Konten dari Pengguna

Jokowi Sang Ahli Komunikasi

Ahmad Fadlan azizi
Lulusan Ilmu Komunikasi, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka
23 Oktober 2024 11:42 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ahmad Fadlan azizi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Presiden Jokowi  saat memberikan keterangan pers di Istana Merdeka, Jakarta, 27 Agustus 2024. Foto: YouTube/Sekretariat Presiden
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Jokowi saat memberikan keterangan pers di Istana Merdeka, Jakarta, 27 Agustus 2024. Foto: YouTube/Sekretariat Presiden
ADVERTISEMENT
Menjelang akhir periode nya, Presiden Joko Widodo cukup banyak menimbulkan polemik, mulai dari beberapa kebijakan yang diambil hingga pernyataan-pernyataan yang cukup fenomenal. Misal, “Yo ndak tau kok tanya saya” yang cukup familiar di telinga masyarakat
ADVERTISEMENT
Selain itu, beberapa bulan terakhir Jokowi membuat doorstop palsu, seolah-olah sedang diwawancarai oleh Jurnalis. Hal ini menimbulkan polemik dimasyarakat sebab dalam rekaman yang diunggah melalui akun YouTube Sekretariat Presiden RI tersebut tidak terdapat kebisingan wartawan seperti biasanya.
Tidak jauh berbeda seperti bapaknya, Gibran Rakabuming juga memiliki gaya komunikasi yang sama. Wakil Presiden terpilih itu selalu menghindar dan sering kali tidak menjawab perntanyaan yang diajukan para wartawan.
Sementara itu, Kaesang juga memiliki gaya komunikasi yang unik. . Alih-alih menjawab pertanyaan Masyarakat terkait dugaan gratifikasi yang terjadi, kaesang justru memilih menggunakan Gimmick melalui rompi yang digunakan bertuliskan “Putra Mulyono”.
Jika melihat dari fenomena tersebut, keluarga Jokowi berusaha mengubah pola komunikasi yang terjadi di masyarakat. Komunikasi publik semacam ini menimbulkan kerusakan komunikasi sehingga dapat meruntuhkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.
ADVERTISEMENT
Komunikasi semacam ini juga dapat dimaknai sebagai penghindaran dari permasalahan sebenarnya. Bahkan, hal-hal ini dapat disebut sebagai komunikasi untuk pengalihan publik. Namun, jika gaya dan upaya komunikasi semacam ini terus dipelihara oleh para pejabat, maka akan terjadi penurunan kepercayaan publik terhadap pemerintah. Sebab tidak ada transparansi dan penjelasan yang jelas terkait apa yang terjadi kepada publik.