Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Culture Shock Tantangan Dinamika Sosial Budaya di Kampus
22 April 2024 8:03 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Agil Sabrina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mengalami kehidupan di kampus memang seru dan menarik! Namun, perlu diingat bahwa perubahan budaya yang besar juga bisa terjadi bagi mahasiswa baru. Di kampus, kita bisa bertemu dengan beragam latar belakang budaya, sosial, dan etnis. Agar sukses menghadapi perubahan ini, penting bagi mahasiswa untuk memahami budaya kampus dengan baik dan mengembangkan keterampilan penyesuaian yang tepat. Tidak hanya itu, globalisasi dan teknologi juga membawa tantangan tersendiri di kampus. Saat ini, mahasiswa lebih terhubung dengan dunia luar melalui media sosial dan internet. Hal ini bisa memengaruhi identitas budaya mereka dan menciptakan polarisasi di antara mereka.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari danacita.co.id menjadi mahasiswa memang membawa tantangan tersendiri, ya. Namun, dengan semangat belajar dan kemandirian yang kita kembangkan, kita akan semakin siap menghadapi berbagai hal di kampus.
Dikutip dari Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya oleh Uthia Estiane bahwa pemilihan sumber - sumber dukungan sosial yang baik bagi mahasiswa baru dapat membantu proses penyesuaian diri secara sosial mereka terhadap lingkungan perguruan tinggi, sehingga mahasiswa baru dapat beradaptasi dan berprestasi dengan baik.
Dalam menghadapi tantangan sosial budaya di kampus, lembaga pendidikan harus mengedepankan promosi pemahaman, toleransi, serta dialog antar budaya. Mendukung dengan mengadakan program kegiatan, seminar, dan lokakarya yang memperkuat hubungan antar budaya dapat membantu meningkatkan kesadaran dan saling pengertian. Tidak hanya itu, kampus perlu memiliki kebijakan yang mendukung kebebasan beragama dan menyelesaikan konflik budaya secara membangun. Dengan begitu, perguruan tinggi dapat menjadi lingkungan yang inklusif dan memberi manfaat bagi semua mahasiswanya, tanpa memandang asal usul budaya mereka.
ADVERTISEMENT