Konten dari Pengguna

Relevansi Konsep Tri Hita Karana dan Upacara Hari Raya Nyepi

Aidatul Fitriyah
Mahasiswa Sarjana Bahasa dan Sastra Inggris Universita Airlangga yang suka menulis dan bekerja dengan dunia kepenulisan
12 Februari 2023 5:17 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aidatul Fitriyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pelaksanaan upacara sembahyang di Pura (Dokumentasi Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pelaksanaan upacara sembahyang di Pura (Dokumentasi Pribadi)
ADVERTISEMENT
Tri Hita Karana merupakan nilai ajaran umat hindu yang berkaitan dengan tiga elemen penyebab kebahagiaan dalam kehidupan setiap manusia.
ADVERTISEMENT
Elemen yang dimaksud terdiri dari parahyangan atau wujud harmonisasi manusia dengan Tuhan atau bagaimana manusia berusaha mencapai kebahagiaan dengan melakukan pendekatan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Elemen pembentuk berikutnya adalah Pawongan atau wujud usaha menciptakan hubungan harmonis dengan sesama manusia dengan cara menghindari konflik, hidup rukun, dan saling menghormati.
Yang terakhir adalah Palemahan yakni sebagai wujud usaha manusia menjaga keseimbangan alam semesta dengan tidak menciptakan kerusakan dan menjaga alam semesta.
Ilustrasi Nyepi Foto: Shutter Stock
Mengutip dari suatu penelitian yang dilakukan oleh Magister Kajian Sastra dan Budaya Universitas Airlangga secara gamblang menjelaskan bagaimana konsep ajaran Tri Hita Karana diterapkan dalam seluruh rangkaian upacara hari raya Nyepi.
Dari riset tersebut disebutkan bahwa pelaksanaan hari raya nyepi terdiri dari beberapa rangkaian upacara seperti Upacara Melasti, Upacara Mecaru atau Tawur Agung Kesanga, Catur Brata Penyepian Sebagai Inti Nyepi, dan Ngambak Geni.
ADVERTISEMENT
Perayaan hari raya Nyepi diawali dengan Melasti sebagai wujud dari implementasi nilai Tri Hita Karana dari aspek Parahyangan yang di mana mereka menggunakan tirta (air suci) sebagai media untuk membersihkan pura dan menyucikan diri mereka dari dosa dengan merendam diri di Amerta (laut).
Ilustrasi keluarga bersembahyang sebelum hari raya Nyepi Foto: Shutterstock
Selanjutnya adalah Tawur Agung, konsep ini berkaitan dengan unsur palemahan karena konsep upacara ini berusaha menjaga keseimbangan alam semesta dengan mempersembahkan sesajen hasil dari produksi alam semesta sebagai wujud rasa syukur atas berkah sumber daya alam yang melimpah.
Selain itu, pada upacara ini juga akan terdapat pertunjukan parade ogoh-ogoh (patung besar yang menakutkan sebagai simbolisasi roh jahat) yang dibakar untuk membersihkan alam semesta dari roh-roh jahat.
ADVERTISEMENT
Pada inti dari hari raya nyepi, umat Hindu akan melaksanakan Catur Brata Penyepian yang di mana umat hindu melakukan meditasi dan berpuasa di rumah untuk memohon pengampunan atas kesalahan yang mereka lakukan di tahun lalu.
Ilustrasi Nyepi Foto: Shutter Stock
Meditasi ini juga sebagai wujud upaya menciptakan nilai palemahan yakni dengan menghindari konflik dengan tetangga dan orang sekitar.
Tidak hanya itu saja, setelah hari raya nyepi seluruh umat hindu akan melaksanakan Ngambak Geni di Pura terdekat. Ngambak Geni sendiri merupakan ritual peribadahan bersama dan ajang silaturahmi untuk saling memaafkan dan memperkuat hubungan dengan tetangga, teman, dan kerabat.