Konten dari Pengguna

Perempuan Tangguh Seperti Ibu Imam Syafi'i

Ahmad Haetami
Mahasiswa Sastra Indonesia - Universitas Pamulang.
4 Desember 2023 17:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ahmad Haetami tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Perempuan Gaza (Ibu) berdiri kokoh di sekitar reruntuhan sisa serangan bom Israel. Sumber Gambar; pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Perempuan Gaza (Ibu) berdiri kokoh di sekitar reruntuhan sisa serangan bom Israel. Sumber Gambar; pixabay
ADVERTISEMENT
Jika kita melihat bagaimana keteguhan para perempuan di Gaza hari ini, hati mereka begitu kokoh, begitu sabar. Mereka tampak ridha dengan apa yang terjadi. Mereka tidak pernah menyalahkan takdir yang menimpa mereka. Justru takdir telah membuat mereka kuat dan tangguh bagaikan batu karang yang menancap sepertI akar.
ADVERTISEMENT
Harus diakui, kemenangan Mujahidin tidak bisa dilepaskan dari kekuatan penduduk Gaza. Kesabaran dan sikap teguh mereka menghadapi berbagai gempuran dan genosida yang dilakukan Zionis Israel.
Ketangguhan wanita Gaza yang luar biasa ini menyadarkan kita, bahkan membuka mata dunia, sehingga mereka berbondong-bondong ingin menggali rahasia dibalik semuanya ini, yaitu Islam.
Di hari Guru, kita mengingat jasa Imam Syafi'i, pendiri Mazhab Syafi'i, keturunan Quraisy. Tak akan ada Imam Syafi'i, kalau bukan karena keteguhan dan kehebatan ibunya. Imam Syafi'i yang lahir di Gaza, Palestina, dibawa ibunya ke Makkah. Ibunya janda setelah suaminya wafat, saat usia Imam Syafi'i masih belia.
Ibunda Imam Syafi'i miskin, tak memiliki apa-apa. Tetapi tekad bajanya, keteguhan dan kesabarannya yang telah membawa takdir Imam Syafi'i menjadi Imam besar. Bahkan, saat berguru kepada Imam Malik, untuk membeli buku dan pena pun tak ada. Sampai terpaksa menulis dengan jarinya, dijilati kemudian telapak tangan kirinya dijadikan seolah selembar kertas. Begitu terus hingga mengundang perhatian Imam Malik.
ADVERTISEMENT
Ketika kita melihat keteguhan dan kegigihan wanita Gaza hari ini, bayangan kita tertuju kepada ibunda Imam Syafi'i. Akhirnya kita paham, "Wajar jika Imam Syafi'i hebat, ternyata ibunda beliau adalah wanita Gaza, yang luar biasa."
Maka, akidah dan mentalitas orang tua sangat menentukan pembentukan karakter anak-anaknya. Inilah pelajaran berharga dari ibu-ibu tangguh di Gaza.
Semoga ibu-ibu di Indonesia bisa meneladani layaknya ibundanya Imam Syafi'i.