Konten dari Pengguna

Holiday Blues : Fenomena Libur Lebaran

Adelin Aprilia
Fresh Graduate S1 Psikologi UMSurabaya
7 April 2024 9:35 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adelin Aprilia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dokumen Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Dokumen Pribadi
ADVERTISEMENT
Hari raya umat muslim yang konon katanya banyak dinanti sebagai hari agung, seluruh umat muslim berbondong-bondong merayakan kemenangan setelah satu bulan menahan hawa nafsu untuk kebutuhan biologis. Meja tamu dipenuhi kue lebaran, kampung mulai dipenuhi pendatang yang ingin menyambung tali silaturahmi, ketupat, opor ayam dan segala jenis masakan tersaji sebagai bentuk perayaan dan masih banyak lagi serba-serbi lebaran
ADVERTISEMENT
Namun tidak semua orang beruntung dan bisa menikmati lebaran bersama keluarga, ada sebagian orang yang dengan sengaja ingin segera meninggalkan hari raya dikarenakan beberapa faktor dan kendala. Menyambut lebaran bukan lagi special melainkan beban, faktanya fenomena lebaran masih menjadi momok menakutkan bagi sebagian orang. Libur Lebaran bagi beberapa orang memang menjadi hal yang membahagiakan. Tapi bagi sebagian orang, momen tersebut bisa menjadi hal yang menyakitkan, kecemasan, dan kesepian
Apa si Holiday Blues itu?
Holiday blues merupakan perasaan sedih atau depresi yang muncul saat momen libur tiba, misalnya saat libur lebaran. Melansir WebMD, holiday blues juga bisa memicu berbagai gejala, seperti sakit kepala, insomnia, dan makan berlebihan. Gejala yang umum terjadi pada penderita holiday blues adalah munculnya perasaan sedih berkepanjangan dan berulang selama musim liburan. 
ADVERTISEMENT
Saat lebaran tiba, seseorang kerap dihadapkan dengan berbagai acara, interaksi sosial, dan aktivitas lainnya. Tanpa disadari stres yang muncul saat libur lebaran dapat disebabkan oleh tekanan dari banyaknya tanggung jawab yang dimiliki seseorang. Misalnya, saat Lebaran tiba ada tuntutan secara tidak langsung untuk memberikan uang THR kepada keluarga atau menerima semua pertanyaan-pertanyaan seperti, Kapan nikah, Kapan punya anak? Sekarang kerja dimana? Gajinya berapa? dan masih banyak lainnya yang dapat memicu timbulnya stress dan depresi. 
Dalam beberapa kasus saat moment lebaran yang menimbulkan stres sering dipicu karena adanya kenangan masa lalu yang pahit, atau kecemasan tentang adanya pertemuan menghadapi pertanyaan dari keluarga besar. Sehingga seseorang cenderung menghindar dan tidak ingin bertemu dengan banyak orang.
ADVERTISEMENT
Meskipun tidak seserius depresi klinis, holiday blues dapat menghambat pengidapnya untuk beraktivitas dengan baik selama periode liburan, bahkan setelah liburan selesai. Karena itu, masalah mental yang satu ini sebaiknya tidak dibiarkan saja.
Kenali Gejalanya
Gejala holiday blues yang paling umum adalah perasaan sedih yang terus-menerus atau berulang yang dimulai selama masa liburan. Intensitas dan lamanya perasaan sedih saat mengalami holiday blues bisa bervariasi pada tiap pengidap.  
Berikut ini gejala-gejala holiday blues: