Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Jokowi dan Prabowo: The Man of Details and The Man of Ideas
19 Oktober 2024 15:49 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Agung Wicaksono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam lebih dari satu dekade terakhir, dua nama yang mendominasi panggung politik Indonesia adalah Joko Widodo (Jokowi) dan Prabowo Subianto. Mereka bukan sekadar figur publik; keduanya telah menciptakan dampak signifikan terhadap dinamika politik Indonesia. Menjelang pelantikan Prabowo sebagai penerus Jokowi, penting bagi masyarakat untuk menyadari bahwa keduanya membawa gaya kepemimpinan yang berbeda. Saya sering menyebut Jokowi sebagai "The Man of Details" dan Prabowo sebagai "The Man of Ideas."
ADVERTISEMENT
Tipe Jokowi: The Man of Details
Jokowi, yang merupakan mantan pengusaha sukses di bidang mebel sebelum terjun ke dunia politik, memiliki keahlian luar biasa dalam merinci dan memahami detail dari setiap kebijakan yang diambilnya. Seperti seorang "tukang kayu," ia menyadari bahwa setiap hasil karya harus dikerjakan dengan teliti dan presisi. Kemampuannya untuk mengeksekusi kebijakan secara efektif terlihat saat menjabat sebagai Wali Kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta. Ia dikenal sebagai sosok yang terjun langsung ke lapangan, dengan gaya yang sering disebut "blusukan," yang sampai saat ini identik dengan Jokowi.
Dalam kinerjanya, Jokowi memastikan bahwa setiap program dan kebijakan yang dicanangkan dapat berjalan dengan efektif. Misalnya, dalam program pembangunan infrastruktur, ia tidak hanya mengeksekusi proyek besar, tetapi juga memperhatikan detail-detail kecil yang sering diabaikan, seperti dampak sosial terhadap masyarakat setempat, keberlanjutan proyek, dan efisiensi anggaran. Di era Jokowi ini, masyarakat sering mendengar istilah "ganti untung," yang mencerminkan bagaimana ganti rugi proyek infrastruktur diberikan dengan nominal yang layak. Pendekatan yang detail-oriented ini telah terbukti berhasil; banyak program infrastruktur sukses dilaksanakan meskipun menghadapi tantangan di lapangan. Tak jarang, kita melihat Jokowi terbang ke berbagai daerah untuk memantau dan meresmikan proyek-proyek yang digagasnya.
ADVERTISEMENT
Tipe Prabowo: The Man of Ideas
Di sisi lain, Prabowo Subianto dikenal sebagai sosok visioner dengan gagasan-gagasan besar. Sebagai mantan jenderal dan pemimpin partai politik, Prabowo memiliki pandangan luas tentang masa depan Indonesia. Dalam setiap pidatonya, ia tegas mengungkapkan keinginan-keinginannya yang besar untuk Indonesia. Ia menyampaikan ide-ide tentang pembangunan nasional, ketahanan pangan, dan pertahanan negara dengan semangat dan keyakinan yang menginspirasi.
Gagasan-gagasan Prabowo sering kali tidak hanya ambisius, tetapi juga menggugah kesadaran masyarakat akan potensi yang dimiliki bangsa ini. Ia berupaya mengajak rakyat untuk melihat Indonesia sebagai kekuatan besar di kancah dunia—sebuah visi yang mungkin terlalu idealis bagi sebagian orang, tetapi penting untuk membangkitkan semangat kebangsaan. Prabowo memiliki kemampuan untuk memotivasi orang-orang di sekitarnya dengan visinya yang besar. Misalnya, saat mengusulkan program ketahanan pangan, ia tidak hanya melihat aspek pertanian, tetapi juga mencakup sektor industri dan teknologi. Ia meyakini bahwa untuk mencapai ketahanan pangan yang sejati, Indonesia perlu berinvestasi dalam inovasi dan penelitian, memperkuat sistem distribusi, dan meningkatkan keterampilan petani. Dengan cara ini, Prabowo mengaitkan ide-ide besarnya dengan kebutuhan praktis masyarakat.
ADVERTISEMENT
Struktur Pemerintahan: Jokowi Menyederhanakan, Prabowo Mendetailkan
Perbedaan gaya kepemimpinan antara Jokowi dan Prabowo juga tercermin dalam desain struktur pemerintahan mereka. Jokowi cenderung menyederhanakan kementerian untuk menciptakan efisiensi dan sinergi antar kementerian. Ia bahkan menghapus struktur eselon 3 dan 4 di banyak kementerian dan lembaga, karena dianggap kurang efektif dan lambat dalam mengeksekusi masalah. Selain itu, ia menggabungkan beberapa kementerian, seperti Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-PR) dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK). Di era Presiden SBY, kedua kementerian tersebut adalah empat kementerian yang berdiri sendiri-sendiri. Langkah ini memungkinkan Jokowi untuk mengkoordinasikan berbagai program secara lebih efektif dan mengurangi tumpang tindih dalam kebijakan. Sebagai sosok yang detail-oriented, ia tahu bagaimana cara mensupervisi kementerian agar dapat bekerja dengan baik.
Sebaliknya, Prabowo tampaknya lebih memilih untuk membentuk banyak kementerian baru dan badan-badan pemerintah. Hal ini mencerminkan gaya politiknya yang akomodatif dan merangkul banyak elemen politik. Struktur pemerintahan yang gemuk ini, selain didasarkan pada alasan "pragmatis," menunjukkan keinginannya untuk memberikan perhatian yang lebih besar pada isu-isu secara spesifik. Dengan memecah kementerian besar menjadi beberapa kementerian teknis yang lebih kecil, Prabowo bertujuan agar masing-masing menteri dapat fokus dalam mengurus dan mengeksekusi masalah secara mendetail. Pendekatan ini memungkinkan Prabowo menjaga gagasan dan ide-idenya agar dieksekusi secara detail. Banyaknya kementerian juga memudahkan Prabowo dalam mengecek kinerja kementerian, karena tanggung jawab antar kementerian menjadi lebih spesifik. Prabowo juga menciptakan lebih banyak Kementerian Koordinator yang kemungkinan besar akan diisi oleh orang-orang senior atau ketua umum partai politik yang memiliki "power" lebih untuk mengawasi kinerja kementerian teknis di bawahnya.
Bagaimana Kedepannya?
ADVERTISEMENT
Gibran, Wakil Presiden yang juga mantan Wali Kota Solo, diharapkan dapat berperan signifikan dalam mendukung Prabowo. Gibran, yang merupakan anak sulung Jokowi, dapat melengkapi gaya kepemimpinan Prabowo dengan melihat eksekusi kebijakan secara lebih detail dan terukur. Pengalamannya sebagai Wali Kota Solo dalam mengatasi persoalan langsung masyarakat di daerah dengan pendekatan yang detail menjadi pelengkap bagi gaya kepemimpinan Prabowo yang lebih bersifat makro.
Kolaborasi antara Prabowo dan Gibran diharapkan dapat menciptakan keseimbangan antara visi besar dan eksekusi detail. Prabowo, dengan gagasan-gagasan besarnya, perlu didukung oleh Gibran yang memahami konteks lokal dan mampu mengawal kebijakan tersebut menjadi solusi konkret di lapangan. Akankah hal ini terwujud di masa depan? Mari kita saksikan bersama pasca 20 Oktober nanti.
ADVERTISEMENT