Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Merdeka Finansial Impian Semua Orang
21 Agustus 2023 11:19 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Ade Nurhidayah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Uang itu memang tak terbatas, tapi waktu kita untuk mendapatkan uang, itu yang terbatas. Begitu kira-kira yang dikatakan Grant Sabatier, seorang entrepreneur asal Amerika yang juga seorang penulis buku international best seller “Kebebasan Finansial.”
ADVERTISEMENT
Rasanya tak habis-habis untuk membahas bagaimana cara dapat uang, mengelolanya, dan menikmatinya di usia muda. Persoalan finansial saat ini dikejutkan dengan banyaknya orang yang menjadikan pinjaman online (pinjol) sebagai alternatif solusi dari masalah keuangan.
Otoritas Jasa Keuangan mencatat bahwa Provinsi Jawa Barat menjadi provinsi dengan utang pinjol terbesar di Indonesia, yakni mencapai Rp 13,57 triliun. Kemudian disusul oleh DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Banten.
Melihat fenomena seperti ini, ada 3 hal yang perlu disoroti. Pertama, kesalahan dalam pola pikir. Hampir di seluruh segmen lapisan masyarakat juga di lintas generasi, masih salah dalam membentuk pola pikir.
Utamanya dalam hal ini ialah pola pikir dalam merencanakan keuangan. Perencanaan keuangan bukan hanya menjadi kewajiban bagi mereka yang memiliki banyak uang, bukan hanya untuk para konglomerat.
ADVERTISEMENT
Tetapi ini menjadi kewajiban untuk setiap orang yang memiliki uang, baik ketika dia sudah bisa menghasilkannya atau bahkan baru sekadar menerima uang dari orang tuanya.
Kedua, kebiasaan konsumtif. Masih berkaitan dengan poin pertama, karena kurang aware dengan pentingnya perencanaan keuangan sehingga seringkali mengalami kesulitan untuk bijak dalam menggunakan uang. Mereka yang seperti ini akan cenderung konsumtif dan impulsif.
Ketiga, rendahnya literasi. Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) yang dirilis oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2022 menunjukkan angka 49,68%. Artinya, mayoritas masyarakat Indonesia secara umum belum memahami berbagai produk dan layanan jasa keuangan.
Melihat 3 persoalan finansial yang dialami masyarakat Indonesia, tantangan utama yang dihadapi ialah bagaimana kita bersikap bijak untuk dapat menjaga kestabilan cash flow (laporan arus kas). Melalui analisis sederhana dengan melihat angka pemasukan dengan pengeluaran, kita bisa tahu apakah kondisi keuangan kita baik-baik saja, atau justru sebaliknya.
ADVERTISEMENT
Analisis ini juga yang pada akhirnya dapat membantu kita menentukan prioritas dalam beberapa pos keuangan. Mulai dari menentukan pos keuangan untuk belanja, tabungan dan investasi, utang, asuransi, dan dana darurat. Idealnya 4 pos keuangan ini harus kita miliki.
Dengan cara ini juga akhirnya akan mendidik kita untuk terbiasa menyisihkan, bukan menyisakan. Punya banyak uang tentu akan menyenangkan bukan? Meski tetap harus bijak untuk membelanjakan dan menginvestasikan. Dalam piramida perencanaan keuangan kita akan menempuh 4 fase untuk mencapai titik sejahtera optimum dalam hal finansial.
Pertama, tidak sehat finansial. Kondisi di mana kita masih sangat konsumtif, lebih banyak mengeluarkan uang daripada menghasilkan uang. Kedua, sehat finansial. Kondisi ini ditandai dengan kita yang sudah bisa mengendalikan diri, sudah memiliki awareness untuk beberapa pos keuangan, meski baru sedikit.
ADVERTISEMENT
Ketiga, stabil finansial. Mungkin tidak jauh berbeda dengan sehat finansial, tapi bisa dikatakan ini satu tingkat di atas sehat finansial. Terakhir, merdeka finansial. Kondisi di mana kita sudah memiliki beberapa jenis tabungan, bebas dari utang, memiliki investasi jangka panjang yang solid, dan memiliki asuransi untuk menghindari hal-hal tidak terduga dalam hal kesehatan. Nah, merdeka finansial ini yang menjadi titik sejahtera optimum, kondisi paripurna dalam finansial yang diidamkan setiap orang.
Ada banyak cara yang bisa ditempuh untuk akhirnya dapat berada pada posisi merdeka finansial. Tentu tidak dengan cara instan, terlebih kita memang perlu menempuh 3 fase sebelumnya untuk berada di posisi paripurna, yang didambakan setiap orang. Seperti guyonan yang hype saat ini bahwa “Lo punya uang, Lo punya kuasa.” Lebih dari itu, merdeka finansial bukan hanya sekadar punya banyak uang. Tapi juga bisa hidup sejahtera, berkecukupan dan bebas dari utang. Bagaimana caranya untuk sampai di tahap itu? Tentu saja perlu perencanaan keuangan yang jelas.
ADVERTISEMENT
Mulai dari menentukan berapa besar uang yang bisa dibelanjakan, berapa besar yang harus ditabung dan diinvestasikan, berapa besar yang akan dimasukkan dalam dana darurat, dan sebagainya menyesuaikan kebutuhan dan kemampuan menghasilkan uang saat ini.
Dari sana, kita akan belajar untuk bijak dan disiplin dalam menggunakan uang. Selain itu, perencanaan keuangan ini bisa membantu kita untuk melakukan analisa jangka pendek maupun panjang untuk mencapai tujuan yang kita tetapkan.
Tentang tujuan kita menghasilkan dan menggunakan uang, kembali mengingatkan bahwa uang memang bukan segalanya, tapi segala sesuatunya pasti butuh uang.
Semoga di usia kita saat ini yang Insya Allah masih dalam keadaan sehat, masih bisa mencari dan menikmati uang yang kita hasilkan, semakin membawa kita untuk berpikir lebih jauh soal masa depan. Menyiapkan sebaik-baiknya persiapan, utamanya dalam hal ini ialah finansial.
ADVERTISEMENT
Jangan sampai generasi setelah kita justru jadi imbas kesulitan finansial kita saat ini. Jika bisa hidup enak tanpa harus memikirkan bagaimana hari tua nanti, kenapa tidak diusahakan? Yuk, merdeka finansial!