Konten dari Pengguna

Things We Talk About at Night

Ade Tuti Turistiati
Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Amikom Purwokerto. Alumni SSEAYP 89. Senang menulis tentang kisah perjalanan, budaya, pendidikan, dan masalah-masalah sosial dalam masyarakat. Hobi main pingpong dan membaca.
6 Januari 2024 10:10 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ade Tuti Turistiati tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Things We Talk About at Night (Twetan) adalah buku kumpulan cerita dari kreator game ‘Coffee Talk’ almarhum Mohammad Fahmi. Fahmi meninggal tahun 2022, pada usia yang relatif masih muda, 32 tahun. Namun, kiprah dan karyanya sebagai kreator game tidak hanya dikenal di Indonesia tapi juga mancanegara.
ADVERTISEMENT
Twetan merupakan sisi lain dari Fahmi yang menyematkan nama Fahmitsu pada akun Instgram dan tulisan-tulisannya di medium.com. Twetan ditulis dalam bahasa Inggris kasual namun secara substansi pembaca perlu mencerna maksud di balik rangkaian kata yang tersirat dan tersurat. Terlepas dari itu, buku setebal 125 halaman ini di antaranya bercerita tentang khayalan, kasih sayang, kekonyolan, dan kematian.
Cover buku Things We Talk About at Night. Seumber: Dokumen pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Cover buku Things We Talk About at Night. Seumber: Dokumen pribadi
Masing-masing cerita dalam Twetan berdiri sendiri. Sehingga, pembaca bisa menyimak tulisannya mulai dari halaman awal tiap judul, tengah, maupun akhir. Tulisan pertama dibuka dengan Road Trip. Road Trip bercerita tentang pasangan yang baru saja "jadian" dan berandai-andai tentang pilihan cara mati yang menyenangkan (hal. 5-7). French Kissing A Cat berkisah tentang hal yang paling gila yang pernah dilakukan dalam hidup. Cerita tersebut ditutup dengan tawa bagi siapapun yang membacanya (hal. 19-23). Dalam Loving in Silience, penulis bercerita tentang kedekatannya dengan seorang gadis super introvert. Ketika ditanya untuk yang kesekian kalinya mengapa ia menyukai gadis tersebut, si pria pun bingung tak mampu menjawabnya. Yang pasti ada kenyamanan ketika mereka berdua (hal. 109-114). Cerita-cerita lain tak kalah menariknya. Buku ini bisa jadi mewakili perasaan atau pengalaman pembaca.
Back cover buku. Sumber: Dokumen pribadi.
Penulis menyatakan bahwa ia hanya memiliki waktu yang terbatas setiap hari untuk melakukan sesuatu. Dan sebagai manusia, ia punya lebih banyak keterbatasan daripada keterampilan, lebih banyak masalah daripada energi, lebih banyak impian yang terbengkalai daripada yang diwujudkan. Namun, karya dan tulisan-tulisan Fahmi merupakan legasi yang tak akan mudah dilupa.
ADVERTISEMENT