Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Sejarah Kearifan Lokal Genteng di Mayong Jepara Jawa Tengah
4 Februari 2023 8:56 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Adhelia Puteri Maharani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tahukah kamu mengenai asal usul pembuatan genteng tanah liat di Jepara? Jepara merupakan salah satu kabupaten yang terletak di paling utara Jawa Tengah. Wilayah Jepara dekat sekali dengan laut, serta terdapat pegunungan yaitu gunung Muria. Salah satu kearifan lokal yang ada di Jepara yaitu kerajinan genteng. Genteng merupakan lempengan tanah liat yang dibentuk kemudian dibakar menggunakan api yang sangat panas, dan digunakan sebagai atap sebuah rumah. Pembuatan genteng di desa Mayong Lor Kecamatan Mayong ini sudah berlangsung sejak masa pemerintahan Kerajaan Demak.
Wilayah Jepara ini tidak bisa dipisahkan dari cerita Kerajaan Demak, Jepara merupakan salah satu wilayah kekuasaan Kerajaan Demak. Dahulu di Jepara berdiri kerajaan bercorak islam yaitu Kerajaan Kalinyamat, kerajaan itu dipimpin oleh Raja Kalinyamat atau Sultan Hadirin dan istrinya Ratu Kalinyamat yang merupakan cucu dari Raden Fatah pendiri Kerajaan Demak.
ADVERTISEMENT
Kerajinan Genteng ini sering dikaitkan dengan munculnya tradisi pembuatan gerabah yang ada di Desa Mayong Lor, meskipun begitu memang kerajinan gerabah dan genteng masih dalam satu perkembangan. Dahulu pengrajin genteng di Desa Mayong Lor sangatlah banyak, banyak genteng yang diekspor sampai keluar Jawa. Tentunya hal itu membuat pendapatan masyarakat saat itu semakin melaju. Bentuk dari genteng ini juga bermacam-macam, serta memiliki arti tersendiri. Genteng merupakan salah satu yang tidak bisa dipisahkan dalam pondasi rumah, tanpa adanya genteng rumah tidak akan memiliki atap.
Namun seiring berkembangnya teknologi, genteng mulai jarang digunakan masyarakat. Masyarakat mulai memilih alternatif lain dalam pembuatan atap rumah, misalnya dengan semen atau sejenisnya. Semakin sedikit orang yang menggunakan genteng inilah membuat para pengrajin pembuatan genteng kian hari kian beralih profesi, karena pendapatan mereka yang semakin sedikit. Menurut masyarakat genteng ini mulai ditinggalkan karena mudah pecah bila terkena badai, sehingga mereka lebih menggunakan alternatif lain yang bisa mengantisipasi kerusakan tersebut. Di perkotaan besar sekarang sudah jarang ditemukan rumah yang beratap genteng tanah liat ini, meskipun begitu sebenarnya genteng dari tanah liat ini merupakan salah satu yang terpenting dari pembuatan rumah.
ADVERTISEMENT