Konten dari Pengguna

Bijaklah dalam Bersikap

Ahmad Marjaya
Mahasiswa aktif sastra Indonesia universitas Pamulang.
17 Februari 2024 16:41 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ahmad Marjaya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Simulasi Surat Suara Pemilu. Foto: Budi Candra Setya/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Simulasi Surat Suara Pemilu. Foto: Budi Candra Setya/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Euforia pemilu 2024 masih terasa walaupun waktu pelaksanaan sudah selesai dilaksanakan. Saling tuding-menuding masih saja terlihat dari masing-masing kubu di berbagai laman media sosial. Sungguh ironis melihat fenomena yang terjadi saat ini, pemilu yang sejatinya menjadi momentum untuk membawa perubahan bagi negeri ini, justru jadi pemicu yang dapat memecah-belah masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT
Fanatisme yang berlebihan dalam mendukung calon masing-masing membuat mereka tak kenal dengan bangsa mereka sendiri. Hilang sudah nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi semboyan bangsa ini.
Mundur ke belakang saat masa kampanye berlangsung, para calon-calon pemimpin negeri ini menyampaikan gagasan dan janji-janji mereka untuk mendapat simpatisan masyarakat. Namun yang terjadi di lapangan tidak serta-merta sesuai dengan apa yang diharapkan, masyarakat yang sudah mantap menentukan pilihannya saling berkompetisi dengan cara yang tidak sehat.
Tidak ada kedamaian dalam berkompetisi mendukung pilihannya masing-masing. Miris memang, bangsa kita yang dikenal dunia sebagai bangsa yang ramah, namun gemar sekali marah-marah dengan sebangsanya sendiri. Akal dan pikiran seakan tak lagi digunakan untuk menyikapi hal ini dengan tenang dan bijak. Semangat buta yang menggebu-gebu justru menjadi perpecahan dan membutakan segalanya.
ADVERTISEMENT
Bangsa yang besar adalah bangsa mencintai perdamaian. Jika perdamaian ingin digapai, hal itu dimulai dari diri masing-masing. Karena sebenarnya tujuan kita semua sama, menciptakan Indonesia yang lebih baik, hanya saja caranya berbeda.
Tulisan ini tidak bermaksud menyinggung pihak mana pun, semata-mata hanya untuk mengajak pembaca untuk lebih bijak dalam bersikap melalui perspektif penulis. Karena sejatinya kita adalah satu bangsa, satu bendera, satu Indonesia.
Jangan sampai kita dibodoh-bodohi bahkan diadu-domba oleh segelintir kelompok yang tidak mencintai negeri ini. Apa pun yang terjadi pada negeri ini, jangan sampai ada perpecahan yang dapat menimbulkan permusuhan sesama bangsa Indonesia. Sudah seharusnya kita menjaga harkat dan martabat bangsa.
Siapa pun kelak yang memimpin negeri ini, semoga mampu membawa perubahan bagi kehidupan masyarakat Indonesia, serta mampu mengatasi segala problematika yang masih menjadi polemik di negeri ini.
ADVERTISEMENT
Demikian, pamit undur diri.