Konten dari Pengguna

Ketidakadilan Hukum Bagi Seorang Anak : Analisis Kasus pada Drakor "Hope"

Adelia Naila Putri
Halo, perkenalkan nama saya Adelia Naila Putri!
17 Oktober 2024 17:08 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adelia Naila Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi police line (sumber: Pexels.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi police line (sumber: Pexels.com)
ADVERTISEMENT
Halo teman-teman, siapa yang masih asing dengan drama Korea yang berjudul "Hope"?
ADVERTISEMENT
Mungkin beberapa dari pembaca belum pernah mendengar atau bahkan menontonnya. Jika iya, penulis akan menjelaskan dan memberikan pelajaran dari drama ini secara singkat namun jelas.
Hope merupakan drama bertemakan keluarga yang diambil dari kisah nyata di tahun 2008. Bergenre melodrama memilukan yang berasal dari negeri Ginseng yang sangat populer yaitu Korea Selatan. Dirilis pertama kali pada tanggal 2 Oktober 2013. Drama ini berada dalam arahan sutradara Lee Joon-ik dan dibintangi oleh Sul Kyung-gu (Im Dong-hoon) sebagai seorang ayah, Uhm Ji-won (Kim Mi-hee) sebagai seorang ibu dan Lee Re (Im So-won) sebagai seorang anak perempuan dari kedua orang tua tersebut.
Drama ini berpusat pada seorang anak gadis berusia 8 tahun yang berusaha bertahan hidup setelah tragedi pemerkosaan yang dilakukan oleh pedofilia.
ADVERTISEMENT
So-won mengalami kekerasan dan juga pemerkosaan pada saat di perjalanan menuju sekolah. Sebelumnya Kim Mi-hee atau kerap disapa ibu So-won sudah menawarkan untuk diantar saja karena hari itu cuaca sangat tidak mendukung membuat Kim Mi-hee khawatir dengan putri kesayangannya itu, namun So-won menolak pelan. Salah satu alasan lainnya karena ia sedikit kecewa dengan ayah dan ibunya yang selalu sibuk dengan pekerjaannya.
Im Dong-hoon atau kerap disapa ayah So-won bekerja sebagai pegawai di sebuah pabrik sedangkan Kim Mi-hee bekerja dirumah untuk menjaga toko kelontong miliknya. Setiap hari So-won berangkat sekolah selalu sendirian, jadi ia mengambil keputusan untuk tetap berangkat seorang diri saja.
Ilustrasi seorang anak sendirian (sumber: Pixels.com)
Gerbang sekolah sudah terlihat So-won, namun ia diadang oleh pria dewasa yang sangat lusuh meminta untuk berbagi payung. Rambut berantakan, pakaian yang basah dan kotor membuat So-won perlahan memundurkan dirinya karena ketakutan.
ADVERTISEMENT
So-won dilecehkan dengan tragis di toilet umum. Mengalami luka yang sangat parah, bahkan ada luka sobek dari anus hingga perutnya membuat usus anak gadis tersebut keluar sehingga ia harus memakai kantong kolostomi.
Beberapa jam berlalu, So-won ditemukan tidak berdaya oleh Hyungsoo yaitu teman sekolah sekaligus tetangga rumahnya setelah pulang dari sekolah. So-won dilarikan ke rumah sakit dan langsung ditangani oleh para medis. Ia mengalami trauma berat dan selalu takut bertemu pria dewasa termasuk ayahnya sendiri. Tidak lagi mau dekat dengan ayahnya.
Setelah beberapa hari kemudian, akhirnya pelaku tertangkap oleh kepolisian dan parahnya ia memiliki alibi bahwa saat kejadian ia sedang mabuk dan tidak mengingat kejadian yang ia lakukan saat itu.
ADVERTISEMENT
Dikarenakan tidak ada bukti nyata dan alibi dari pelaku, pelaku hanya dihukum 12 tahun di penjara yang membuat semua orang di pengadilan sangat histeris dan sangat geram dengan keputusan yang tidak adil.
Dari kejadian drama ini dapat menjadi pelajaran penting bagi dunia, pentingnya peran keluarga untuk menjadi tempat teraman dan ternyaman bagi seorang anak. Sesibuk apa pun, jangan pernah membiarkan anak sendirian.
Juga dari kejadian di kisah nyata lebih menyedihkan, korban kekerasan dan pemerkosaan tersebut saat ini sudah berusia 24 tahun dan pastinya masih memiliki trauma dan cacat yang dialaminya, sedangkan pelaku sudah keluar dari hukuman dan menjalani kehidupan pada umumnya.