Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Masyarakat Indonesia Dinilai Paling Ramah di Dunia
22 Desember 2022 14:23 WIB
Tulisan dari Aida Adha Siregar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia bukan hanya dikenal sebagai negara kepulauan yang memiliki banyak keanekaragaman suku, agama, dan pemandangan indah yang dimiliki. Indonesia juga memiliki beragam budaya. Salah satu budaya Indonesia yang menonjol di mata dunia adalah keramahtamahan masyarakat. Semua orang di belahan dunia sana pasti jika berkunjung ke Indonesia hal yang pertama menjadi perhatian mereka adalah senyum dan sapa masyarakat. Bagi warga Indonesia sendiri, hal ini adalah hal lumrah yang biasa dilakukan. Namun, bagi orang yang memang bukan belatar belakang budaya Indonesia, pasti terkejut saat pertama kali berkunjung.
ADVERTISEMENT
Kali ini akan kita bahas bagaimana ramah-tamahnya masyarakat Indonesia di mata dunia. Penulis mengangkat topik ini pada kesempatan kali ini karena beberapa minggu terakhir, penulis tersadar bahwa memang hanya di Indonesia saja lah yang memiliki culture budaya ramah tamah ini.
Menjadi Negara Teramah di Dunia
Dikutip dari Detikedu.com, Indonesia menempati nomor urut ketujuh negara teramah yang diakui dunia. Hal ini berangkat dari pengalaman para turis yang mengunjungi Indonesia. Mayoritas para turis itu mengatakan, masyarakat Indonesia sangat mudah diajak berkomunikasi. Selain itu, sifat kebanyakan masyarakat yang mudah tersenyum menjadikan Indonesia pun layak mendapat posisi ini.
Budaya Senyum & Sapa Tidak Akan Luntur di Kalangan Masyarakat
Di tengah hiruk-pikuk kota, di tengah perkembangan zaman yang semakin maju dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kita semua tahu bahwa negara-negara bagian barat dan tengah di sana memiliki sifat individualis yang tinggi.
ADVERTISEMENT
Berangkat dari pernyataan tersebut, memang seharusnya dan sudah seyogiyanya hal itu dapat terjadi untuk masyarakat dunia. Karena seperti yang sudah sedikit kita singgung di atas, bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini membuat orang lain semakin menutup diri dan hanya ingin mengembangkan dirinya masing-masing. Oleh karenanya sifat individualis ini muncul.
Tapi hal ini tidak berlaku di kalangan masyarakat Indonesia. Di beberapa kesempatan penulis turun langsung ke lapangan, masih didapati masyarakat yang bersikap hangat antusias menyambut orang baru di desa mereka.
Hal ini terbukti, bahwa budaya senyum dan sapa yang memang sudah melekat sedari dulu di masyarakat, tidak akan mudah menghilang.
Masyarakat Indonesia juga bukan masyarakat yang kurang akan sopan santun, sebenarnya. (Karena ada beberapa masyarakat di negara lain yang menganggap menyapa orang adalah bentuk ketidaksopanan). Cenderungnya, warga akan tersenyum terlebih dahulu jika bertemu. Dan jika dibalas, baru tindakan setelahnya adalah menyapa.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, perlu diketahui, masyarakat Indonesia juga menjunjung tinggi nilai kesopanan. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, warga masyarakat desa (kita ambil contoh), hanya akan bertanya tujuan pendatang baru jika senyum mereka dibalas. Jika tidak, kemungkinan penduduk setempat hanya sebatas tersenyum karena khawatir mengganggu privasi orang tersebut.
Temuan di Beberapa Kesempatan
Penulis pernah terjun langsung ke masyarakat beberapa waktu lalu. Tak lama saat turun dari kendaraan dan bingung mencari tempat tujuan, seorang ibu yang sepertinya habis mengantar anaknya sekolah pun tersenyum. Saya balas senyumnya saat itu. Lalu, ia menyapa, “Mbak-nya mau ke mana? Seperti orang bingung,” Ibu itu bertanya sopan. “Eh, iya, Bu. Saya mau ke sini,” ucap saya. Setelahnya ibu itu mengarahkan ke mana saya harus berjalan agar tidak tersesat.
ADVERTISEMENT
Cerita di atas sudah menggambarkan ramah-tamah, sopan santun, sikap gemar tolong menolong masyarakat yang sudah tercipta dalam tatanan tanpa paksaan. Hal ini membuat penulis semakin sadar, bahwa budaya ini lah yang memang menjadi ciri khas penting negara Indonesia.
Setelah itu di beberapa kesempatan lain pun, saat penulis tersesat di daerah Jatinegara, Jakarta Timur, seorang bapak-bapak menghampiri dengan senyum, lalu bertanya. “Neng, ada yang bisa saya bantu?” Dengan senang hati saya menerima bantuan bapak itu untuk mengantar saya ke halte berikutnya untuk menaiki bus. Setelahnya saya tanya, “Bapak ingin dibayar?” Beliau menggelengkan kepala. Pertanda tidak mau.
Kejadian tersebut terjadi di Ibu Kota negara, yang kita tahu bahwa orang kota jarang sekali menawarkan bantuan, bukan? Tapi sebenarnya, memang masih banyak ditemukan di beberapa kesempatan, masyarakat yang berbaik hati tersenyum lalu menawarkan bantuan. Walaupun tak jarang, masyarakat pusat kota (cenderung ditemukan di pusat perbelanjaan, atau masyarakat kelas atas), yang sudah tertanam sifat individualis seperti yang sudah terbentuk di beberapa negara Eropa dalam hidupnya.
ADVERTISEMENT
Budaya Senyum Sapa Ini Tidak Boleh Hilang
Penulis di berbagai kesempatan yang sudah dijelaskan tadi merasa beruntung dan bersyukur tinggal di Indonesia yang memiliki budaya baik ini. Generasi bangsa selanjutnya dengan harus melanjutkan budaya senyum sapa ini. Jangan sampai budaya ini hilang dari Indonesia. Karena seperti yang sudah kita bahas tadi, senyum dan sapa ini seperti sudah melekat di jati diri bangsa dengan ciri khas yang dapat dikenali dunia.
Nah, untuk mengatasi agar tidak punah nya budaya senyum sapa ini, orang tua dan dinas pendidikan di Indonesia harus memberikan pendidikan penerapan budaya ini dengan baik kepada anak. Sedari dini, anak harus dibiasakan budaya ini dengan takaran pas. Ini tentu perlu menjadi perhatian dengan sangat.
ADVERTISEMENT