Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Langit dan Malam
11 Desember 2023 9:35 WIB
Tulisan dari Ahmad Haetami tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada sudut jalan malam itu aku menantimu, dihadapan persimpangan kau berjalan melewati arah, adakah rembulan malam ini dengan tatap yang sama? Semerona kala lalu terakhir suaramu meraba telingaku, aku ingin berputar arah, kembali mengejar linimasa kita.
ADVERTISEMENT
Sajak-sajak bermesraan di kepala bersama sejuta cinta, dirimu kembali nyata dengan penuh tanya di mata, aku masih senang menaruh lebih pada irama tawamu, kau hidup lagi di sisi hatiku.
Mungkin aku kembali salah menerjamahkan, perihal gerak rasamu, khayalku terlalu mengudara melupa luka, belum kering betul sudah mencari baru, ada saja yang mencoba tumbuh, entah buahnya seberacun apa lagi aku tak tahu.
Semetara itu, suara-suara di kepalaku masih saja berbicara rindu yang tak semestinya ku rindu, entah mungkin memang nyatanya tak ada alamat yang pernah ia tuju, arah langkahnya hanya sebatas jalan yang tak kasatmata, sedari dulu semua adalah fatamorgana,
Saat gelap telah di penghujungnya, beberapa jiwa perlahan kembali ke raganya, sedang aku masih terdiam entah memikirkan apa, sebatang rokok masih saja ku bakar berulang, yang ku ingin entah apa, musik Sheilla On 7 bernada keras di kepalaku, entah aku sedang apa, aku benar bingung sekarang.
ADVERTISEMENT
Ketika ingin memaknai dirimu, aku butuh lebih banyak kosakata, hingga dapat ku rangkai menjadi sebuah kalimat yang utuh, tentang betapa indahnya senyummu. Aku menatap indahmu diatas dataran terendah, sedangkan kau membubung tinggi ke atas langit.
Seberapa juta kata lagi agar aku bisa memaknai dirimu, padahal kau tak butuh itu.
Duhai Rumi. Aku coba membayangkan dirimu hadir ada di sebelah, ku ingin menanyakan, "sudah berapa ribu lembar untaian kata yang kau tulis untuk memaknai perempuan?"
Berulang kali aku bertanya pada malam yang indah; ke arah mana doaku melangkah seusai pertarungan yang sengit. Sajak-sajak do'a itu terbang mencari arah, kepada siapa seharusnya ia singgah.