Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kelor, Sebuah Multi Solusi Ketika Pandemi Tak Terkendali?
31 Juli 2021 12:33 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Agus Samsudrajat S tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dunia tak selebar daun kelor. Itulah istilah pribahasa atau pepatah yang sering kita dengar. Di Indonesia, kelor juga diidentikan sebagai solusi menangkal hal-hal mistis atau ghaib. Tetapi fakta secara sains dan teknologi, kelor banyak terbukti secara ilmiah di berbagai belahan negara, ratusan bahkan ribuan penelitian dari jurnal bereputasi sejak 1980-an hingga saat ini, dianggap memiliki manfaat yang luar biasa.
ADVERTISEMENT
Justru kita akan semakin tertinggal dan rugi besar jika kita sudah tahu, tapi malah melewatkan dan membiarkanya begitu saja. Terlebih saat pandemi COVID-19 berkepanjangan dan tidak bisa dipastikan kapan akan berhenti.
Maka bukan hal yang mengherankan, jika Badan Kesehatan Dunia (WHO) menobatkan Kelor sebagai tanaman ajaib, karena dianggap belum ada tanaman yang nutrisi dan manfaatnya sebanding dan selengkap kelor. Bahkan manfaatnya menurut beberapa ilmuan di antaranya Palada M.C dalam bukunya “The Miracle Tree; Moringa Oleifera, second edition 2019, bahwa mulai dari akar, batang, daun, kelopak bunga, biji, dan buahnya memiliki manfaat untuk kebutuhan primer hingga tersier, seperti makanan pokok sayur-mayur, minuman, pelengkap nutrisi, imunitas, obat, pelancar air susu ibu, komestik, bahkan untuk hewan dan lingkungan seperti penjernih air secara alami.
ADVERTISEMENT
Jejak digital membuktikan banyak negara di Asia dan Eropa memburu Kelor. Bukan hanya bahan mentahnya, tapi juga setengah jadi, hingga produk jadi siap pakai. Kelor (Moringa Oleifera) atau merunggai, merupakan tanaman dari suku Moringaceae. Kelor memiliki nama panggilan lain ditiap negara seperti limaran, Moringa, Ben-Oil (minyak hasil ekstrak dari bijinya), drumstick (dari bentuk rumah benihnya yang panjang dan ramping), Horseradish tree (karena bentuk akarnya yang mirip tanaman Horseradish), dan di Filipina biasa dipanggil Malunggay.
Kelor tanaman endemik Indonesia yang juga berasal dari India sub-Himalaya, Bangladesh, Pakistan, Afganistan, Madagaskar, dan Afrika. Bangsa Romawi kuno, Mesir dan Yunani selama berabad-abad sudah menggunakanya sebagai obat tradisional dan industri. Negara lain seperti India, Ethiopia, Filipina, Afrika dan Sudan juga mengkategorikan tanaman ini sebagai tanaman penting.
ADVERTISEMENT
Bahkan Organisasi Trees for Life, Church World Service and Educational Concerns for Hunger Organization sangat merekomendasikan kelor sebagai nutrisi alami untuk daerah tropis, karena tanaman dan daunnya bisa tumbuh rimbun ketika musim kemarau panjang saat bahan makanan lain semakin langka.
Menurut organsisasi Trees For Life dalam buku digital yang dipublikasikan gratis di laman treesforlife.org bahwa 100 gram daun Kelor mengandung 7 kalinya vitamin C Jeruk, 4 kalinya vitamin A Wortel, 4 kalinya kalsium susu, 3 kalinya potassium Pisang, dan 2 kalinya protein Yogurt.
Sedangkan menurut Hakim Bey 2010 dalam publikasinya yang berjudul “All Things Moringa”, jika 100 gram daun Kelor kering, setara dengan 10 kali Vitamin A nya Wortel, 12 kali vitamin C Jeruk, 17 kali Calsium Susu, 15 kali Potasium Pisang, 25 kali zat besi nya Bayam.
ADVERTISEMENT
Sementara ini, dalam daftar tabel Daftar Komposisi Pangan Indonesia dari Kementerian Kesehatan edisi terakhir 2018, hanya menuliskan nutrisi daun kelor yang segar saja. Tetapi meskipun demikian dalam dokumen itu jika kita konsumsi 100 gram daun kelor segar 3-4 kalinya, sudah setara dengan protein per 100 gram pada daging ayam, kambing bahkan daging sapi segar. Paling menarik dan ajaib itu ketika daun Kelor kering, per 100 gram memiliki protein 27 gram, jauh lebih baik dari 100 gram daging Ayam, bebek, Kambing, Kerbau bahkan Sapi yang hanya 17-18 gram (Palada, Hakim Bey, treesforlife.org dan Kemkes 2018)
Laporan Bank Dunia terkait dampak COVID-19 di Indonesia 2020, bahwa 90% pekerja diluar bidang pertanian mengalami penurunan pendapatan dan 8% pekerja itu beralih ke bidang pertanian. Pertanian dan ketahanan pangan menjadi pilihan penopang dasar hidup saat kita sedang krisis ekonomi, pangan akibat pandemi.
ADVERTISEMENT
Bayangkan jika kita punya kelor sendiri, bahkan kalaupun pun harus beli, banyak rupiah yang bisa kita hemat mengurangi lima sampai puluhan jenis bahan pangan, dan kebutuhan nutrisi kita sudah bisa terwakili dari satu bahan pangan yang sangat sederhana. Dimasa pandemi yang belum pasti kapan akan terkendali, berdampak ke ekonomi, maka kelor jadi solusi.
Hemat secara ekonomis tapi nutrisi tetap maksimal terpenuhi, bahkan solusi kesehatan sekaligus ekonomi. Seakan solusi sederhana nan lengkap yang selama ini dekat dengan kita, terpendam lama dan belum bisa kita sadari dan maksimalkan dengan baik.
Alhamdulillah saya bersyukur ada mahasiswa dari pelosok perbatasan negeri Indonesia Malaysia tepatnya di Kalimantan Barat Kabupaten Sintang, sudah mulai dengan memanfaatkan daun Kelor. Berawal dari sebuah proposal Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKMK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2021 yang diseleksi secara nasional diseluruh perguruan tinggi di indonesia yang atas ijin Tuhan Allah Subhanahu Wa Taa’la alokasi anggaran 10 juta yang kami ajukan akhirnya lolos dan didanai dengan judul dan produk berupa JUDOR (Jus daun Kelor) alternatif minuman sehat untuk meningkatkan imunitas saat pandemi COVID-19 di Kabupaten Sintang Kalimantan Barat.
ADVERTISEMENT
Semoga di tengah wabah yang kita tidak tahu entah kapan akan berakhir ini, kita sudah punya rencana dan strategi untuk berusaha menyiapkan segala resiko yang akan terjadi supaya kita bisa antisipasi untuk menjaga ketahanan kesehatan, dari ketahanan pangan dan ekonomi.
*Agus Samsudrajat.S
Dosen Kesehatan Masyarakat K. Sintang,
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Pontianak