Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Bagaimana Menyikapi Rasa Kebencian
10 Oktober 2024 14:05 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari agus supriyanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Belakangan ini, banyak sekali warta yang mengabarkan terkait dengan pemberitaan mengenai orang-orang yang tidak menyukai seseorang. Berita tersebut dapat diketahui melalui media cetak, media sosial dsb. Apakah salah melakukan hal tersebut. Tentu saja tidak karena setiap orang berhak melakukannya. Berdasarkan Pasal 28 UUD 1945 memberikan kepada setiap orang mengenai kebebasan berpendapat, berserikat, dan berkumpul ditetapkan dengan undang-undang. Lalu dalam Undang Undang RI Nomor 9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum. Sehingga siapapun boleh menyatakan pendapatnya didepan umum.
ADVERTISEMENT
Julid, Nyinyir dan Suudzon, kata ini sering muncul di beberapa medsos. Julid, nyinyir dan Suudzon, sama saja sih, hal ini karena sama-sama memberikan penilaian buruk pada pihak lain. Entah itu memang benar, bahkan bisa juga memang benar-benar salah.
Mungkin disebabkan karena cinta, cinta yang berlebihan. Bisa juga karena benci, hingga akhirnya membenci pihak lain pun secara berlebihan. Akan lebih baik kalau hal itu dilakukan sewajarnya saja. Kenapa, ya, karena kalau orang tersebut diminta untuk menggantikan mengerjakan juga belum tentu bisa dan berhasil.
Istilah informal ini digunakan untuk menggambarkan perilaku atau sikap seseorang terhadap orang lain. Lalu apa sih, yang dimaksud dengan Nyinyir, Julid dan Suudzon.
Nyinyir adalah kata sifat berupa mengulang-ulang perintah atau permintaan atau cerewet .
ADVERTISEMENT
Julid biasanya merujuk pada perilaku yang cenderung suka mencela atau berkomentar pedas terhadap orang lain secara tidak sopan.
Suudzon merujuk pada perilaku yang lebih bersifat curiga, mencurigai atau berprasangka terhadap tindakan atau niat seseorang tanpa alasan yang jelas.
Perbedaan utamanya terletak pada karakteristik komentar atau sikap yang ditunjukkan. Nyinyir lebih ke arah mengkritik atau menyindir orang lain secara terus menerus, pedas, dan frontal. Julid lebih fokus pada kritik atau celaan, sedangkan Suudzon lebih menyoroti kecurigaan tanpa dasar yang mendasarinya.
Sikap seperti nyinyir, julid atau suudzon seringkali dianggap tidak baik karena dapat merugikan hubungan antar individu dan menciptakan lingkungan yang tidak sehat. Sikap nyinyir dan julid dapat menimbulkan konflik dan menyakiti perasaan orang lain, sementara sikap suuzon tanpa dasar dapat merusak kepercayaan dan memunculkan ketidaknyamanan.
ADVERTISEMENT
Bagaimana kita menyikapinya
Kita diharapkan dapat menjaga sikap positif, menghargai perbedaan, dan berkomunikasi secara terbuka. Jika ada ketidakpastian atau kecurigaan, lebih baik berbicara langsung dengan orang tersebut untuk menghindari penafsiran yang salah dan membangun hubungan yang lebih baik.
Menjaga keseimbangan antara menyukai sesuatu dan membenci sesuatu dengan proporsi yang seimbang merupakan pendekatan yang sehat. Terlalu banyak sukacita atau kebencian yang berlebihan dapat merugikan masing-masing orang karena dapat bersifat emosional dan sangat mempengaruhi hubungan interpersonal.
Mempertahankan perspektif yang seimbang, menghargai positif dan negatif dalam konteks yang tepat, dapat membantu menciptakan keseimbangan yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Selalu berusaha untuk melihat situasi atau orang dari berbagai sudut pandang dapat membantu menghindari sikap ekstrem yang mungkin merugikan.
ADVERTISEMENT
Perasaan cinta, perasaan benci, perasaan apapun dalam diri kita. Kita tidak pernah tahu isi hati manusia. Kadang manusia diliputi dengan perasaan senang namun terkadang langsung dapat berubah menjadi tidak senang.
Nabi pun pernah mengatakan dalam riwayat yang disampaikan dari Abu Hurairah secara marfu':
"Cintailah orang yang kau cinta dengan sewajarnya, boleh jadi suatu hari dia menjadi orang yang kau benci. Dan bencilah kepada orang yang kau benci sewajarnya, boleh jadi suatu hari dia yang kau benci menjadi orang yang kau cinta" (HR Tirmidzi).
Harapannya, kita harus selalu dapat mengedepankan prasangka baik kepada setiap orang. Tegurlah dengan kesopanan dan etika yang baik. Tentunya, dalam melakukan kritik selalu mendepankan kritik yang membangun. Tidak ada manusia yang sempurna, kesempurnaan hanya milik Tuhan semata.
ADVERTISEMENT