Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Seni Meramu Kebahagiaan
14 November 2024 14:54 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Adelin Aprilia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kapan terakhir kali kamu tersenyum bahagia? Pagi tadi atau bahkan belum sama sekali? Terkadang seseorang kesulitan dalam menemukan sumber kebahagiaan, sehingga seringkali menjalani aktivitas dengan biasa-biasa saja, kurang motivasi bahkan males-malesan sepanjang hari. Tentu rugi sekali bila hidup yang singkat ini hanya dijalankan dengan biasa-biasa saja tanpa semangat dan bahagia didalamnya. Oleh karena itu salah satu tema yang paling awal dibahas oleh psikologi positif adalah mengenai kebahagiaan (happiness). Seligman, melalui bukunya Authentic Happiness (2002), mulai menggali apa itu kebahagiaan manusia serta upaya mengukurnya.
ADVERTISEMENT
Konsep kebahagiaan yang bersifat abstrak semakin berkembang menjadi konsep yang terukur, salah satunya diturunkan menjadi konsep Well Being yang kini banyak berkembang menjadi penelitian di bidang psikologi pada abad 21 (Snyder & Lopez, 2002). Konsep kebahagiaan sejatinya sudah menjadi bahasan keilmuan yang sering dikaji. Sejak jaman filsafat Yunani, konsep kebahagiaan telah dirumuskan. Salah satunya oleh filsuf Aristoteles yang menyatakan bahwa kebahagiaan adalah sesuatu yang senantiasa didambakan umat manusia.
Kebahagiaan bagi banyak orang sering digambarkan sebagai kesenangan, ketenangan, keberhasilan dalam memperoleh apa-apa yang diinginkan, kegembiraan, atau kepuasan atas suatu kejadian yang terjadi. Kebahagiaan juga kerap diatrikan sebagai kondisi berlawanan dari penderitaan atau kesulitan. Lantas apakah bagaimana seseorang dapat menciptakan kebahagiaanya sendiri? Menurut Aristoteles, faktor-faktor yang menentukan kebahagiaan terdiri atas tiga faktor, yaitu (1) Faktor luar, seperti kekayaan, pangkat, keluarga dan suku. (2) Faktor jasmani, seperti kesehatan, kekuatan atau kecantikan, (3) Faktor spiritual, dalam hal ini kebijaksanaan, keadilan dan keberaniaan (Mutahhari, 1987).
ADVERTISEMENT
Selain itu kita juga dapat meramu kebahagiaan dengan beberapa hal, diantaranya :
1. Belajar untuk memprioritaskan kebutuhanmu
Kamu tidak bisa menyenangkan semua orang, kamu juga tidak bisa menutup mulut orang yang tidak suka dengan kita, sehingga perlu kiranya untuk memprioritaskan kebutuhan dirimu sendiri.
2. Menetapkan Batasan
Terdengar sepele namun ketika kita memiliki batasan akan mempermudah dalam menjalani hidup karena kita fokus dan tau akan kebutuhan pribadi diri.
3. Memperbanyak Rasa Syukur
Tanpa kita sadari bersyukur merupakan kunci kebahagiaan, hal sederhana bisa menjadi indah ketika seseorang pandai bersyukur dan menjaganya, salah satu nikmat yang patut kita syukuri dan jaga adalah nikmah sehat, yang pada dasarnya ini menjadi sumber kebahagiaan
Ketika seseorang telah mensyukuri hidup yang tengah dijalani disitulah kebahagiaan akan terasa, kebahagiaan sejati berasal dari hati, untuk mengembangkannya seseorang perlu mengembangkan kualitas seperti kasih sayang, toleransi dan kemurahan hati. Kebahagiaan juga bisa ditemukan dengan cara meditasi, refleksi diri serta mengembangkan hobi.
ADVERTISEMENT