Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
BPJS KRIS: Harapan Baru atau Beban Baru bagi Masyarakat?
11 Oktober 2024 21:15 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Aisyah Adinda Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kelas Rawat Inap Standar: Satu Langkah Maju atau Dua Langkah Mundur?
ADVERTISEMENT
Pemerintah memulai Sistem Kelas Rawat Inap Standar (KRIS) untuk menyetarakan layanan kesehatan bagi seluruh peserta BPJS Kesehatan. Konsep ini mengklaim bahwa semua orang akan memiliki akses yang sama ke fasilitas kesehatan. Diharapkan perbedaan kelas yang mencolok dalam pelayanan rawat inap akan dihilangkan dengan KRIS. Namun, ada kekhawatiran tentang penurunan kualitas pelayanan bagi peserta yang sebelumnya terbiasa dengan fasilitas kelas atas di balik janji kesetaraan tersebut. Apakah KRIS dapat mencapai keadilan tanpa mengorbankan kualitas layanan?
Apakah semua rumah sakit di Indonesia siap untuk menerapkan KRIS? Ini adalah pertanyaan utama yang muncul. Jika tidak semua rumah sakit mampu memenuhi standar fasilitas dan pelayanan yang dibutuhkan, maka KRIS akan menjadi beban bagi masyarakat. Rumah sakit akan kewalahan untuk memenuhi permintaan pasien, sementara pasien akan menghadapi kesulitan untuk mendapatkan layanan yang layak. Selain itu, perlu diingat bahwa dengan adanya KRIS, biaya operasional rumah sakit akan meningkat. Jika anggaran pemerintah tidak meningkat untuk memenuhinya, kenaikan iuran akan menjadi bagian dari tanggung jawab peserta.
ADVERTISEMENT
Iuran Tunggal: Keadilan atau Ketidakadilan Baru?
Adanya iuran tunggal adalah salah satu konsekuensi dari penerapan KRIS. Semua peserta akan membayar iuran yang sama, tanpa memandang status sosial mereka. Konsep iuran tunggal ini memang adil, tetapi perlu diingat bahwa kemampuan keuangan setiap peserta berbeda. Peningkatan iuran dapat menjadi tantangan besar bagi peserta dengan penghasilan rendah. Di sisi lain, peserta dengan penghasilan tinggi mungkin merasa dirugikan karena harus membayar iuran yang sama dengan peserta dengan fasilitas ekonomi yang lebih rendah.
Selain itu, penting untuk mempertimbangkan dampak iuran tunggal terhadap keuangan BPJS Kesehatan. Jika iuran tunggal ditetapkan terlalu rendah, BPJS Kesehatan akan kesulitan memenuhi kewajibannya dalam memberikan pelayanan kesehatan. Sebaliknya, jika iuran tunggal ditetapkan terlalu tinggi, banyak peserta yang tidak mampu membayar dan akhirnya menunggak iuran. Tidak diragukan lagi, hal ini akan memengaruhi keberlangsungan program JKN.
ADVERTISEMENT
Mewujudkan Kesetaraan: Apakah KRIS Solusi untuk Pelayanan Kesehatan yang Lebih Baik?
Kris diharapkan akan membantu mengatasi kesenjangan dalam pelayanan kesehatan di Indonesia. Semua peserta BPJS Kesehatan kelas I, II, dan III akan mendapatkan perlakuan yang sama dengan standar yang jelas. Ini merupakan langkah maju menuju sistem kesehatan yang lebih inklusif di mana setiap orang memiliki hak yang sama untuk mendapatkan perawatan medis yang baik. Oleh karena itu, masyarakat dapat berkonsentrasi pada pemulihan kesehatan dan tidak lagi khawatir tentang kelas yang dipilih.
Namun, kesiapan fasilitas kesehatan menjadi kunci untuk mewujudkan kesetaraan ini. Banyak rumah sakit masih perlu menyesuaikan peralatan dan fasilitas mereka agar sesuai dengan standar KRIS. Selain itu, ketersediaan tenaga medis yang berkualitas tinggi juga menjadi tantangan tersendiri. Tujuan untuk mencapai kesetaraan dalam pelayanan kesehatan dapat menjadi tantangan jika tidak ada dukungan yang memadai.
ADVERTISEMENT
Harapan dan Tantangan di Balik KRIS
Meskipun KRIS adalah inovasi yang bagus, keberhasilannya bergantung pada banyak hal, seperti infrastruktur yang siap, sumber daya manusia yang cukup, dan anggaran yang memadai. Pemerintah harus melakukan evaluasi secara berkala untuk memastikan bahwa KRIS berjalan sesuai tujuan. Selain itu, perlu adanya sosialisasi yang intensif kepada masyarakat agar mereka memahami tujuan KRIS dan tidak salah paham. Partisipasi aktif masyarakat juga penting untuk mengawasi pelaksanaannya. Dengan demikian, KRIS dapat menjadi harapan baru bagi masyarakat Indonesia dalam memperoleh akses ke layanan kesehatan yang baik dan murah.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh RSUD Kota Salatiga mengalami peningkatan jumlah pasien khususnya pasien BPJS Kesehatan, sehingga dalam pelayanannya menggunakan sistem BPJS 3 kelas namun RSUD Kota Salatiga belum memulai mempersiapkan kamar rawat inap yang sesuai standar.Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar rumah sakit masih perlu melakukan penyesuaian terhadap fasilitas dan peralatan untuk memenuhi standar KRIS. Selain itu, ketersediaan sumber daya manusia yang kompeten juga menjadi kendala. Banyak tenaga medis yang membutuhkan pelatihan tambahan untuk dapat memberikan pelayanan yang sesuai dengan standar KRIS.
ADVERTISEMENT
KRIS memiliki potensi besar untuk menjadi harapan baru dalam mewujudkan akses layanan kesehatan yang merata dan berkualitas bagi seluruh masyarakat Indonesia. Namun, keberhasilan program ini sangat bergantung pada komitmen pemerintah untuk mengalokasikan anggaran yang cukup, melakukan pengawasan yang ketat, dan melibatkan seluruh pemangku kepentingan dalam proses pelaksanaannya. KRIS akan memberikan manfaat yang signifikan bagi masyarakat jika tantangan-tantangan yang ada dapat diatasi dengan baik.
Kris mungkin menjadi beban baru bagi masyarakat jika tidak dibarengi dengan upaya untuk mengatasi masalah yang ada. Ketidakpuasan masyarakat dan kegagalan program JKN dapat terjadi karena kenaikan iuran yang tidak seimbang dengan peningkatan kualitas layanan serta penurunan kualitas layanan akibat kurangnya persiapan. Untuk mencapai hal ini, evaluasi berkala terhadap pelaksanaan KRIS harus dilakukan. Pemerintah, DPR, BPJS Kesehatan, dan berbagai pihak terkait harus terus melakukan perbaikan dan penyesuaian untuk memastikan bahwa KRIS berjalan dengan optimal dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat.
ADVERTISEMENT
Pemerintah harus mengambil tindakan yang direncanakan untuk mengatasi masalah tersebut. Pertama, evaluasi rutin terhadap implementasi KRIS harus dilakukan untuk mengidentifikasi masalah dan mencari solusi. Kedua, pemerintah harus memberikan dukungan finansial yang memadai kepada rumah sakit untuk meningkatkan kualitas layanan dan memenuhi standar KRIS. Ketiga, tenaga medis harus dilatih secara berkelanjutan agar mereka dapat memberikan layanan yang baik dan sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Selain itu, keterlibatan masyarakat sangat penting untuk keberhasilan KRIS. Masyarakat harus diinformasikan tentang KRIS, hak dan kewajibannya sebagai peserta JKN-KIS, serta cara mengajukan pengaduan jika mereka mengalami kesulitan mendapatkan layanan kesehatan. Dengan demikian, masyarakat dapat berperan aktif dalam mengawasi pelaksanaan KRIS dan memberikan masukan yang konstruktif.
KRIS Saja Tak Cukup: Inovasi untuk Kesehatan Indonesia
ADVERTISEMENT
Untuk meningkatkan akses ke layanan kesehatan yang lebih merata dan efisien di Indonesia, ada sejumlah alternatif kebijakan yang dapat dipertimbangkan selain KRIS. Pertama, meningkatkan sumber daya manusia kesehatan di daerah terpencil sangat penting. Pemerintah dapat menarik tenaga kesehatan untuk bekerja di daerah yang kurang mendapat perhatian melalui program beasiswa, pelatihan, dan insentif. Akibatnya, kualitas pelayanan kesehatan di daerah-daerah tersebut dapat ditingkatkan secara signifikan.
Kedua, memperkuat sistem rujukan harus menjadi prioritas utama. Pasien akan mendapatkan perawatan yang tepat sesuai dengan tingkat keparahan penyakitnya jika ada sistem rujukan yang baik. Fasilitas kesehatan primer, seperti puskesmas, harus memiliki peralatan yang memadai dan tenaga medis yang kompeten untuk memberikan pelayanan dasar. Jika kondisi pasien memerlukan perawatan tambahan, rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi tingkatannya dapat dilakukan dengan cepat dan lancar.
ADVERTISEMENT
Ketiga, sangat penting bagi pemerintah untuk meningkatkan ketersediaan obat-obatan dan alat kesehatan di seluruh Indonesia. Pemerintah harus memastikan bahwa obat-obatan esensial dan alat kesehatan yang dibutuhkan tersedia di semua fasilitas kesehatan, terutama di daerah terpencil. Selain itu, pemerintah harus berusaha menurunkan harga obat-obatan agar lebih terjangkau bagi masyarakat.
Terakhir, penting bagi masyarakat untuk meningkatkan peran mereka dalam menjaga kesehatan. Program promosi kesehatan dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan tentang cara menjaga kesehatan diri dan keluarga. Selain itu, untuk membangun sistem kesehatan yang berkelanjutan, perlu ada kerja sama antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta.
Akses layanan kesehatan yang merata di seluruh Indonesia diharapkan dapat dicapai dengan menggabungkan berbagai alternatif kebijakan tersebut. Perlu diingat bahwa tidak ada satu kebijakan pun yang dapat menyelesaikan masalah kompleks seperti akses layanan kesehatan; oleh karena itu, untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan.
ADVERTISEMENT