Konten dari Pengguna

Menyingkap Sisi Gelap Ekonomi Korea Selatan : Tantangan di Balik Kemajuan

Afidah Shafiana Wiraatmaja
Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Sebelas Maret
18 Desember 2024 16:22 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Afidah Shafiana Wiraatmaja tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Seoul City skyline (Sumber : Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Seoul City skyline (Sumber : Pixabay)
ADVERTISEMENT
Korea Selatan, yang sering dipuji sebagai salah satu negara dengan perekonomian paling maju di dunia, memang terkenal dengan kemajuan teknologi, pendidikan, dan infrastrukturnya. Namun, di balik kilau kesuksesan tersebut, ada sejumlah tantangan ekonomi yang semakin meresahkan. Krisis kependudukan, dominasi chaebol, dan pengangguran anak muda menjadi tiga masalah besar yang mengancam stabilitas ekonomi negara ini.
ADVERTISEMENT
Krisis Kependudukan : Terjebak dalam Lingkaran Setan
Sejak 2015, populasi Korea Selatan mengalami penurunan yang signifikan, dengan jumlah lansia yang semakin meningkat. Hal ini berdampak pada menyusutnya jumlah tenaga kerja usia produktif, yang semakin memperberat beban perekonomian. Tekanan untuk bekerja keras dan kesulitan dalam membangun keluarga membuat banyak generasi muda enggan menikah atau memiliki anak. Berbagai kebijakan pemerintah, seperti memberikan insentif pernikahan atau membebaskan pria dari wajib militer jika memiliki tiga anak, belum cukup efektif mengatasi masalah ini. Fenomena ini menunjukkan adanya trade-off dalam ekonomi, di mana pencapaian kemajuan ekonomi datang dengan pengorbanan sosial yang besar.
Dominasi Chaebol : Menguntungkan, Namun Meningkatkan Kesenjangan
Chaebol, konglomerat keluarga besar seperti Samsung, Hyundai, dan LG, merupakan pilar utama ekonomi Korea Selatan. Namun, dominasi mereka menciptakan kesenjangan yang tajam antara usaha besar dan usaha kecil. Chaebol menguasai lebih dari 70% perekonomian negara, membuat perusahaan kecil dan menengah kesulitan berkembang. Ketimpangan ini membatasi peluang bagi kelas menengah dan bawah untuk berusaha dan menciptakan lapangan kerja, mengarah pada stagnasi bagi sektor ekonomi selain chaebol.
ADVERTISEMENT
Pengangguran Anak Muda : Pendidikan Tinggi Tanpa Peluang Kerja
Pendidikan tinggi di Korea Selatan sangat dihargai, namun hal ini justru menciptakan kesenjangan baru dalam pasar tenaga kerja. Data terbaru menunjukkan bahwa sekitar 218.000 anak muda Korea berusia 15 hingga 29 tahun menganggur selama lebih dari tiga tahun. Banyak dari mereka berlomba-lomba untuk masuk ke perusahaan besar, namun karena sedikitnya peluang di sektor besar, banyak yang terjebak dalam pengangguran atau sektor informal. Persaingan yang ketat untuk pekerjaan bergaji tinggi juga membuat generasi muda kurang tertarik untuk berwirausaha, terutama di tengah dominasi chaebol yang menyulitkan usaha kecil berkembang.
Tantangan Masa Depan : Mengatasi Ketimpangan Ekonomi
Dengan tantangan-tantangan besar ini, Korea Selatan harus menghadapi kenyataan bahwa meskipun negara ini memiliki industri yang maju dan terkenal di seluruh dunia, ketimpangan ekonomi semakin tajam. Krisis kependudukan, dominasi chaebol, dan pengangguran yang meluas mengancam keberlanjutan ekonomi. Pemerintah perlu merancang kebijakan yang lebih inklusif, menciptakan peluang usaha yang lebih luas, dan mendukung sektor kecil dan menengah. Jika tidak, Korea Selatan berisiko menghadapi stagnasi ekonomi yang tidak bisa dipulihkan.
ADVERTISEMENT
Untuk terus mempertahankan statusnya sebagai negara maju, Korea Selatan harus berani mengubah arah kebijakan ekonominya dan menciptakan ekosistem yang lebih adil bagi semua lapisan masyarakat
Afidah Shafiana Wiraatmaja, mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Sebelas Maret