Konten dari Pengguna

Setelah HUT ke-74 RI, Apakah Petani Juga Merdeka

Adis Setiawan
Mahasiswa S2 Magister Manajemen Pendidikan Islam Universitas Islam An Nur Lampung. Bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan IMM Bekasi Raya / Penulis Lepas
9 September 2019 18:25 WIB
clock
Diperbarui 12 September 2020 1:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adis Setiawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Secara teknis harusnya petani sudah lebih efektif pekerjaanya, Dengan berkembangnya peralatan pertanian bahkan semakin lebih lengkap, Misalnya bajak sawah sudah tak pakai cangkul lagi, bayangkan kalau pakai cangkul bisa berhari-hari selesai, Kemudian berkembang cara membajak sawah menggunakan Sapi atau Kerbau dinilai menyiksa hewan maka dikembangkan teknologi lagi sekarang menggunakan traktor bajak sawah.
ADVERTISEMENT
Bahkan alat semprot obat hama juga sudah tak pakai tuas genjot naik turun yang membuat pekerjaan jadi lebih capek, Pernah lihatkan alat yang di gendong oleh petani itu saat menyemprot hama, Sekarang sudah berkembang menggunakan pompa dinamo jadi menggunakan listrik dari battery untuk penyemprotan.
Memisahkan padi dari tumbuhannya dulu digebrak-gebrak agar padinya rontok, Sekarang sudah menggunakan mesin grabak namanya tinggal dimasukan padi sudah pada rontok, jadi lebih cepat, Petani juga tak terlalu capek apalagi sudah ada pekerja khusus panen dari mulai ngarit (potong tumbuhan padi), Bahkan sampai membawa padi dari sawah sampai rumah.
Jasa penanaman benih padi juga sudah ada, Ketika musim tanam para petani mempekerjakan orang untuk tandur benih padi, Tapi dari semua alat yang sudah berkembang hanya satu yang belum bisa dikembangkan, Yaitu Pompa pompa dan pompa Air untuk irigasi sawah, Walaupun mesin pompa airnya sudah berkembang misalkan dulu menggunakan BBM sekarang bisa menggunakan Gas LPG 3 Kg, Di yakini lebih murah dari pada harus membeli bensin. Tapi sama saja tak ada manfaatnya yang lebih ekonomis. Karena mompa air juga butuh modal, Bayangkan kalau irigasi air jalan, tak nambah-nambahi modal iya tho.
ADVERTISEMENT
Tapi dengan adanya kemajuan teknologi hasil panen tidak berubah masih saja seperti tahun sebelum-sebelumnya, Iki jane ono opo, piye negorone dewe berdaulat pangan nek carane koyo ngene, Hajiguk tenan. Yang dinamakan merdeka adalah bebas, Apakah para petani kita sudah bebas dari perjudian karena saya beranggapan bahwa para petani di jadikan perjudian politik oleh orang yang punya kepentingan.
Kalau masih mompa air dimusim panas namanya belum berkembang, Masih terjajah oleh para pejabat penjaga pintu air, bahkan sampai pemerintahan pun juga diam saja, Sesama orang pribumi sama-sama nyari hidup saja soal air kok tidak kuasa membuka, tinggal buka jalur air saja ko repot, Malah nunggu keputusan ini itu, Akhirnya telat eh seandainya telat sih tak masalah, tapi justru malah tak di kirim-kirim air padahal benih padi milik petani yang masih banyak-banyaknya membutuhkan air jadi pada layu dan mati, Petani gagal panen, Ekonomi petani Anjlok, Bulog kekurangan stok beras untuk kedaulatan pangan Indonesia, Jadinya untuk menjaga persediaan beras para penguasa Import beras hore malah bagi-bagi proyek, Kakek-ane tenan.
ADVERTISEMENT
Tak hanya soal air yang dijadikan perjudian, Tapi hasil panen petani pun di monopoli harganya, Ketika petani padi panen harga gabah murah, Akhirnya petani melakukan perjudian Untung-untungan dengan cara menyimpan dulu gabahnya digudang dan akan dijual kalau harga sudah tinggi, Sementara petani yang tidak kuat menahan gabahnya di gudang karena untuk kebutuhan hidup terpaksa dijual dengan harga yang murah. Ra kurup karo biaya ngrawat pari.
Padahal mentri pertanian sebelum panen raya di Indramayu, Sudah pernah berkunjung kerja ke Indramayu menjanjikan harga gabah kering panen di tidak boleh dibawah HPP Rp4.070.
Untuk itu, Pak Amran berharap petani menjaga kualitas gabah agar harganya seusai dengan HPP. “Bulog diminta melakukan penyerapan agar harga gabah tidak anjlok di masa panen raya saat ini,” kata Pak Amran di sela-sela kegiatan panen raya padi seluas 150 hektare di Desa Tambi, Kabupaten Indramayu.
ADVERTISEMENT
Merdeka menurut saya adalah petani bebas, Itu kalau makna kemerdekaan dari sudut pandang profesi petani, Setiap orang kan beda-beda profesi, Mungkin dengan profesinya sekarang dia sedang merdeka, Tapi ada juga yang merasa belum merdeka. Dirgahayu Ke-74 Republik Indonesia
Adis Setiawan