpi (mengeluarkan anak jalanan ke luar dari jalanan). “Faktor utamanya adalah lingkungan, terutama orang tua dari anak-anak CAN sendiri,” jelas Andi.
ADVERTISEMENT
“Masih banyak orang tua yang diam-diam akan mengajak akan kembali mengemis, dijemput beberapa meter dari sanggar,” kisah Andi.
Oleh karena itu, upaya pendekatan tak henti dilakukan Andi dan Nadiah untuk mendapatkan dukungan penuh dari lingkungan, khususnya orang tua anak-anak tersebut. Sebab bagaimanapun juga, menurut Andi, kasih sayang orang tua masih dibutuhkan anak-anak. Namun, orang tua pun harus diberikan pembelajaran mengenai pentingnya pendidikan dan menghargai keinginan anak untuk mengubah nasib.
Andi dan Nadiah ketika wisuda. Foto: Akun Google Plus Andi Suhandi
---
Yayasan Cahaya Anak Negeri (CAN)
Kampung Pintu Air RT 02/RW 07
Kelurahan Harapan Mulya
Kecamatan Medan Satria, Kota Bekasi – Jawa Barat 17143
http://www.cahayaanaknegeri.org