Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Peluang Terjadinya Skenario Satu Putaran Pilpres 2024
5 Februari 2024 9:16 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Affabile Rifawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Beberapa survei pemilihan presiden 2024 yang dilakukan oleh pollster-pollster ternama seperti Indikator Politik Indonesia, Poltracking, dan CSIS menunjukkan bahwa pasangan Prabowo-Gibran (No.2) selalu unggul dengan keunggulan dua digit dibandingkan para pesaingnya yaitu sekitar 40%-an.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, angka yang dirilis oleh Lembaga-lembaga survei tersebut belum mencapai 50% plus 1 sebagai syarat kemenangan di putaran pertama. Memang survei terbaru yang dirilis oleh LSI Denny JA menunjukkan bahwa pasangan No. 2 ini sudah mencapai angka 50,7% yang dianggap sudah menyentuh golden point (titik emas) untuk bisa menang dalam satu putaran. Walaupun ini masih di bawah Margin of Error dari survei yang dilakukan. Jadi secara matematis, masih belum aman untuk dapat menang satu putaran.
Akankah hal tersebut terwujud pada tanggal 14 Februari nanti? Tentu hal ini akan banyak faktor yang menentukan. Tetapi setidaknya ada tiga faktor utama dari pandangan penulis tentang peluang terjadinya pilpres satu putaran. Pertama adalah faktor stabilitas politik. Hal ini sangat menentukan sekali.
ADVERTISEMENT
Jika Jokowi berhasil mengendalikan situasi politik dengan baik, maka peluang untuk menjadikan Pilpres 2024 satu putaran dengan kemenangan pasangan No. 2 akan terbuka lebar. Isu tentang stabilitas politik yang menguat adalah kabar mundurnya beberapa Menteri di Kabinet Indonesia Bersatu. Jika isu ini menjadi kenyataan, dengan beberapa Menteri (minimal 5 menteri di posisi strategis) mundur serentak maka akan jadi guncangan untuk KIB.
Ditambah dengan bersatunya koalisi partai pasangan No. 1 dan No. 3 di DPR dan MPR maka akan semakin memperumit suasana politik yang tercipta sebab jumlah anggota DPR dari 1 dan 3 sudah lebih dari 50% plus 1.
Sampai saat ini hanya Mahfud MD yang sudah secara gamblang akan menyatakan mundur. Jika langkah Mahfud diikuti oleh Menteri lainnya terutama Menteri yang berada di posisi strategis apalagi menjelang pemilihan maka hal ini akan mengguncang stabilitas politik pemerintahan Jokowi.
ADVERTISEMENT
Faktor kedua adalah pemberian bantuan sosial. Tidak dapat dipungkiri pemberian bantuan sosial menjelang pemilihan umum di Indonesia dianggap akan dapat mempengaruhi persepsi pemilih. Di beberapa pilkada, pemberian bantuan sosial apalagi ditandai dengan foto incumbent yang sedang bertarung di pilkada tersebut membuat kemenangan incumbent makin kokoh di pilkada-pilkada tersebut.
Walaupun ini sebenarnya harus diteliti lebih lanjut. Apakah benar-benar mempengaruhi atau tidak. Tetapi, jika bansos dimasukkan ke dalam kategori politik uang atau ‘anggaran’ maka akan sesuai dengan tesis Burhanudin Muhtadi bahwa lebih dari 30 persen pemilih di Indonesia masih terpapar politik uang dalam menentukan pilihannya.
Faktor yang ketiga, adalah kebijakan ekonomi yang populis menjelang pemilihan. Salah satu contoh adalah ketika SBY bertarung di 2009. SBY membranding dirinya bahwa SBY adalah Presiden yang mampu menurunkan harga BBM. Jika memang pasangan no.2 ingin menang satu putaran, seharusnya, pasangan ini dapat belajar dari kemenangan SBY di 2009 atas Megawati dan Jusuf Kalla dalam satu putaran.
ADVERTISEMENT
Meskipun, pada saat ini kondisi sosial, politik, dan ekonomi-nya berbeda. Apakah penurunan harga BBM dimungkinkan pada Februari ini? terutama BBM Subsidi karena pada Januari ini harga BBM Non-Subsidi diturunkan cukup drastis. Apakah hal tersebut yang membuat isu mundurnya Menkeu dari Kabinet makin ramai?
Ataukah ada cara-cara lain terkait kebijakan ekonomi yang populis ini apakah penurunan pajak atau penurunan harga sembako di pasar? Hal lainnya adalah jika pemerintahan Jokowi mampu menjaga stabilitas ekonomi dengan baik, maka aksi-aksi protes tidak akan terlalu berpengaruh secara elektoral walaupun banyak kecaman kepada pemerintahan Jokowi karena dianggap "mengintervensi" Pilpres 2024 dengan membuat pernyataan bahwa Presiden boleh memihak.
Secara realistis, hal-hal apa pun akan dilakukan oleh pasangan no.2 untuk dapat menang satu putaran, akan tetapi no.1 dan no.3 tidak akan tinggal diam untuk dapat menang juga dalam pemilu ini.
ADVERTISEMENT
Sampai saat ini, dapat dikatakan, belum ada calon yang dapat menang satu putaran jika merujuk pada survei-survei Pilpres yang ada. Hal terpenting dari pemilu ini, apa pun hasilnya, atau siapa pun pemenangnya, jangan sampai mengorbankan budaya demokrasi yang sudah dibangun sejak reformasi dan tetap dapat menjaga stabilitas ekonomi dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.