Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kehidupan yang Sesungguhnya
20 Maret 2022 11:41 WIB
Tulisan dari Matahari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Rata-rata manusia akan berpikir bahwa, kehidupan yang sesungguhnya adalah ketika mereka telah menginjak dewasa dan harus berjuang di tengah hiruk pikuknya kehidupan manusia lainnya. Sama seperti diriku yang selalu berpikir demikian, namun sebuah kalimat yang pernah kubaca di media sosial, kehidupan yang sesungguhnya yaitu setelah kematian atau kehidupan berikutnya, seperti itulah kalimat yang aku jumpai tersebut. Kalimat tersebut begitu menampar diriku yang selalu saja berusaha mengejar dunia, tanpa mengindahkan kehidupan setelah di dunia, selalu mengumpulkan uang untuk kehidupan yang fana ini, tanpa berusaha mencari bekal untuk kehidupan yang sesungguhnya.
ADVERTISEMENT
Namaku Safa, gadis dua puluh tiga tahun, di mana usiaku sudah termasuk dewasa dan harus berpikir bijak tentang kehidupan yang aku jalani. Aku si gadis yang selalu bekerja karena berusaha bersaing dengan yang lainnya dalam mengumpulkan kekayaan, gadis yang jarang mengingat sang Pencipta, padahal tengah mengais rezeki dari-Nya. Karena kala itu, aku berpikir bahwa aku sedang menjalani kehidupan yang sesungguhnya, kehidupan yang tidak bisa terus bergantung pada orang lain, terutama bertumpu tangan kepada orang tua. Namun, kini aku sadar, itu semua hanya jebakan kebahagiaan sesaat, bagaimanapun harusnya aku bisa mengimbangi kehidupan untuk dunia dan setelahnya.
Tidak semua orang sadar akan hal tersebut, bersyukurnya diriku yang masih diingatkan akan hal yang sesungguhnya harus diraih dan dilakukan, yaitu mempersiapkan bekal untuk kehidupan setelah di dunia. Kini, aku tengah berproses menjadi pribadi yang lebih baik, meninggalkan pekerjaan di tengah seruan untuk menghadap-Nya. Ternyata, proses untuk menjadi lebih baik tidak semudah itu, banyak rintangan yang berdatangan terus menyerang dan menggoyahkan keyakinan akan kehidupan yang sesungguhnya. Bisikan halus bahwa itu semua tidak nyata, hanya sebuah dongeng untuk melepas penat dari lelahnya pekerjaan yang tiada henti ini.
ADVERTISEMENT
Benar apa yang telah aku pelajari, semakin diri ini melangkah pada kebenaran, maka akan sadar bahwa apa yang selama ini dipuja-puja tidak akan membantu membuat tenang, malahan terasa ringan saat berpikir semuanya sudah ada yang mengatur, hanya perlu berdoa dan usaha yang seimbang, juga selalu mengingat-Nya. Ketika diri ini memantapkan hati untuk berjuang demi kebaikan dalam kehidupan yang sesungguhnya, hanya harapan agar tetap istiqamah dalam melangkah. Karena, bagaimanapun juga tingkat keimanan bisa saja melemah, dan aku tidak ingin ketika melemah akan kembali dan terbujuk pada jalan keliru, sia-sia jika itu terjadi.
Namun, kebimbangan dan keraguan juga terkadang menyusup ke dalam sanubari ketika orang-orang terdekat berjalan berbeda arah dengan diriku, tak lagi sama untuk berjalan searah karena mereka berpikir harus menjauhi diriku yang telah berbeda dan berubah. Kesepian itu harus aku patahkan agar bisa selalu konsisten dengan apa yang memang harus aku lakukan sejak dulu. Dalam sujudku selalu berbisik, semoga diri ini senantiasa bersama orang-orang yang searah langkahnya agar memudahkan perjalanan singkat ini menuju perjalanan panjang yang sebenarnya. Ya Tuhanku, kabulkan doaku dan harapanku agar bisa selamat di dunia dan setelahnya.
ADVERTISEMENT