Konten dari Pengguna

Nekrokrasi: Sistem Pemerintahan Unik yang Hanya Dimiliki Korea Utara

Ahmad Haris Kurnia
Seorang mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
30 Juni 2023 6:41 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ahmad Haris Kurnia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://unsplash.com/photos/pTFB6-l0OpU
zoom-in-whitePerbesar
https://unsplash.com/photos/pTFB6-l0OpU
ADVERTISEMENT
Korea Utara, sebuah negara yang terlindungi dan misterius, telah menjadi subjek kegemparan dan keheranan di mata dunia internasional. Salah satu aspek yang paling mencolok adalah sistem pemerintahannya yang unik, yang dikenal dengan istilah nekrokrasi. Istilah ini mengacu pada keadaan di mana kekuasaan politik dan pengaruh pemerintahan masih berlangsung meskipun pemimpin negara sudah meninggal dunia.
ADVERTISEMENT
Sejak pendirian negara ini oleh Kim Il-sung hingga masa pemerintahan saat ini di bawah Kim Jong-un, Korea Utara telah membangun sebuah sistem yang mengangkat pemimpin sebagai pusat dari kehidupan politik dan sosial. Mereka dianggap sebagai pemimpin tertinggi yang tidak tergantikan, dan kekuasaan mereka tetap berlanjut bahkan setelah kematian.
Dalam nekrokrasi, pemimpin yang sudah meninggal diabadikan melalui berbagai cara. Misalnya, mereka dibangun mausoleum megah untuk mempertahankan keberadaan mereka secara fisik. Salah satu contohnya adalah Mausoleum Kumsusan yang menjadi tempat pemakaman Kim Il-sung dan Kim Jong-il, di mana ribuan orang setiap hari berziarah dan memberikan penghormatan kepada pemimpin yang sudah tiada.
Selain itu, pemimpin yang sudah meninggal tetap hadir dalam kegiatan politik dan sosial. Gambar mereka tersebar di seluruh negeri dalam berbagai bentuk, seperti patung, lukisan, dan poster, yang mendominasi lanskap kota. Pemimpin yang sudah tiada ini juga dianggap memiliki kebijakan dan kebijaksanaan yang masih berlaku, sehingga keputusan penting masih sering diambil dengan mempertimbangkan apa yang "diperintahkan" oleh pemimpin yang sudah meninggal.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya itu, keluarga pemimpin yang sudah meninggal juga memainkan peran penting dalam sistem nekrokrasi. Mereka ditempatkan pada posisi penting di pemerintahan dan militer, memastikan keluarga pemimpin tetap mempertahankan pengaruh yang kuat dalam politik dan kehidupan masyarakat.
Namun, di balik keunikan sistem nekrokrasi ini, ada beberapa dampak yang besar bagi Korea Utara itu sendiri. Pertama, terjadi kultus kepribadian yang berlebihan terhadap pemimpin yang sudah meninggal. Hal ini dapat mengaburkan kebebasan berpikir dan menghasilkan ketidakseimbangan dalam penyampaian informasi. Orang-orang menjadi takut untuk mengkritik atau bahkan menyuarakan pendapat yang berbeda terhadap kebijakan yang diambil, karena adanya ancaman terhadap keamanan dan reputasi mereka.
Kedua, berlanjutnya kekuasaan pemimpin yang sudah meninggal dapat menyebabkan stagnasi dalam pembaharuan dan perkembangan negara. Kekuasaan yang terpusat pada satu keluarga atau individu dapat menghambat munculnya ide-ide baru dan perubahan yang diperlukan dalam menghadapi tuntutan zaman.
ADVERTISEMENT
Selain itu, adanya kekhawatiran akan keberlanjutan nekrokrasi juga memunculkan ketidakpastian dalam politik Korea Utara. Ketika pemimpin yang masih hidup menua, muncul pertanyaan tentang siapa yang akan mengambil alih kekuasaan dan apakah transisi ke kepemimpinan baru akan berjalan lancar sehingga dapat menciptakan ketidakstabilan dalam negeri dan mungkin juga di tingkat internasional, mengingat peran Korea Utara dalam urusan geopolitik global.
Terlepas dari semua itu, nekrokrasi di Korea Utara tetap menjadi fenomena yang menarik dan membingungkan bagi dunia luar. Sistem ini mempertahankan kekuasaan dan pengaruh pemimpin yang sudah tiada, dan dalam beberapa kasus, menjaga kestabilan politik di tengah ketidakpastian.
Namun, apakah nekrokrasi dapat bertahan dalam jangka panjang? Hanya waktu yang akan menjawab pertanyaan tersebut. Perubahan sosial, pergeseran generasi, dan tuntutan masyarakat yang berkembang dapat mengubah dinamika politik di Korea Utara. Tantangan dan perubahan di masa depan mungkin akan menguji kelangsungan sistem pemerintahan yang unik ini.
ADVERTISEMENT
Dalam menghadapi keberlanjutan nekrokrasi di Korea Utara, penting bagi masyarakat internasional untuk tetap memperhatikan dan memahami sistem ini dengan bijak. Upaya diplomasi, dialog, dan pendekatan berbasis hak asasi manusia dapat membantu membuka pintu bagi perubahan dan transformasi yang positif di negara tersebut.
Korea Utara tetap menjadi objek yang menarik bagi peneliti, jurnalis, dan masyarakat internasional. Nekrokrasi yang terjadi di negara ini menjadi salah satu aspek yang membedakan sistem pemerintahan mereka dari negara lain. Meskipun kita mungkin tidak sepenuhnya memahami atau setuju dengan sistem ini, penting untuk terus berdiskusi dan mengupayakan pemahaman yang lebih dalam terhadap realitas yang kompleks ini.
Melalui pemahaman yang lebih baik, mungkin akan muncul peluang untuk membantu membangun jembatan antara dunia luar dan Korea Utara, mendorong pembukaan, dan mendorong perubahan yang lebih positif. Dalam hal ini, dialog dan pertukaran budaya, pendidikan, dan ide-ide akan memainkan peran penting dalam memperkuat pemahaman dan saling pengertian antara masyarakat internasional dan masyarakat Korea Utara.
ADVERTISEMENT
Walaupun kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, satu hal yang pasti, nekrokrasi tetap menjadi cerminan dari kompleksitas politik dan sosial di Korea Utara. Seiring waktu berlalu, mungkin saja sistem ini akan mengalami perubahan atau bahkan berakhir. Namun, sampai saat itu tiba, dunia akan terus mengamati dan mencoba memahami sistem yang unik ini dengan harapan membawa perubahan yang positif bagi rakyat Korea Utara dan masyarakat internasional secara keseluruhan.