Konten dari Pengguna

Teori Classical Conditioning : Sering Baper Saat Mendengarkan Lagu?

Aina Hafizhah
Mahasiswi Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
15 Desember 2024 12:29 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aina Hafizhah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Pixabay/Photo by : StockSnap
zoom-in-whitePerbesar
Pixabay/Photo by : StockSnap
ADVERTISEMENT
Bagi kalian para gen z atau bahkan generasi milenial, pasti senang mendengarkan lagu yang isinya relate dengan kehidupan kalian. Saat kalian sedang jatuh cinta, mendengarkan lagu bergenre romantis adalah hal yang pas. Saat sedang galau pun pasti akan pas jika ditemani dengan lagu sedih. Namun, pernahkan kalian merasakan emosi yang tiba-tiba timbul ketika mendengarkan lagu tertentu?Pernahkah kalian bertanya-tanya mengapa hal tersebut bisa terjadi?
ADVERTISEMENT
Dalam ilmu Psikologi, terdapat suatu kajian teori yang berkaitan dengan hal tersebut. Teori ini dinamakan teori Classical Conditioning yang dikemukakan oleh ahli fisiologi yang juga dikenal sebagai ahli psikologi Rusia, Ivan Pavlov. Berikut penjelasan lengkap mengenai apa itu Classical Conditioning dan mengapa teori ini berhubungan erat dengan lagu dan perasaan.

Apa Itu Classical Conditioning?

https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/f/ff/Figure_45_07_07.jpg
Menurut Sholiha dkk dalam artikelnya, ia mengutip dari (Eelen, 2018; Hermann & Sperl, 2023; Rosyidi, 2015), Classical Conditioning merupakan proses saat stimulus netral, yang mulanya tidak memunculkan respons tertentu, lalu dikaitkan berulang kali menggunakan stimulus yang bermakna, maka akan muncul respons alami (Sholiha et al., 2024). Ivan Pavlov melakukan eksperimen teori ini menggunakan anjingnya yang diberi daging (sebagai stimulus tak terkondisi) dan bel (sebagai stimulus terkondisi). Bel dibunyikan berbarengan saat anjing tersebut diberi daging. Kondisi tersebut dilakukan berulang kali dan membuat anjing itu berpikir bahwa daging dan bel adalah dua hal yang saling berkaitan. Oleh karenanya, saat bel dibunyikan tanpa adanya daging, anjing tersebut tetap mengeluarkan air liur, respons yang diberikan oleh anjing itu disebut sebagai respons terkondisi. Hal ini juga berlaku pada saat kita mengaitkan lagu dengan seseorang atau kenangan.
ADVERTISEMENT

Hubungan Lagu, Emosi, dan Kenangan

Pixabay/Photo by: Ri_Ya
Menurut Ramadhani Dwi Fitri dalam artikelnya yang berjudul “Pengaruh Musik terhadap Mood dan Emosi Peran Musik dalam Kesehatan Mental”, Musik memiliki kemampuan yang luar biasa untuk mempengaruhi suasana hati dan memicu berbagai macam respons emosional yang bisa berdampak terhadap kesejahteraan mental seseorang (Fitri, 2024). Oleh karena itu, musik dan emosi sangat erat kaitannya satu sama lain.
Fitri juga menambahkan bahwa hubungan antara musik dan emosi juga dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti preferensi musik yang dimiliki individu, pengalaman pribadi, serta kondisi psikologis tertentu (Fitri, 2024). Dalam hal ini disebutkan bahwa pengalaman pribadi, sama halnya dengan kenangan juga mempengaruhi respons emosional kita saat mendengarkan musik

Lagu, Emosi, dan Kenangan dalam Teori Classical Conditioning

Pixabay/Photo by: Alexas_Fotos
Jika dilihat dari perspektif teori ini, emosi yang muncul saat mendengarkan lagu tertentu disebabkan oleh pengasosiasian antara lagu dan kenangan. Lirik yang dirasa relate dengan keadaan yang pernah dirasakan juga dapat memicu keterkaitan antara keduanya, hal ini yang menyebabkan kita menjadi terbawa perasaan ketika mendengarkan sebuah lagu.
ADVERTISEMENT
Dalam hal, ini lagu berperan sebagai stimulus terkondisi setelah berulang kali dikaitkan dengan kenangan. Emosi yang dirasakan, berperan sebagai respons terkondisi yang muncul akibat pengasosiasian antara lagu dan kenangan.
Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa sering merasa baper saat mendengarkan lagu disebabkan oleh keterkaitan lagu tersebut dengan suatu kejadian di masa lalu. Pada akhirnya, walaupun kita sudah tidak lagi relate dengan isi lagu tersebut, tetap akan muncul respons emosional. Konsep ini juga mirip seperti trauma, jika pengidap menghadapi hal-hal yang berhubungan dengan penyebab trauma, maka akan mentrigger trauma itu kembali.
References :
Fitri, R. D. (2024). Pengaruh Musik terhadap Mood dan Emosi Peran Musik dalam Kesehatan Mental. Circle Archive, 1(4), 1–14. http://www.circle-archive.com/index.php/carc/article/view/103
ADVERTISEMENT
Sholiha, S., Pranoto, H., & Khasanah, A. U. A. (2024). Abdi kami. PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT, 7(1), 45–61. https://www.ejournal.iaiibrahimy.ac.id/index.php/Abdi_Kami/article/view/2612/1207