Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Percikan Cinta yang Tak Terbalas
17 Juni 2023 0:09 WIB
Tulisan dari Adinda Nurtopani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dia adalah sosok yang selalu menghiasi pikiranku. Setiap kali aku melihat senyumannya, hatiku berdebar kencang. Namun, aku sadar bahwa perasaanku hanyalah percikan cinta yang bertepuk sebelah tangan.
ADVERTISEMENT
Dia seorang lelaki tampan dengan pesona yang sulit diabaikan. Dia memiliki kepribadian yang hangat, bijaksana, dan selalu hadir untuk membantu orang lain. Kami bertemu di sebuah kafe kecil di tengah kota.
Kami sering berbagi cerita, tertawa bersama, dan berbagi minat yang sama. Semakin hari, perasaanku semakin dalam, namun aku tak berani mengungkapkannya.
Di suatu hari yang cerah, dia mengajakku bertemu di kafe kecil tempat pertama kami bertemu. Aku menahan napas sesekali, menatap matanya yang kini juga menatap mataku, dan mulai bertanya-tanya kalimat apa yang hendak dikatakan sampai-sampai wajahnya terlihat begitu serius.
Dia menghela napas panjang, seakan hendak mengatakan hal yang berat. Tak lama setelah itu dia tersenyum malu-malu, entah mengapa aku ikut tersenyum melihat senyumannya. Lalu dia mengatakan, ada wanita yang disukainya.
ADVERTISEMENT
Senyumku memudar begitu mendengar dia menyebutkan nama wanita yang disukainya, dan itu bukan aku. Namun, seiring kata-kata yang keluar dari mulutnya, aku melihat ekspresi kebingungan di wajahnya.
Dia terlihat bingung dengan responku, seolah tidak pernah menduga bahwa aku memiliki perasaan padanya. Dalam senyap, dia bertanya apakah aku baik-baik saja. Aku berusaha tersenyum, berpura-pura bahagia atas pilihannya.
Setelah itu, hubungan kami berubah. Kami tetap berteman, namun aku harus menyembunyikan perasaanku yang tak terbalas. Aku harus menyaksikan dia bahagia dengan orang lain, sementara hatiku berjuang meredakan rasa sakit yang terus menghantuiku.
Waktu terus berlalu, dan aku berusaha melupakan cinta yang tak terbalas itu. Aku menemukan kekuatan dalam diri sendiri untuk bangkit dan melanjutkan hidup.
ADVERTISEMENT
Namun, kadang-kadang rasa cinta itu kembali menghantui saat aku melihatnya tersenyum dengan kekasihnya. Aku bertanya-tanya bagaimana rasanya menjadi orang yang bisa mengisi hatinya.
Namun, perlahan tapi pasti, aku belajar menerima kenyataan bahwa cinta tidak selalu berjalan seirama yang kita harapkan.
Kadang-kadang, kita harus menerima bahwa ada orang lain yang lebih cocok untuk orang yang kita cintai. Meskipun cinta kami tidak bisa bersatu, aku tetap berharap dia bahagia dengan pilihan hatinya.