Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mengapa Pengobatan Tradisional Masih Tetap Eksis?
11 Desember 2024 13:30 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Adryan Wafa Sulaeman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sejak dahulu, manusia telah mempelajari cara untuk memperpanjang hidupnya. Dalam catatan fosil prasejarah, dapat ditelusuri setidaknya 60.000 tahun yang lalu, manusia telah menggunakan bahan-bahan dari alam sebagai obat. Pengetahuan ini diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi dan berevolusi secara berbeda tergantung pada wilayah, kepercayaan, dan keanekaragaman hayati. Saat ini kita lebih sering mengenalnya dengan sebutan Pengobatan Tradisional.
ADVERTISEMENT
Pengobatan tradisional hidup di tengah-tengah masyarakat sebagai bagian dari budaya mereka. Dalam masyarakat tradisional, setiap informasi tentang suatu penyakit dibagikan oleh orang lain. Informasi ini diturunkan dari generasi ke generasi. Orang-orang mempelajari pengobatan tradisional dengan cara yang sama seperti mempelajari komponen budaya lainnya.
Seiring berkembangnya zaman. dengan berkembangnya suatu penyakit, ditemukannya virus-virus baru, manusia mulai mencari cara-cara baru yang lebih efektif dalam dunia pengobatan. Pada awal abad ke-18 cara pengobatan baru yang berdasarkan ilmu pengetahuan, bukti klinis, dan penilaian ilmiah yang kemudian semakin berkembang pada abad ke-19, maka lahirlah pengobatan modern.
Pengobatan tradisional mungkin seringkali terdengar tidak ilmiah, bahwa dalam praktik dan pengobatannya akan tergantikan oleh pengobatan modern yang lebih baik dan lebih efisien berdasarkan sains. Akan tetapi dibandingkan pengobatan modern, pengobatan tradisional tidak hanya mempertimbangkan penyakit yang terlihat bersifat biologis, akan tetapi melibatkan aspek-aspek tertentu seperti spiritual, psikologis, dan sosial tertentu dari orang yang terkena dampaknya. Ini adalah sesuatu yang sering diabaikan oleh pengobatan modern.
ADVERTISEMENT
Namun, kita dapat mengatakan bahwa pengobatan modern dan tradisional saling berinteraksi satu sama lain. Sambil berfokus pada penyebab penyakit, pengobatan modern mendapat manfaat dari pengobatan tradisional untuk meningkatkan jangkauan pengobatan yang tersedia. Selain itu, pengobatan tradisional juga menggunakan setiap kesempatan untuk mendapatkan manfaat dari perkembangan pengobatan modern.
Dalam hal ini pengobatan tradisional telah memberi jalan kepada obat-obatan farmakologis, Menurut WHO sekitar 40% produk farmasi saat ini memanfaatkan alam dan pengetahuan tradisional, termasuk obat-obatan yang menjadi tonggak sejarah: aspirin, artemisinin, dan pengobatan kanker anak.
Sebagaimana dinyatakan WHO melalui aturan dan regulasi yang ketat bahwa Pengobatan Tradisional dapat digunakan untuk menemani atau sebagai pilihan sekunder terhadap pengobatan modern. Bukan untuk menentukan mana yang lebih baik dari yang lain, masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tapi itu untuk saling melengkapi untuk mencapai tujuan yang sama, yaitu kesejahteraan umat manusia.
ADVERTISEMENT
Dengan alasan yang sama WHO juga mendorong negara-negara anggotanya agar mengembangkan Pelayanan Kesehatan Tradisional di negaranya sesuai kondisi setempat. Menanggapi hal tersebut Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan tentunya mempunyai tugas untuk melaksanakan program pembinaan terhadap pelayanan kesehatan tradisional.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 1 butir 16 yang disebutkan bahwa ”Pelayanan Kesehatan Tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat dipertanggung jawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat”.
Menanggapi hal tersebut Universitas Airlangga mendukung adanya program studi pengobat tradisional atau dikenal sebagai Battra sebagai bentuk respon dari program Departemen Kesehatan yang ingin mengembangkan pengobat tradisional di Indonesia. Di dalam program studi ini para mahasiswa akan dibekali dengan empat modalitas yang dipelajari yaitu akupuntur, pijat, herbal, dan nutrisi. Berbekal empat modal dasar tersebut lulusan pengobatan tradisional dapat mendirikan praktek mandiri, bekerja di homecare maupun menjadi seorang wirausahawan dengan membuka produksi produk herbal mandiri atau UMKM. Lulusan Battra juga dapat menjadi PNS untuk herbalis maupun sebagai non PNS, kontrak dengan dinas kesehatan setempat atau pusksesmas untuk memberikan pelayanan kesehatan tradisional. Seperti nakes lainnya, nakes tradisional (nakestrad) juga memiliki lisensi resmi seperti Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktik (SIP) yang merupakan pembeda antara battra resmi dan battra yang merupakan praktik gaib (dukun).
ADVERTISEMENT
Selain itu dengan perkembangan teknologi saat ini dapat membantu mengembangkan potensi pengobatan tradisional. Apalagi dengan adanya AI saat ini yang juga menjadi Game Changer dalam bidang kesehatan dan pengobatan dapat membuka batas-batas baru dalam pengetahuan tentang pengobatan tradisional, memungkinkan para peneliti untuk mengeksplorasi pengetahuan medis tradisional seperti potensi tanaman obat yang ada di Indonesia, serta mengidentifikasi tren yang sebelumnya sulit dipahami.
Pada akhirnya, pengobatan tradisional tetap relevan karena tidak hanya berakar pada warisan budaya, tetapi juga terus beradaptasi dengan kebutuhan masyarakat modern. Pendekatan holistiknya, kolaborasi dengan pengobatan modern, serta dukungan dari regulasi pemerintah menjadikan pengobatan tradisional sebagai solusi kesehatan yang berkelanjutan untuk masa depan.
ADVERTISEMENT