Konten dari Pengguna

Sakit Kepala Tak Kunjung Sembuh? Ini Penyebabnya Psikologisnya

Agnes Claristia
Psychology Student at Universitas Tarumanagara
7 Juli 2021 10:17 WIB
·
waktu baca 2 menit
clock
Diperbarui 13 Agustus 2021 13:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Agnes Claristia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Sakit Kepala (Sumber: Nik Shuliahin on Unsplash)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Sakit Kepala (Sumber: Nik Shuliahin on Unsplash)
ADVERTISEMENT
Dalam kehidupan ini, kita tidak dapat menghindari emosi, baik sejak lahir, anak-anak, dewasa, lansia, dan seterusnya. Emosi adalah keadaan di mana kita merasakan sesuatu yang nantinya dapat mempengaruhi perilaku kita. Apa pun yang kita lakukan, apa pun yang kita alami, semuanya akan dipengaruhi oleh emosi.
ADVERTISEMENT
Misalnya saat kita mendapat bonus, menikah, kabar kelahiran anak. Kita akan merasakan emosi positif. Emosi positif tersebut, di antaranya bahagia, bersemangat, bersyukur, berani, dan percaya diri. Di samping emosi positif tersebut yang pernah kita rasakan, pasti kita juga pernah merasakan emosi negatif, misalnya sedih, marah, kecewa, ditolak, putus asa yang kita rasakan saat menerima kabar duka, dipecat dari pekerjaan, dan sebagainya.
Dari berbagai macam emosi yang kita rasakan ini, pasti ada efek yang akan muncul. Baik itu emosi positif maupun emosi negatif. Misalnya kita sedang merasakan emosi positif, kita pasti akan bersemangat menjalani hari. Sedangkan saat kita merasakan emosi negatif, itu akan membuat kondisi kita tidak nyaman, dan sangat mengganggu aktivitas kita sehari-hari. Bahkan, emosi negatif juga dapat mempengaruhi pikiran dan tubuh kita.
ADVERTISEMENT
Seorang hipnoterapis terkemuka di Amerika, John Kappas, membahas tentang 5 Body Syndrome. 5 Body Syndrome membahas tentang bagaimana emosi dapat terhubung pada gejala yang dialami tubuh dan berkaitan dengan apa yang kita rasakan.
Terdapat 5 syndrome menurut John Kappas, yaitu crying syndrome, responsibility syndrome, sexual frustration or guilty syndrome, fight reaching syndrome, dan flight syndrome.
Pada kesempatan kali ini, saya akan membahas Crying Syndrome atau Sindrom Menangis.
Setiap di antara kita pasti pernah menangis, misalnya saat kita bayi. Saat menangis terdapat otot-otot wajah kita yang bekerja, di antaranya otot kelopak mata, otot bibir, otot pipi, bahkan otot paru-paru kita pun ikut bekerja.
Saat kita sedang menahan emosi, atau ingin meluapkan emosi dan menangis namun tertahan. Saat itulah kita mengalami Crying Syndrome.
ADVERTISEMENT
Crying Syndrome. merupakan gejala tubuh yang muncul karena kita bingung saat diharuskan membuat keputusan, cenderung tidak mampu atau salah dalam mengambil keputusan, tidak bisa berpendapat, memiliki amarah yang ditahan, terjebak dalam suatu masalah di masa lalu, dan tertekan.
Seperti pembahasan di atas tentang otot apa saja yang bekerja saat menangis, Crying Syndrome. juga akan memberi efek pada bagian tubuh yang sama seperti saat kita menangis, di antaranya kepala, leher, dan dada.
Rasa sakit yang dapat muncul pada bagian-bagian tersebut di antaranya, asma, pusing, migrain, bronkitis, mara berair, mata kabur, sinusitis, masalah pada tenggorokan, otot punggung dan leher kaku, menggigit bibir, gigi saling bergertak, dan masalah yang berhubungan dengan mulut (misalnya sariawan).
ADVERTISEMENT
Ketidakseimbangan antara emosi positif dan emosi negatif, yang cenderung mengarah pada emosi negatif akan membuat kita merasakan hal-hal tersebut. Maka dari itu kita perlu menyeimbangkan emosi tersebut dengan cara melepaskan emosi sehingga kita dapat tetap berada di emosi positif.
Saat kita mengalami masalah ini pasti terasa tidak nyaman. Tapi tenang, karena saya punya solusinya. Namun sebelum membahas solusinya, saya akan menyelesaikan pembahasan mengenai 5 Body Syndrome, karena masih banyak yang perlu kita ketahui tentang hal ini. Saya akan membahas pada artikel berikutnya..
Coach Andrew Peterson, Life Coach-nya Indonesia.