Konten dari Pengguna

Kebenaran vs Opini: Bisakah Kebenaran Itu Bersifat Relatif?

aikanadiraputri
Mahasiswi Psikologi Universitas Brawijaya
13 April 2025 12:13 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari aikanadiraputri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
(Source: https://www.freepik.com/free-photo/truth-concept-arrangement-with-magnifier_16691259.htm#fromView=search&page=1&position=1&uuid=93d29ad7-59dd-4eab-9472-1034672ed45a&query=fact)
zoom-in-whitePerbesar
(Source: https://www.freepik.com/free-photo/truth-concept-arrangement-with-magnifier_16691259.htm#fromView=search&page=1&position=1&uuid=93d29ad7-59dd-4eab-9472-1034672ed45a&query=fact)
ADVERTISEMENT
Setiap hari kita selalu dikelilingi oleh berbagai pendapat dari obrolan sehari hari, baik itu bersama keluarga, teman, maupun dalam kehidupan kita di media sosial. Terkadang dari banyaknya opini yang kita dengar dan sampaikan, muncul pertanyaan dalam pikiran kita mengenai “Apakah dalam beropini terdapat benar dan salah?”. Saat berdebat pun terkadang terbesit pikiran mengenai “Apakah kebenaran bersifat perspektif atau malah relatif?”. Hal tersebut tidak dapat terjawab tanpa ada ilmu yang mendasarinya.
ADVERTISEMENT
Kita sering kali mendengar ungkapan bahwa setiap orang berhak atas opininya. Ungkapan tersebut mencerminkan nilai kebebasan berpikir dan berpendapat dalam bermasyarakat. Semua orang memang berhak memiliki opini yang berbeda atas hidup dan pilihan mereka. Namun, ketika opini dihadapkan dengan fakta terkadang malah menimbulkan masalah. Contohnya, jika terdapat opini yang mengatakan bahwa bumi itu datar. Kebanyakan orang menganggap bahwa hal tersebut merupakan opini yang benar, tetapi pernyataan seperti itu dapat dibantah dan di buktikan secara ilmiah. Filsafat dapat membantu kita untuk membedakan antara opini subjektif dan hal yang kebenarannya bisa diuji secara rasional.
Apa Itu Opini dan fakta?
Menurut KBBI, opini adalah pendapat subjektif seseorang tentang suatu masalah, topik, atau situasi. Hal ini berarti bahwa opini dapat berubah-ubah sesuai dengan kondisi perasaan dan pikiran yang di alami oleh seseorang. Leonardo W. Doob mendefinisikan opini sebagai sikap atau pendapat seseorang mengenai sebuah persoalan atau keadaan yang pernah maupun sedang terjadi. Oleh karena itu, opini bukanlah fakta yang dapat di verifikasi secara objektif maupun diuji secara ilmiah.
ADVERTISEMENT
Sedangkan fakta menurut Kamus Besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah informasi atau pernyataan yang dapat diverifikasi secara objektif dan terbukti benar berdasarkan bukti yang ada. Fakta dapat diukur dan di buktikan melalui pengalaman atau eksperimen yang konkret. Fakta juga tidak bergantung kepada opini, namun berdasarkan data yang dapat diperiksa kebenarannya. Objektivitas dan kebenaran menjadi ciri khas jika kita berbicara soal fakta.
Lalu, Apa Hubungan Kebenaran dengan Filsafat?
Sebelum kita mengetahui apa hubungan antara kebenaran dengan filsafat, sebaiknya kita memahami maksud dan konsep filsafat terlebih dahulu. Secara etimologis, dalam Bahasa Yunani filsafat disebut sebagai “philosophia” yang berasal dari dua akar kata, yakni “phillien” yang memiliki arti mencintai dan “sophos” yang memiliki arti bijaksana. Jadi secara umum filsafat berarti mencintai suatu hal yang bijaksana.
ADVERTISEMENT
Selain mengetahui arti filsafat secara umum, kita juga harus mengetahui arti filsafat menurut beberapa ahli, yaitu:
1. Al- Kindi (801-873 M)
Beliau merupakan seorang filsuf muslim pertama. Menurutnya, filsafat adalah pengetahuan tentang hakikat segala sesuatu dalam batas-batas kemampuan manusia, karena tujuan para filsuf dalam berteori adalah mencari kebenaran. Maka, dalam praktiknya juga harus menyesuaikan dengan kebenaran yang ada.
2. Plato (427-347 SM)
Menurut plato, filsafat adalah pengetahuan yang berminat untuk mencapai kebenaran yang asli.
3. Aristoteles (384-332 SM)
Menurut Aristoteles, filsafat merupakan ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
4. Rene Descartes (1596-1650)
Menurut Rene Descartes, filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan di mana Tuhan, alam, dan manusia menjadi pokok penyelidikannya.
ADVERTISEMENT
Dari berbagai definisi tersebut, terlihat bahwa kebenaran termasuk inti dari filsafat. Para filsuf tidak hanya menyebutkan persoalan “apa yang benar”, tetapi juga bagaimana cara kita bisa mengetahui kebenaran itu, dan apa syaratnya agar sesuatu itu dianggap benar. Filsuf-filsuf tersebut percaya bahwa ada kebenaran objektif, kebenaran yang bisa di temukan melalui rasio dan logika, bukan hanya berdasarkan kesepakatan sosial maupun pandangan pribadi. Misalnya, prinsip dasar matematika seperti 2+2=4 akan tetap benar, bahkan jika ada yang memiliki opini bahwa pernyataan tersebut salah. Kebenaran objektif inilah yang menjadi dasar bagi ilmu pengetahuan dan hukum logika. Tanpa kebenaran objektif tersebut kita akan kehilangan landasan untuk membangun pengetahuan atau membuat keputusan yang masuk akal.
Mengapa Kebenaran Itu penting?
ADVERTISEMENT
Membedakan fakta dengan opini sangat penting bagi kehidupan nyata. Apalagi di zaman digital seperti sekarang, jika kita tidak dapat membedakan opini dan fakta, maka kita akan lebih mudah untuk mencerna informasi secara mentah tanpa mengetahui kebenarannya. Hal ini yang menyebabkan masih banyak masyarakat yang termakan hoax. Di sinilah filsafat sangat berperan penting. Filsafat mengajarkan kita untuk berpikir secara kritis, menganalisis argumen, dan mengevaluasi kesalahan dalam mencapai kebenaran. Filsafat membantu kita untuk mengkritisi, mencari dasar logis dari sebuah pernyataan, dan mengingatkan kita untuk tidak menerima sesuatu begitu saja hanya karena banyak orang yang mempercayainya.
Jadi, benarkah Jika Kebenaran Itu Relatif?
Dalam hal budaya, perasaan, maupun pengalaman pribadi bisa saja “kebenaran” itu bersifat elatif, namun hal tersebut pasti di dasari oleh opini dari masing-masing individu. Tetapi dalam konteks sains, logika, dan hal-hal ilmiah lainnya, kebenaran harus dapat diuji dan dipertanggung jawabkan. Filsafat terus memiliki peran penting dalam membantu manusia mengevaluasi persoalan kebenaran ini secara mendalam dan sistematis.
ADVERTISEMENT