Konten dari Pengguna

Bagaimana Menjaga Perkawinan Tetap Langgeng

agus supriyanto
Pendidikan DIII Anggaran pada STAN Prodip Keuangan lulus tahun 1997, saat ini menjadi Pegawai Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Bogor.
14 Oktober 2024 16:30 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari agus supriyanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dominasi dinamika perkawinan pegawai khususnya generasi muda banyak diwarnai dengan hal ini. Kebanyakan karena adanya long distance marriage. Beda tempat tinggal dan jarak yang memisahkan karena lokasi tempat kerja yang berjauhan. Sehingga komunikasi yang dijalin tidak lancar, sehingga berakibat adanya perselingkuhan dan banyak hal lainnya. Bisa juga karena masing-masing individu menggampangkan hal yang dibolehkan tapi sangat disayangkan seandainya dilakukan.
canva. com/design/DAGR8bw3juQ/9CL9iy1Oblvl5D6Cg/edit
zoom-in-whitePerbesar
canva. com/design/DAGR8bw3juQ/9CL9iy1Oblvl5D6Cg/edit
Belum mampu memecahkan permasalahan yang tengah dihadapi. Belum mampu menjaga emosi ketika terjadi konflik antar pasangan. Pada umumnya keputusan untuk melakukan perpisahan akan dipengaruhi oleh banyak faktor yang komplek dan pribadi.
ADVERTISEMENT
Beberapa alasan yang umum terjadi perpisahan antara lain :
1. Ketidakcocokan Perasaan
Pasangan mungkin merasa sudah tidak lagi sejalan dalam pandangan hidup, nilai-nilai atau tujuan masa depan yang akan dijalani.
2. Komunikasi yang Buruk
Kesulitan dalam berkomunikasi atau kurangnya komunikasi efektif dapat memicu ketidakpuasan dan konflik.
3. Perselingkuhan
Kesetiaan yang terganggu seringkali menjadi penyebab utama perceraian karena dapat merusak dasar kepercayaan dalam hubungan.
4. Ketidakpuasan Seksual
Ketidaknyamaan dengan pasangan akan mempengaruhi keintiman pasangan sehingga memberikan pengaruh kepada psikologi antar pasangan.
5. Emosi Yang Tidak Terkontrol
Kurangnya kemampuan menjaga emosi sehingga dapat memicu kekerasan dalam rumah tangga.
6. Masalah Keuangan
Konflik terkait keuangan, seperti utang berlebihan atau perbedaan pendekatan terhadap keuangan, bisa menjadi beban berat dalam hubungan.
ADVERTISEMENT
7. Perubahan Prioritas Hidup 
Perubahan dalam prioritas hidup, seperti karier, pendidikan, atau keinginan untuk berkembang secara pribadi, dapat mempengaruhi hubungan.
8. Kesehatan Mental atau Fisik 
Masalah kesehatan mental atau fisik bisa memberikan tekanan tambahan pada hubungan dan menjadi faktor dalam keputusan untuk bercerai.
Banyak hal yang dapat memengaruhi tingginya angka perceraian di kalangan generasi muda. Beberapa faktor yang mungkin berperan meliputi:
1. Ekspektasi yang Tinggi
Generasi muda sering kali memiliki ekspektasi yang tinggi terkait hubungan dan perkawinan. Ketidaksesuaian antara ekspektasi dan realitas dapat menyebabkan ketidakpuasan.
2. Tuntutan Karier dan Pendidikan
Fokus pada karier atau pendidikan yang intens seringkali dapat menciptakan tekanan tambahan dalam hubungan, terutama jika pasangan memiliki prioritas yang berbeda.
ADVERTISEMENT
3. Perubahan Nilai dan Norma Sosial
Perubahan nilai dan norma sosial dapat memengaruhi pandangan terhadap pernikahan. Beberapa generasi muda mungkin lebih cenderung mengejar kebahagiaan pribadi dan independensi.
4. Keterbatasan Komunikasi 
Peningkatan penggunaan teknologi dan media sosial dapat memengaruhi kualitas komunikasi interpersonal, menyebabkan kesalahpahaman atau kurangnya waktu berkualitas bersama.
5. Keterbukaan terhadap Pilihan 
Generasi muda mungkin lebih terbuka terhadap pilihan hidup alternatif dan kurang terikat pada norma-norma tradisional, termasuk dalam konteks pernikahan.
6. Tingginya Tingkat Stres
Kondisi ekonomi yang sulit, tekanan finansial, dan tuntutan hidup yang tinggi dapat menciptakan tingkat stres yang membebani hubungan.
7. Kesulitan dalam Menyelesaikan Konflik
Kurangnya keterampilan dalam menangani konflik atau mengelola perbedaan dapat menyebabkan pertengkaran yang tidak terselesaikan dan memperburuk hubungan.
ADVERTISEMENT
Setiap situasi perceraian bervariasi dan berbeda-beda, dan keputusan tersebut seringkali melibatkan kombinasi dari beberapa faktor dan berbeda tiap individu dan kelompok. Mengatasi tantangan dalam hubungan dan membangun komunikasi yang sehat dapat membantu mengurangi risiko perceraian di kalangan generasi muda. Konseling perkawinan atau dukungan profesional dapat membantu pasangan mengatasi masalah mereka, namun tidak selalu berhasil dan kadang-kadang perceraian dianggap sebagai solusi terbaik bagi kedua belah pihak.
Ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk meningkatkan peluang keberhasilan dalam hubungan dan mengurangi risiko perceraian antara lain :
1. Komunikasi Terbuka
Jaga komunikasi yang efektif. Berbicaralah secara terbuka tentang perasaan, harapan, dan masalah yang mungkin timbul dalam hubungan.
2. Buat Batasan dan Kompromi 
ADVERTISEMENT
Tetapkan batasan yang jelas dan kompromikan perbedaan pendapat. Keterbukaan untuk beradaptasi dengan perubahan dan memahami kebutuhan masing-masing dapat memperkuat hubungan.
3. Pahami dan Hormati Pasangan
Usahakan untuk memahami perasaan dan perspektif pasangan. Hargai perbedaan dan kembangkan rasa hormat satu sama lain.
4. Bekerja Sama dalam Pemecahan Masalah
Hadapi masalah bersama sebagai tim. Pemecahan masalah bersama dapat memperkuat ikatan dan menciptakan hubungan yang lebih tahan lama.
5. Investasi Waktu dan Energi
Luangkan waktu untuk bersama-sama. Investasikan waktu dan energi untuk memperkuat hubungan, termasuk kegiatan bersama yang positif.
6. Konseling Perkawinan
Jika diperlukan, pertimbangkan untuk mencari bantuan profesional. Konseling perkawinan dapat memberikan alat dan panduan untuk mengatasi masalah yang mungkin muncul.
7. Kembangkan Keterampilan Komunikasi
ADVERTISEMENT
Tingkatkan keterampilan komunikasi interpersonal. Keterampilan ini melibatkan mendengarkan dengan penuh perhatian, mengungkapkan diri dengan jujur, dan memahami bahasa tubuh dan ekspresi emosional.
8. Jaga Keseimbangan Hidup
Hindari stres berlebihan dengan menjaga keseimbangan antara pekerjaan, kehidupan pribadi, dan hubungan. Keselarasan ini dapat membantu mengurangi tekanan pada hubungan.
9. Bertumbuh Bersama
Dukung pertumbuhan dan perkembangan masing-masing sebagai individu dan sebagai pasangan. Pertumbuhan pribadi dapat memberikan kontribusi positif pada hubungan.
10. Bangun Kepercayaan
Kepercayaan adalah dasar hubungan yang kuat. Jadilah jujur,  percaya satu sama lain, dan bangun kepercayaan dengan tindakan konsisten.
Kunci utamanya adalah komitmen, keterbukaan, dan kerja sama untuk mengatasi tantangan bersama-sama.
Semoga dapat menjaga kelanggengan hubungan perkawinan yang sakral dalam norma agama masing-masing.
ADVERTISEMENT