Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Pesan Penting dalam Film Penyalin Cahaya
7 Juli 2022 11:58 WIB
Tulisan dari Moh Afif Badjeber tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pelecehan seksual kini dapat kita anggap sebagai masalah utama yang mengganggu keamanan kaum wanita di seluruh dunia dalam menjalani kehidupan. Pada dasarnya, pelecehan seksual yang terjadi di masyarakat dapat dialami oleh berbagai kalangan tanpa mengenal gender, status, dan usia. Kepedulian masyarakat yang minim menjadikan alasan sulitnya membawa kasus pelecehan seksual ke ranah hukum. Terlebih lagi, berbagai hak istimewa yang dimiliki oleh pelaku pelecehan seksual memberikan kebebasan bagi mereka untuk tetap berkeliaran menghantui para wanita. Seperti yang dikisahkan dalam film Photocopier atau Penyalin Cahaya 2021. Film ini mengisahkan tentang perjuangan seorang mahasiswi bernama Suryani dalam mengungkap kasus pelecehan seksual yang dialaminya.
ADVERTISEMENT
Dalam film ini terdapat berbagai pesan terselubung dalam penyampaiannya. Seperti pada adegan pertama film yang memperlihatkan mitologi Medusa. Jika diteliti lebih jauh, kisah mitologi Medusa sendiri berkaitan dengan kejahatan seksual. Paras Medusa yang cantik membuat para Dewa terpikat dengannya. Salah satu Dewa-Dewa yang terpikat pada Medusa adalah Dewa Posaidon. Terpesona dengan kecantikan Medusa membuat Posaidon berniat mengajaknya ke kuil Athena. Namun, nasib buruk menimpa Medusa, dia justru diperkosa oleh Dewa Posaidon di kuil tersebut. Kemudian, perbuatan tak patut tersebut ternyata diketahui oleh Dewi Athena. Dewi Athena kemudian mengutuk Medusa atas musibah yang menimpanya. Pesan dari mitologi Medusa ini memberi gambaran terhadap fenomena yang terjadi di masyarakat, di mana para korban kejahatan seksual sering kali mendapatkan hukuman atas kejadian buruk yang menimpa mereka. Contohnya saja seperti kasus para WNI yang membela diri ketika diperkosa oleh majikan mereka, namun alasan pembelaan diri ternyata tidak cukup untuk menyelamatkan mereka dari hukuman mati atau penjara.
ADVERTISEMENT
Kemudian pada bagian akhir film, menunjukkan kekesalan Suryani yang tak dapat menghukum temannya (Rama) sebagai pelaku pelecehan seksual. Walaupun Suryani sendiri telah mengantongi bukti kuat, dia tetap tak dapat memenjarakan Rama. Hal ini dikarenakan tokoh Rama digambarkan berasal dari keluarga kaya raya dan seolah-olah membuat dia kebal dari hukum. Status sosial keluarganya pun menjadi tameng atas perilaku buruknya. Sehingga, pada akhir cerita Suryani hanya bisa mengajak para penyintas pelecehan seksual menuliskan kisah mereka untuk dibagikan ke publik. Hal ini lah yang direpresentasikan dari fenomena pelecehan seksual dalam realitas kehidupan, di mana para korban pelecehan seksual lebih memilih bersuara di media sosial daripada membawa kasus pelecehan seksual ke jalur hukum.
ADVERTISEMENT
Secara keseluruhan film ini tentu memberi pesan penting kepada para penonton agar tidak menyepelekan kasus pelecehan seksual. Lebih lanjutnya lagi, film ini juga menyampaikan pesan teguran kepada aparat penegak hukum agar lebih memperhatikan kasus kejahatan seksual yang terjadi. Tentunya, sebuah generasi tidak akan menjadi maju, jika wanita sebagai pemeran utama peradaban manusia tak mendapat rasa aman.