Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Komunikasi Efektif Pelayanan Informasi Publik dengan Video Kocak
22 Oktober 2024 19:28 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Afif Permana Aztamurri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Barangkali begitulah yang ada di pikiran masyarakat Indonesia, sehingga semakin banyak saja video ‘kocak’ yang viral di berbagai media dan mengundang tawa. Seolah lelucon adalah solusi tepat untuk segala kerumitan hidup.
ADVERTISEMENT
Fenomena keviralan video-video kocak menggambarkan efektivitas dalam menyamakan suatu persepsi pada proses komunikasi. Persepsinya berupa pesan berbalut humor atau kelucuan.
Jika pembuat, pengirim pesan dan penerima pesan sama-sama ketawa ketika menonton video tersebut, maka telah terjadi komunikasi yang efektif.
Jika dikaitkan dengan optimalisasi pesan dalam pelayanan informasi, maka video kocak sebaiknya dipilih sebagai salah satu strategi oleh kehumasan pemerintahan.
Menurut Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, M.A., komunikasi efektif adalah kegiatan komunikasi yang mampu mengubah sikap, pandangan atau perilaku komunikan (penerima pesan), sesuai dengan tujuan komunikator (pemberi pesan).
Jalaluddin Rahmat (2008) melanjutkan, ciri-ciri utama komunikasi efektif tampak pada komunikan yaitu munculnya kebahagiaan, hubungan sosial yang baik, pengertian, dan pengaruh pada sikap tindakan yang sesuai.
ADVERTISEMENT
Meskipun kebanyakan terlihat nyeleneh dan sederhana, tentu saja tidak mudah memproduksi video kocak yang efektif. Ada perencanaan, proses produksi dan pasca produksi yang harus ditempuh. Bahkan, respons warganet dan risiko-risiko lainnya juga diperhitungkan.
Secara teoretis, video kocak adalah pesan yang mengandung humor. Owen Hanley Lynch dalam buku Encyclopedia of Communication Theory menuliskan bahwa humor adalah pesan yang disengaja atau tidak disengaja yang dianggap lucu atau membuat orang tertawa.
Kelucuan humor juga bergantung pada cara masing-masing menafsirkannya. Ada yang ketawa lalu mencoba memahami lebih dalam makna video tersebut. Ada yang sejenak ketawa spontan namun diikuti sikap kritis akan cara penyajian video. Ada pula yang murni ketawa saja, lalu bangga dan tanpa beban membagikan video tersebut kepada siapapun.
ADVERTISEMENT
Sehingga humor pada video menyangkut berbagai segmentasi. Di antaranya berdasarkan usia, jenis pekerjaan, jenjang pendidikan, hingga tipe media tempat beredar video tersebut. Video kocak di instagram akan berbeda tipenya dengan yang di TikTok. Berbeda pula dengan yang sering dibagikan di grup-grup WhatsApp.
Kembali mengaitkan dengan pelayanan informasi oleh pemerintahan, sampai sekarang masyarakat kadung memberi stereotype bahwa pesan dari pemerintah terlalu normatif, membosankan, kaku dan terkadang tidak jelas. Itu merupakan tendensi yang buruk terhadap instansi pemerintahan, meskipun sudah ada instansi yang membuat perubahan.
Memang, suka tidak suka pelayanan informasi kepada khalayak hendaknya jadi keniscayaan faktor untuk berjalannya sistem pemerintahan yang baik. Ini tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.
ADVERTISEMENT
Sederhananya undang-undang tersebut mengatakan, untuk mewujudkan pelayanan yang cepat, sederhana, dan tepat setiap Badan Publik menyediakan dan mengembangkan sistem penyediaan pelayanan informasi secara cepat, wajar, dan mudah sesuai dengan standar layanan informasi publik yang berlaku secara nasional.
Aturan tersebut dilanjutkan oleh PermenPAN-RB RI Nomor 30 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Tata Kelola Kehumasan di Lingkungan Instansi Pemerintah. Isinya menyatakan bahwa lembaga kehumasan merupakan unit organisasi di instansi pemerintah dalam menjalankan fungsi manajemen bidang informasi dan komunikasi kepada publik melalui berbagai sarana kehumasan dengan tujuan mencipatakan citra dan reputasi instansi pemerintah.
Ini senada dengan pemahaman tentang fungsi kerja public relation yang disampaikan The Institute of Public Relations (IPR) di UK pada tahun 1987. Humas harus terencana dan memiliki usaha berkelanjutan untuk menekankan dan menjaga nilai baik dan kesepahaman antara sebuah instansi dan khalayak.
ADVERTISEMENT
Produksi video humor sebagai sarana pelayanan informasi semestinya ada di rencana dan usaha berkelanjutan kehumasan pemerintah. Beberapa instansi sudah melakukannya, walaupun beberapa yang lain tidak menyukai dan enggan mencobanya.
Salah satu video yang pernah saya temukan adalah karya Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. Dengan tujuan penyampaian program terbarunya, instansi ini berhasil meniru gaya komedi pada salah satu konten karya video creator terkenal di instagram bernama @aldogiustino.
Video ini menggunakan gaya dialog dua arah antara sutradara dan aktor yang mengulang-ulang sebuah adegan. Isi adegan itulah inti informasi yang ingin BPS-RI sampaikan kepada followers-nya terkait informasi yang berhak dan harus diketahui publik.
Tujuan utamanya adalah agar menyedot perhatian (awareness), lalu benar-benar dipahami, diingat, kemudian khalayak ikut menyebarluaskan hingga kontennya viral.
ADVERTISEMENT
Jika kita bandingkan dengan video pelayanan informasi pada umumnya, tentu terasa sangat berbeda. Informasinya sekadar penyampaian, hanya disimak oleh yang benar-benar membutuhkan. Biasanya juga cepat terlupakan oleh masyarakat.
Memang, memproduksi video kocak tidak bisa instan sekali jadi. Perlu usaha, dan yang paling penting adalah kemauan memulainya. Bila teknis penggarapan video jadi kendala, jawabannya sudah tersedia banyak di internet.
Selanjutnya mencari ide konsep. Cara mendapatkannya adalah melihat berbagai referensi. Dalam kajian filsafat, disebutkan bahwa kesan-kesan menghadirkan gagasan. Semakin banyak referensi, semakin baik.
Bila belum ada ide baru, gunakan prinsip ATM (amati tiru dan modifikasi). Inilah yang dilakukan oleh BPS-RI. Tinggal mengganti inti pesan yang ingin disamakan persepsinya dengan penonton.
Jenis konten video kocak yang sering menjadi objek ATM adalah parodi. Banyak cerita terkini yang beredar di tengah masyarakat menarik untuk dparodikan. Di tahun ini saja, yang sering diparodikan adalah film 'Ipar adalah Maut' dan acara 'Clash of Champions'.
ADVERTISEMENT
Ada pula gaya video kocak yang menggunakan video meme. Yaitu menyambung potongan video-video komedi slapstick dengan informasi detil yang ingin disampaikan. Video meme itu bertujuan untuk menstimulasi perhatian penonton.
Cara lainnya adalah berkolaborasi dengan konten kreator atau influencer media sosial. Meskipun harus mengalokasikan anggaran, konten kreator akan membantu instansi memproduksi dan mendistribusikan informasi pemerintahan. Mulai dari ide, penggarapan teknis, hingga pengeditan.
ATR/BPN Regional Sumatera Barat pernah melakukannya. Berkolaborasi dengan influencer lokal Desbi Sugari (followers 23K) dan Uni Mida (followers 142K), mereka menyampaikan informasi tentang layanan aplikasi urusan pertanahan. Lebih menarik dan memorable.
Langkah terbaik adalah menciptakan sebuah persona atau karakter tokoh yang bisa ditampilkan berkelanjutan. Karakter ini dapat menjadi representasi instansi yang mudah dikenali dan diingat. Bahkan, kehadiran persona ini bisa ditunggu-tunggu oleh khalayak yang menyukai caranya menyampaikan pesan.
ADVERTISEMENT
Konten seperti itu sesuai dengan yang disebut Aristoteles sebagai etos logos pathos. Etos berarti kapabilitas persona yang menyampaikan isi konten. Logos berarti struktur dan isi konten yang disampaikan. Terakhir, pathos berarti respons emosional yang dimunculkan audiens.
Dengan demikian, tiada salahnya bila semua instansi pemerintahan mengikuti tren video kocak. Selain menghibur, keberadaan setiap instansi di mata masyarakat akan terasa semakin ramah dan dekat. Bila sudah demikian, informasi berikutnya cukup mudah diterima.
Selanjutnya, pelayanan informasi dapat lebih optimal dan terciptanya citra baik bagi instansi di mata masyarakat.